Intan Jaya – Aksi kekerasan yang dilakukan Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menelan korban jiwa. Kali ini, seorang perempuan lanjut usia yang mengalami gangguan jiwa, Mama Hertina, menjadi sasaran brutal kelompok separatis bersenjata tersebut. Ia ditembak mati tanpa ampun di Kampung Dugusiga, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, hanya karena dituduh sebagai mata-mata TNI.
Peristiwa memilukan ini menjadi sorotan luas karena korban dikenal sebagai warga sipil yang sama sekali tidak bersenjata dan hidup dalam kondisi keterbatasan mental. Menurut keterangan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayor Jenderal Kristomei Sianturi, Mama Hertina terakhir terlihat hidup pada 15 Mei 2025, usai mengungsi ke Kampung Mamba Bawah untuk menghindari ancaman kelompok bersenjata. Ia kemudian dilaporkan hilang dari posko pengungsian, dan warga menduga ia mencoba kembali ke kampung asalnya di Jaindapa.
“Dalam perjalanan pulang itulah ia dicegat dan dieksekusi oleh kelompok OPM pimpinan Daniel Aibon Kogoya. Mereka menuduh Mama Hertina sebagai intel TNI, padahal korban adalah perempuan lanjut usia yang mengalami gangguan jiwa dan kerap berjalan sendirian di hutan,” ungkap Mayjen Kristomei.
Kristomei menegaskan bahwa tidak ada keterlibatan prajurit TNI dalam peristiwa tersebut. Ia menyebut narasi yang menyalahkan aparat hanyalah hoaks yang sengaja diciptakan oleh OPM untuk membangun opini sesat dan memecah belah hubungan antara masyarakat dan aparat keamanan.
“Faktanya, sejak 15 Mei, TNI telah ditarik dari Kampung Sugapa Lama atas permintaan Bupati dan tokoh masyarakat setempat. Kejadian ini murni akibat aksi brutal kelompok separatis bersenjata,” jelasnya.
Jenazah Mama Hertina telah dimakamkan secara adat oleh warga setempat pada hari yang sama saat ditemukan. Pihak TNI menyampaikan duka cita mendalam dan menyerukan agar masyarakat tidak mudah terpancing oleh provokasi maupun informasi menyesatkan yang beredar di media sosial.
“Kami mengajak masyarakat untuk lebih bijak dan waspada terhadap narasi fitnah yang disebar kelompok separatis. Kejadian ini justru membuktikan bahwa OPM tidak segan menebar teror terhadap siapa pun, bahkan terhadap warga sipil yang paling rentan sekalipun,” tegas Kristomei.
Ia menambahkan bahwa setiap upaya memecah belah antara aparat dan rakyat Papua adalah strategi licik yang dijalankan kelompok separatis untuk melemahkan kepercayaan publik. Pemerintah dan aparat keamanan, lanjutnya, tetap berkomitmen menjaga keselamatan warga dan mendorong penyelesaian damai atas konflik di Papua {}
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews