Krasnaya Ploshchad

Para pelancong yang suka berbelanja dan cuci mata, di sini ada juga mall besar yang disebut GUM, Glavnyj Universalnyj Magazín yang jika diterjemahkan secara harfiah berarti "Toko Universal Utama".

Jumat, 11 Maret 2022 | 07:07 WIB
0
111
Krasnaya Ploshchad
Saya di Lapangan Merah Moskow, Rusia (Foto: dok. Pribadi)

Ini bahasa Rusia. Kita biasa menyebutnya "Lapangan Merah" dan orang-orang berbahasa Inggris menyebutnya "Red Square". Jika Anda ke Moskow tetapi tidak berkunjung ke tempat ini, sama saja pergi ke Mekkah tapi tidak singgah di Madinah. Ibarat pepatah lama, berkunjung ke tempat ini sekali merengkuh dayung, niscaya dua tiga pulau terlampaui.

Di Lapangan Merah ini terdapat Katedral Santo Basil yang terkenal itu, yaitu sebuah gereja Kristen Orthodoks yang berkubah seperti lolipop warma-warni dan karenanya sangat "instagramable" kata bocah milenial. Ada Kremlin Moskwa yang megah, Mausoleum Lenin yang dingin, Museum Sejarah Negara yang angker dan sebuah mall GUM yang menyenangkan.

Kemarin saya selintas cerita tentang "Katedral Lolipop" yang menjadi perburuan lensan-lensa kamera dari berbagai belahan dunia yang berkunjung ke Moskow. 

Katedral ini memiliki cerita lama, sempat dilarang penggunaannya ketika "Revolusi Atheis" berhasil dijalankan pemerintah komunis Rusia selama bertahun-tahun lamanya dan baru dibuka kembali untuk beribadah setelah Uni Soviet pecah berkeping-keping.

Masih di sekitar Lapangan Merah, tak afdol rasanya kalau belum menyinggung Mavzoley Lenina alias Makam Lenin, tempat Jasad Vladimir Lenin (bukan Vladimir Putin) dibaringkan. Kesannya dingin dan beku, tidak sembarang orang bisa mendekat jasadnya. 

Monumen berbahan beton dan marmer ini dirancang oleh Alexsey Shchusev dan selesai dibangun tahun 1924. Sejak saat itulah Lenin yang patung-patung raksasanya bertebaran di berbagai sudut kota di banyak republik Rusia, dibaringkan entah sampai kapan.

Lapangan Merah pada masa lalu digunakan untuk acara penobatan Raja dan Tsar Rusia, tetapi sekarang merupakan pusat kegiatan masyarakat seperti upacara, pidato kenegaraan, pelantikan presiden, perayaan hari besar nasional, konser musik, dan parade militer.

Jangan lupa, pelancong berbagai negara sibuk berselfie-ria di sekitar Lapangan Merah yang telah menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1990 itu.

Para pelancong yang suka berbelanja dan cuci mata, di sini ada juga mall besar yang disebut GUM, Glavnyj Universalnyj Magazín yang jika diterjemahkan secara harfiah berarti "Toko Universal Utama". Kalau di Indonesia disebut mal saja, seperti Mal Plaza Inonesia, tetapi di GUM ini barang-barang yang dijual di ribuan gerai di dalamnya, sungguh sangat berkelas. 

Karenanya saat memasuki GUM, saya sekadar cuci mata saja, melihat perempuan Rusia (kesannya dingin/cuwek tetapi sebenarnya hangat banget kalau sudah tahu cara memulai percakapan dengan mereka), sebab merogoh kantong sedalam apapun paling hanya mampu membeli selampe Chanel. Bahkan untuk membeli papan/buah catur yang berseni tinggi itu saja saya hanya bisa menelan ludah (glek!) sambil berkata lirih, "Do Svidaniya!"

Tetapi ada seorang teman -tidak usah disebut namanya- seorang pria cukup ternama di negeri ini, yang doyan belanja seperti emak-emak. Membayar dengan kartu kredit yang tanpa limit, membeli apa saja yang dia mau. 

Saya cukup mengantarnya saja karena dia tidak cukup percaya diri berinteraksi dengan orang asing, khususnya Rusia. Sedang modal saya justeru apa yang dia tidak punya, yaitu percaya diri. Dengan bahasa Inggris ala kadarnya, buktinya belanja bisa lancar carrr... 

Sedemikian banyak belanjaannya berupa busana mewah yang harganya di atas duapuluh juta perak, sehingga saya jatuh iba dan membantunya membawa belanjaannya. Itulah barang paling mahal yang pernah saya tenteng-tenteng selain hatimu.... halah!

Oh ya, dalam foto ini terlihat saya membawa tas belanjaan dari GUM yang isinya penuh busana mewah... tapi bohong. 

***