Dalam bahasa Jawa ada kosakata "maido" yang artinya meragukan sesuatu atau suka mencela/tidak percaya akan pekerjaan orang lain. Orang yang suka "maido" biasanya hanya pandai bicara atau teori saja ,tapi kalau disuruh melakukan sesuatu atau pekerjaan tidak mau. Sukanya "maido" atau mencela dan meragukan pekerjaan yang sudah dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
Mungkin kita pernah bekerja dalam suatu perusahaan, pernah "dipaido" oleh atasan atas hasil pekerjaan kita. Biasanya timbul perasaan tidak suka atau kecewa karena pekerjaan yang sudah dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan susah payah "dipaido" oleh atasan.
Atau bisa juga dalam persahabatan atau pertemanan kita juga sering mengalami "dipaido" oleh sahabat atau teman tadi. Pasti rasanya gondok dan ingin melempar dengan sesuatu.
Orang kalau belum pernah mengalami suatu kejadian atau peristiwa atau terjun langsung, biasanya suka "maido" atau tidak percaya.
Nah, akhir-akhir ini banyak masyarakat, khususnya masyarakat dunia medsos sering "maido" kepada pihak pemerintah atas penanganan bencana gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala/Sigi Sulawesi Tengah.
Ada sebagian kecil masyarakat yang menganggap penanganan bencana alam akibat gempa dan stunami berjalan lambat dan tidak maksimal. Ini tipe orang yang suka "maido", padahal mereka hanya nonton lewat televisi sambil mencet-mencet remot atau membaca dari medsos sambil ngemil atau minum kopi.
Sedangkan TNI, Polri, Basarnas dan para relawan berjibaku bertaruh nyawa. Mereka pantang menyerah dan lelah sekalipun medannya sangat sulit untuk dijangkau akibat kerusakan akibat gempa dan stunami. Pekerjaan yang mereka kerjakan siang dan malam tanpa kenal waktu, masih saja ada orang-orang yang "maido" atau meragukan, bahkan mencela atas pekerjaan yang mereka lakukan.
Orang-orang yang suka "maido" bisanya cuma ngomong saja, tapi kalau diminta berbuat atau membantu dalam bentuk bantuan, biasanya langsung "mlengos" atau balik kanan maju jalan alias kabur. Tipe orang seperti ini biasanya hanya "Jarkoni" atau iso ngajari, ora isoh nglakoni (bisa ngajari, tapi tidak bisa menjalani atau menjalankan).
Orang yang suka "maido" termasuk orang yang suka menggampangkan atau menganggap sesuatu itu mudah dilakukan atau dilaksanakan. Padahal tempat terjadinya bencana atau medannya sangat sulit menyalurkan bantuan atau mengevakuasi korban-korban yang terkena bencana yaitu gempa dan tsunami.
Jangan suka "maido" hidup ini tidak semudah "cocote" Mario Teguh.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews