Misteri irisan tetap saja menjadi pertanyaan, apakah "basic instinct" jurnalistik kami sudah setara atau itu hanya kebetulan belaka?
Dua kali saya menjadi juri lomba penulisan artikel, feature/berita duet dengan dua jurnalis senior. Satu dengan James Novak Luhulima, jurnalis senior purnatugas Harian Kompas. Satu lagi dengan mbak Leila S. Chudori, jurnalis purnatugas Majalah Tempo.
Bersama James saya menjadi juri untuk lomba menulis berita/feature dan video ATPM Honda. Sedang dengan Mbak Leila saya menjadi juri untuk penulisan lomba menulis QRIS, produk digital dari Bank Indonesia (BI) yang menjadi pemersatu sejumlah alat pembayaran digital berbeda.
Apa yang mau saya ceritakan lewat oret-oretan di atas kereta dari stasiun Tenabang menuju Sudimara ini? Soal naluri dasar atau "basic instinct" jurnalis versus selera alias "taste" jurnalis.
Yang cukup mengejutkan dari dua penjurian lomba penulisan dengan objek berbeda itu adalah soal IRISAN. Ya, irisan. Maksudnya, ada artikel yang dinilai baik dan karenanya calon juara yang sama-sama dipilih oleh dua juri berbeda.
Saat bersama James, misalnya, kami harus memilih 12 pemenang berbagai kategori dan 3 untuk lomba video. Amazing, hampir semua artikel dan video yang kami pilih beririsan. Padahal, ada sekitar 1.500 artikel/berita dan puluhan karya video dan kami tidak saling berkomunikasi. Kami habiskan waktu lebih dari 2 bulan untuk membaca karya lomba tulis itu.
Demikian juga dengan mbak Leila. Kami harus membaca, memeriksa dan menilai 200 artikel yang hebat-hebat. Kami harus menentukan 8 pemenang. Dan... 6 di antaranya beririsan!
Yang beririsan dengan juri intern dari BI ada 1 yang otomatis ditetapkan sebagai juara pertama. Sedang untuk menentukan 2 pemenang lagi kami harus sepakat. Ada nilai yang tidak bisa saya naikkan ketika mbak Leila menilai tinggi tulisan itu. Sebaliknya, ada nilai yang tidak bisa mbak Leila turunkan ketika saya menilai tinggi satu artikel. Komprominya adalah juri internal dari BI sendiri.
Misteri irisan tetap saja menjadi pertanyaan, apakah "basic instinct" jurnalistik kami sudah setara atau itu hanya kebetulan belaka?
Kalau bukan kebetulan, tentu masing-masing punya standar, punya ukuran dan kesamaan sudut pandang masing-masing sehingga terjadilah irisan itu yang kemudian melahirkan pemenang lomba.
Mengapa bisa terjadi seperti itu? Apa rahasianya?
Nanti saja ya saya ceritakan, ini harus turun dulu dari kereta commuter line di Stasiun Sudimara, sudah keburu nyampe.
Permisi....
#PepihNugraha
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews