Jurus mawut yang maut Jokowi ialah ketika memakai jurus kepiting, ngelmu sapit urang. Bukan untuk mematikan, tapi merangkul semua pihak untuk bergotong royong.
Apa saja katamu, pada faktanya, de jure dan de facto, Joko Widodo, adalah Presiden Republik Indonesia 2014 – 2019. Dalam Pilpres 2014, ia mengalahkan tentara pecatan Prabowo Subianto.
Dalam Pilpres 2019, lagi-lagi berhadapan Jokowi dengan Prabowo. Hasil quick-count, situng real-count KPU, serta rekapitulasi berjenjang di KPU, semua menjelaskan arah kemenangan Jokowi. Amien Rais yang selalu diberi petunjuk salah, kembali mengatakan Prabowo yang menang. Jokowi akan dibuat seperti bebek lumpuh, dari sejak 17 April ssampai dengan saat pelantikan Presiden 2019–2024.
Percaya Amien Rais? Amien Rais saja tak percaya dirinya sendiri! Atau kita mau lebih dungu dari RG? Percayakah kita dengan yang mengaku ulama dan kemarin ber-ijtima? Mereka sendiri nggak percaya dengan suara mereka.
Baca Juga: Jokowi, President All People
Kalau mereka punya power, ngapain minta KPU tak menyiarkan situng real-count ke publik? Ngapain minta KPU mendiskualifikasi paslon-capres 01? Cilakaknya, pernyataan mereka dijawab komisioner KPU dan Bawaslu, yang tak tunduk pada Capres 01 maupun 02, apalagi pihak-pihak tak jelas posisi hukumnya.
Imam Besar mereka? Besar mulut belaka. Bilang pemilu curang tapi ngeklaim menang. Iki piye? Ngomongin bangsa dan negara model anak kecil tantrum. Mengaku keturunan Nabi, tapi ijin tinggal di tanah suci bermasalah. Sementara kelas followernya, kayak Martak, Slamet, Tengku, Sobri, apalagi Eggy, suaranya hanya keras karena pakai TOA. Otak dan hatinya adakah dalam suaranya?
Sama sekali tak sebanding dengan Jokowi. Jokowi sangat powerfull. Jokowi bukan politikus sekedar. Lihat dengan jujur; pikiran, ucapan dan tindakannya.
Ia perlahan menunjukkan kelas kenegarawanan. Para ketua umum partai politik, masih acap dibuat geleng kepala oleh Jokowi. Pribadi yang mandiri, karena tak punya pretensi dan tendensi pribadi. Teguh, tak bisa disetir. Yang mengatakan Jokowi boneka partai, nggak ngerti praksis politik, apalagi teori atau ilmunya.
Jika hari-hari ini kita melihat kecenderungan ketum PAN, juga undangan Jokowi pada AHY, itu menunjukkan bagaimana posisi tawar Jokowi. Ia tahu cara mengendalikan permainan yang sedang dilangsungkan. Jurus mawut (yang maut dari) Jokowi, ialah ketika memakai jurus kepiting, ngelmu sapit urang. Bukan untuk mematikan, tapi merangkul semua pihak untuk bergotong royong.
Sayangnya, pola pikir kita terpolarisasi, tak bisa menangkap pesan-pesan simbolik Jokowi. Para ahli tafsir tarafnya baru soal tarif. “Tidak akan terjadi hari kiamat sampai ilmu menjadi suatu bentuk kejahilan dan kejahilan itu sebagai bentuk ilmu,” tulis Ibnu Rajab al Hambali menceritakan yang disampaikan Asy Sya’bi. Hal itu dinyatakan karena, “Ini semua termasuk terbaliknya gambaran kebenaran (kenyataan) di akhir zaman, dan terbaliknya semua urusan”.
Dalam bahasa Umar Bin Khattab, mereka ialah yang munafik tapi berilmu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews