Allah tunjukkan yang hitam itu sungguh-sungguh hitam, meskipun selama ini selalu menyatakan putih.
Ada satu hal yang menarik saya perhatikan terkait berbagai komentar dan status yang muncul di media sosial, khususnya Facebook, terhadap komentar Presiden Joko Widodo perihal bipang.
Dalam catatan saya, para pemberi komentar yang rata-rata isinya adalah ejekan, cemooh, caci maka, dan yang semacamnya, adalah orang yang itu-itu juga yang selama ini memang tidak suka --bahkan benci setengah mati-- kepada Presiden.
Dan, ini yang menarik, mereka itu sebagian besar adalah orang-orang yang selama ini kerap melabeli dirinya sebagai orang Islam, berjuang demi kejayaan Islam, dan seterusnya. Bahkan, di antaranya, ada yang kerap menjadikan ayat-ayat suci Alqur'an sebagai statusnya.
Lalu, saya ingat, hari-hari ini, umat Islam kan sedang menjalankan ibadah puasa ramadhan, yang salah satunya dimaksudkan untuk mengendalikan hawa nafsu.
Dan yang disebut mengendalikan hawa nafsu itu, seperti yang kerap disampaikan para ustad yang juga banyak dipuja para pembuat komentar tersebut, tidak cuma menyangkut makan, minum, tidak berhubungan seks pada siang hari; tapi juga menyangkut ucapan baik lisan maupun tulisan, dari kata-kata yang buruk, seperti hujatan, ejekan, cemooh, caci maki, dan yang semacamnya baik terhadap sesama umat Islam sendiri maupun terhadap manusia secara umum.
Tapi, yang sekarang terjadi karena ucapan Presiden perihal bipang itu, kok tidak demikian, ya? Justru sumpah serapah, cemooh, ejekan, hujatan, hingga caci maki, dari yang halus hingga kasar, meluncur deras tanpa tedeng aling-aling. Dan, itu berlangsung di tengah umat Islam sedang khusu' menjalankan ibadah puasa yang salah satunya dimaksudkan untuk mengendalikan perbuatan seperti itu.
Presiden mungkin salah, atau tidak tahu bahwa bipang itu singkatan dari babi panggang -- meskipun dalam konteks ini "kadar" kesalahan Presiden masih bisa diperdebatkan.
Tapi, melontarkan cemooh, hujatan, ejekan, sumpah serapah, atau caci maki, secara suka cita, seperti itu di bulan suci Ramadhan, oleh orang yang menyatakan diri sebagai Islam dan selama ini senantiasa "menyuarakan" Islam dalam berbagai komentar dan status media sosialnya, sungguh sesuatu yang terasa paradoks.
Jangankan terhadap Presiden, bahkan terhadap orang biasa sekali pun, atau terhadap orang berstatus budak pun, saya kira tak patut hal itu dilakukan saat seperti ini.
Lalu, jika demikian halnya, bagaimanakah kita harus memahami yang semacam ini sebagai perilaku manusia pembela Islam yang Islami?
Atau, jangan-jangan, sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang oleh Allah SWT sering disebut dalam Al-Qur'an sebagai "orang munafik dan fasik", karena ciri-cirinya agak mirip: senantiasa mengaku sebagai orang yang beriman, tapi perilaku kesehariannya justru berkebalikan.
Jika begitu, sungguh Allah SWT benar-benar telah menunjukkan kekuasaanNYA yang nyata di bulan suci ini. DIA tunjukkan yang hitam itu sungguh-sungguh hitam, meskipun selama ini selalu menyatakan putih.
Subhanallah. Kiranya Allah SWT melindungi kita dari orang-orang munafik dan fasik....
Kiranya, Ramadhan ini benar-benar membuat kita mampu mengendalikan hawa nafsu dalam segala hal!!!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews