Sebagaimana Nunung, yang lagi tajir-tajirnya, tapi kepleset unsur ‘molimo’, dunia kemudian seolah tertutup. Apalagi kalau Nunung menjadi tulang-punggung keluarga besarnya.
Dari Pak Asmuni, saya beruntung mendapat dua bundel kumpulan naskah Teguh Srimulat. Pola penulisannya terbagi dalam dua babak. Preposisi bukan menjadi awal pertunjukan, tapi akan langsung ke eksposisi. Setelah prolog model ‘Dagelan Mataram’, dengan monolog, konflik langsung meninggi dan memunculkan kekacauan di babak pertama. Pada babak kedua, cerita diurai hingga ketahuan sebab-musababnya.
Kedahsyatan Pak Teguh adalah mendapatkan karakter-karakter yang kuat dan unik. Ia piawai menempatkan berbagai karakter, seperti pelukis bermain garis dan warna. Sebelum pentas, Pak Teguh menuangkan garis besar cerita di depan seluruh pemain dan crew panggung. Pemain kemudian mengarang dialognya sendiri, juga ping-pong leluconnya. Meski cerita lawak, Pak Teguh serius membangun plot dan logika cerita.
Kelucuan muncul karena situasi yang tercipta sebagaimana karakter-karakter tokohnya menjalani permasalahan cerita. Semua pemain bermain dengan karakter yang baku. Mereka bisa gila-gilaan, atau bebas dengan ciri-khas masing-masing. Di situ terjadi berbagai tabrakan, yang memunculkan situasi makin kacau dan edan. Karena masing-masing pikiran tidak nyambung. Di situlah jargon Pak Teguh, aneh itu lucu, lucu itu aneh.
Televisi, termasuk Indosiar (juga yang lain), tidak menangkap hal itu. Dan kalau Srimulat ambyar, sesuatu yang bisa ditebak.
Daya tahannya, hanya tergantung bagaimana mereka menjaga situasi internal. Karena secara organisasi, Srimulat tidak dikelola dengan manajemen yang benar. Sampai pada akhirnya mereka rebutan bendera, tapi sama sekali tak menjaga spirit atau roh Teguh Srimulat.
Sering ketika menunggui Srimulat syuting, saya duduk bersama Asmuni, akan sama-sama ketawa kalau melihat adegan yang tidak lucu. Karena kami tahu ada kelucuan yang hendak dibangun, tapi tidak dimakan lawan main.
Baca Juga: Nunung Srimulat dan Narkoba
Cara mematikan lawan main, adalah tidak memakan umpannya, disamping mungkin memang tidak peka. Baru jika mereka main lucu, kami merasa aman, karena itulah tugas mereka. Tanpa naskah yang kuat, mereka tak mampu mengolah apa-apa, kecuali hapalan, ngenget barang lawas.
Dalam kehidupan pribadi anggota Srimulat, masing-masing merasakan perubahan drastis dan paradoks. Tapi saya bersaksi, di antara sekian nama, hanya Asmuni dan Tarsan yang baik dan benar menjaga ekonomi rumah-tangga, sesuatu yang acap dilupakan seniman pertunjukan yang berbatas waktu. Jika tak waspada, bisa blangsak kepleset langkah karena jaman lir-gumanti.
Tentu itu bukan ilmu lucu yang diajarkan Pak Teguh. Sebagaimana Nunung, yang lagi tajir-tajirnya, tapi kepleset unsur ‘molimo’, dunia kemudian seolah tertutup. Apalagi kalau Nunung menjadi tulang-punggung keluarga besarnya.
Itu nasib seniman (yang semula) pinggiran, kemudian terdayung ke tengah pusaran yang tak mereka kenali. Entah mekar karena memar, atau memar karena mekar.
(Selesai)
***
Tulisan sebelumnya: Ilmu Lucu Pak Teguh Srimulat [1] Berebut Lucu Gara-gara Nampang di Televisi
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews