Framing Corona

Mengapa video tentang pemuda di Brussels tadi tidak dimanfaatkan untuk mengedukasi orang–orang tentang pentingnya cuci tangan dan membersihkan diri setelah dari tempat umum?

Jumat, 22 Mei 2020 | 05:57 WIB
0
280
Framing Corona
Pemuda yang dituding gosokkan ludah ke metro (Foto: liputan6.com)

Kemarin pagi, tidak seperti biasanya saya bangun jam 3 dini hari. Saya check WA dan saya baca, di group ada seorang teman yang sedang melakukan cek fakta. Ia mendapatkan potongan video tentang seorang pemuda yang naik MRT/ Metro dan sengaja mengoles – oleskan ludahnya pada tiang metro tadi.

Saya tahu persis kalau kasus ini terjadi di Metronya Brussels kira–kira seminggu yang lalu. Saya juga cek teman-teman di luar group, rata–rata sih bilang kalau mereka dapat video doang tanpa narasi, atau ya cuma semacam peringatan untuk tidak meniru perbuatan tidak terpuji tadi.

Namun, narasi yang ditanyakan teman saya ini bermasalah. Kurang lebihnya, kononnn… CCTV Pemerintah China menangkap basah pemuda tadi sebagai penyebar virus corona, dan dikatakan bahwa hal ini juga dilakukan di Iran.

Saya heran, jelas–jelas kasusnya di Brussels kok bisa diframing di China? Pemudanya juga berkulit putih… tentunya hal ini untuk menyudutkan pihak tertentu. Ini seperti sengaja mengarang cerita bohong untuk mendukung teori bahwa pihak Barat sengaja menciptakan corona dan menyebarkannya.

Yang kedua, hari ini saya melihat postingan FB tentang bagaimana China membantu Itali mengatasi wabah corona. Sebagai orang Indonesia suku Tionghoa, tentunya saya ikut senang China membantu Itali. Tapi yang mengganggu adalah narasi bahwa sekutu-sekutu NATO Itali tidak peduli dan tidak mau membantu Itali mengatasi wabah, tanpa disertakan keterangan mengapa sekutu-sekutu Itali itu tidak dapat membantu.

Seandainya orang mau baca-baca, pasti tahu kalau negara–negara tetangga Ital juga sedang kewalahan mengatasi wabah ini. Sampai banyak negara terpaksa ikutan lockdown.

Hei, ini situasinya serius loh. Bagaimana perasaan anda, ketika anda terpaksa mengisolasi diri dalam kamar untuk 3 minggu ke depan, tanpa income sama sekali, lalu ada orang menuduh negara tempat anda tinggal tidak peduli pada tetangga!

China bisa menolong karena sudah pengalaman dan peak wabahnya sudah lewat. Bagaimana rasanya, seandainya beberapa minggu ke depan Indonesia kewalahan menghadapi corona, lalu ada netizen dari Timbuktu menulis “Indonesia, negara yang sombong terhadap virus corona akhirnya kena batunya”. Are you happy?

Yang ketiga, ini yang paling konyol dan memalukan. Sudah tahu kalau bangsa Indonesia itu banyak yang tidak paham Bahasa Inggris. Lalu ada konferensi pers dalam Bahasa Inggris diberi narasi menyesatkan, bahwa pihak yang menciptakan virus corona hendak jualan obat.

Entah memang tidak paham atau sengaja. Kalau tidak paham, berarti orang–orang yang otaknya cuma berfungsi separuh ini tidak bisa membedakan apa itu alat test corona dan apa itu vaksin corona. Tentu saja tujuannya untuk memuaskan diri, bahwa sentiment dan tuduhannya dapat bukti. Meskipun hal ini membongkar kebodohannya sendiri.

Mengagumi suatu bangsa itu sah–sah saja. Tapi tentu saja tidak perlu dipuja puji sampai sundul langit seakan–akan negara tersebut adalah juru selamat dunia. Benci terhadap suatu negara pun boleh-boleh saja. Tapi apa iya sih sampai membuat narasi palsu untuk memfitnah negara yang dibenci?

Dan yang lebih utama, apakah hal–hal itu membantu Indonesia mengatasi wabah ini? Mengapa tenaga dan kekreatifannya dalam membuat narasi tidak dimanfaatkan untuk mengedukasi masyarakat Indonesia tentang virus corona ini.

Masih banyak loh penduduk kampung–kampung bahkan di kawasan perkotaan Indonesia yang tidak tahu apa–apa tentang wabah ini. Orang–orang yang diperiksa petugas kesehatan karena tetangganya positif corona, lalu malah mengundang orang–orang dari kampung lain untuk ikutan periksa.

Orang–orang yang diminta istirahat di rumah, tapi malah jalan–jalan. Mengapa video tentang pemuda di Brussels tadi tidak dimanfaatkan untuk mengedukasi orang–orang tentang pentingnya cuci tangan dan membersihkan diri setelah dari tempat umum? Hal–hal ini justru jelas akan membantu negara dalam menghadapi wabah.

***