Relawan adalah kekuatan inti yang akan meneruskan perjuangan ideologi sesuai Pancasila dan UUD 1945 yang berbhineka dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia ini.
Joko Widodo segera melanjutkan kepemimpinan nasional untuk lima tahun ke depan setelah memenangi pemilihan presiden.
Setelah menancapkan kebijakan pembangunan fisik yang luar biasa besarnya dengan investasi yang juga amat besar, Jokowi –demikian Joko Widodo disapa, sudah waktunya membangun sumber daya manusia dalam lima tahun ke depan.
Membangun sumber daya manusia bukan sekadar untuk kepentingan ekonomi, tetapi juga untuk memagari sistem politik, ideologi, sosial, dan budaya bangsa yang mencerminkan kebhinekaan sesuai UUD 1945 dan Pancasila, dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia.
Salah satu elemen sumber daya mansuia yang perlu diurusi oleh Jokowi adalah relawan yang selama ini telah berjuang bersama dalam pemilihan presiden. Elemen relawan ini setidaknya memiliki visi dan misi yang sama dengan kepemimpinan Jokowi sekarang dan yang akan datang.
Mengapa mesti relawan salah satu elemen sumber daya manusia yang mesti diurus?
Jawabannya, karena relawan adalah sekelompok orang yang tidak berkepentingan dengan partai politik dan golongan. Relawan adalah sekelompok orang yang berjuang dari aneka asal-usul, namun mereka bersatu karena memiliki visi dan misi dalam ideologi perjuangan yang sama.
Pada prinsipnya, kata Sekretaris Jenderal Badan Pimpinan Nasional Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat (Almisbat), Piryadi Kartodihardjo, relawannya akan menjalankan visi dan misi Jokowi secara total.
“Ini demi selamatkan Indonesia di masa datang,” ujarnya beberapa waktu lalu kepada penulis.
Benar bahwa Indonesia perlu dibangun secara komprehensif dari sisi ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Dan, relawan adalah elemen sumber daya manusia yang sejalan dengan kepemimpinan Jokowi.
Mereka bisa digerakkan untuk mengisi sektor ekonomi yang dikontrol negara seperti koperasi maupun badan usaha negara agar jalannya sesuai dengan visi dan misi kepemimpinan nasional.
Dengan begitu, sektor ekonomi itu tidak lagi digarap oleh kekuatan tersembunyi yang punya visi dan misi melenceng dari kepemimpinan nasional, apalagi sampai digunakan untuk memperkuat gerakan yang ingin meruntuhkan Pancasila dan UUD 1945.
Kelompok relawan yang jumlahnya ribuan dan tersebar hingga pelosok negeri ini bisa menjadi benteng negara dari pengaruh ideologi, budaya, dan tatanan sosial, yang secara nyata ingin menghapus keindonesiaan yang beraneka ragam ini.
“Jika kami dilibatkan oleh pemimpin nasional maka kami bisa membentengi negeri ini dari kelompok yang ingin merusak tatanan sosial dan politik yang secara nyata sudah menyebar sampai ke pelosok daerah,” ungkap Ketua Badan Pimpinan Daerah Almisbat Provinsi Lampung, Resmen Kadapi.
Jokowi sendiri selama menapaki kepempinan nasional tidak bisa dilepaskan dari daya dukung relawannya. Jumlah relawan Jokowi setidaknya mencapai 65 elemen. Mereka terbentuk dari berbagai unsur seperti aktivis, pengusaha, santri, pengacara, wartawan, pendakwah, dokter, petani, pengajar, pedagang, sampai buruh harian.
Mereka terwadahi dalam berbagai gerakan antara lain Almisbat, Pro Jokowi (Projo), Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi, Barisan Relawan Jokowi Presiden (BaraJP), Buruh Sahabat Jokowi, Komunitas Alumni Perguan Tinggi (KAPT), Solidaritas Merah Putih (Solmet), Masyarakat Peduli Pangan (Mapan), Galang Kemajuan (GK) Center, Sekber Jokowi Nusantara, Duta Jokowi, Jokowi Mania (Joman), dan Pos Raya.
Dengan melibatkan relawan, Jokowi setidaknya memperkuat kepemimpinan nasional di tingkat akar rumput. Mereka adalah kekuatan riil yang selama ini datang tanpa diundang atau dibentuk apalagi terafiliasi kepentingan partai politik yang sekarang ini sudah sedikit bayak kehilangan kepercayaan dari publik, karena berbagai kasus korupsi.
Relawan juga kekuatan riil yang selalu melekat kepada Jokowi secara pribadi sekalipun dia kelak tidak lagi memegang tampuk kekuasan.
Setidaknya, dengan terurusnya relawan, berarti Jokowi telah mengurus sebagian manusia Indonesia yang memiliki jiwa, visi, dan misi segaris dengannya.
Dengan begitu, ada harapan pada suatu hari kelak akan lahir Jokowi Jokowi baru dari rahim relawan yang bisa meneruskan kepemimpinan nasional sejalan dengan Joko Widodo.
Baca Juga: Mendesak Rekonsiliasi Joko Widodo dengan Prabowo
Di sinilah Jokowi memiliki nilai tawar besar manakala berlangsung kompetisi kepemimpinan setiap lima tahun sekali. Jokowi punya kekuatan tersendiri, karena relawan yang dia urus telah berkembang biak dengan kuatnya di segala lini.
Apalagi Jokowi adalah seorang pejuang politik yang berjiwa besar. Dia pasti mengerti apa itu arti sahabat. Bahwa sahabat atau semodel relawan ini adalah salah satu pilar penting dan besar untuk meneruskan kepemimpinan nasional. Bahwa sahabat seperjuangan layak diberi tempat untuk meneruskan visi dan misi kepemimpinan agar tetap berjalan sesuai harapan.
Berlanjutnya kepemimpinan nasional itu ibarat warisan pusaka yang tidak boleh hancur atau binasa hanya karena salah atau tiada upaya dalam mengurus secara baik.
Sudah banyak contoh binasanya kepemimpinan hanya karena pemimpinannya tidak atau belum sempat mengurusi sumber daya manusia yang paling elementer itu.
Lihatlah bagaimana salah satu kepemimpinan dari seorang Basuki Tjahaja Purnama di DKI Jakarta hancur oleh kekuatan lawan, karena dia tidak mengurus sumber daya paling inti dalam perjuangannya memakmurkan Ibukota ini.
Basuki Tjahaja Purnama alias BTP alias Ahok hanya sibuk menata kota lewat kesejahteraan masyarakat Ibukota. Tapi, dia lupa mengurus lingkaran inti yang sebenarnya bisa menjadi garda mempertahankan kepemimpinan berkelanjutan manakala serangan dari lawan datang silih berganti.
Inilah yang tidak boleh terjadi pada kepemimpinan nasional Jokowi. Kepemimpinannya harus terus berlanjut meskipun suksesi nasional harus berlangsung setiap lima tahun sekali.
Relawan adalah kekuatan inti yang akan meneruskan perjuangan ideologi sesuai Pancasila dan UUD 1945 yang berbhineka dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia ini.
Krista Riyanto, penulis dan mantan jurnalis
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews