Sesuatu yang Lucu, ketika anak balita seusia Jan Ethes, cucu Pertama Capres Petahana, dipersoalkan keberadaannya diantara keseharian Jokowi. Jan Ethes dianggap sebagai mahgnit Politik Jokowi, sehingga seorang wakil Ketua MPR, Hidayat Nurwahid harus melaporkannya ke Bawaslu.
Ini sebetulnya hanyalah masalah sepele yang tidak penting dipersoalkan, apa sih pengaruhnya seorang balita, yang tidak faham sama sekali persoalan Politik, sementara keberadaannya disamping eyangnya hanyalah pada aktivitas diluar masa kampanye. Jokowi sempat memberikan reaksi terhadap polemik Jan Ethes tersebut.
Seperti yang dilansir Kompas.com, Jokowi membantah apabila para politikus menyebut dirinya memolitisasi sang cucu demi kepentingan politik elektoral Pilpres 2019.
"Jan Ethes itu cucu saya. Enggak boleh saya ajak main? Enggak boleh saya antar ke toko? Enggak boleh saya ajak ke Kebun Raya? Enggak boleh kami sekeluarga diminta wawancara media TV? Enggak boleh?" kata Jokowi saat dijumpai di sela kegiatan panen udang di tambak Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (30/1/2019).
Kalau saja Prabowo juga Memiliki cucu, mungkin keberadaan Jan Ethes tidaklah menjadi persoalan. Disinilah persoalan Politik itu dimulai. Seorang politisi memang harus mampu membaca kelebihan dan kekurangan lawan, kebetulan Jokowi menampilkan sesuatu yang tidak dimiliki lawannya, maka jadilah persoalan.
Prabowo juga bisa melakukan sesuatu yang tidak mungkin bisa dilakukan Jokowi kok, kan Prabowo juga memiliki banyak potensi yang tidak dimiliki Jokowi, kenapa Tim Pemenangan Prabowo-Sandi tidak melakukannya, untuk memperlihatkan nilai lebih Prabowo.
Sebetulnya apa yang ditampilkan Jokowi hanyalah asesoris politik, sebagai pemanis dalam tampilannya. Memiliki keluarga yang harmonis, rukun dalam kebersahajaan, sebetulnya adalah hal yang biasa, tapi tampilan itu menjadi sebuah imej yang luar biasa, ketika lawan politik Jokowi tidak bisa menampilkan hal yang sama.
Memiliki cucu Laki-laki itu memang sesuatu banget, dan mengajak cucu bermain diluar kesibukan kerja itu adalah sesuatu yang mengasyikkan. Bagi Jokowi, mungkin bermain dengan Jan Ethes adalah relaksasi setelah aktivitas kerjanya sebagai kepala negara.
Tapi ketika aktivitas tersebut menarik pandangan orang lain, itu pastinya diluar dugaan Jokowi, apa lagi menjadi sorotan para politisi, sehingga Jan Ethes dianggap sebagai mahgnit dan days tarik Jokowi dalam berpolitik.
Berpolitik itu perlu kedewasaan, tidak semua hal dijadikan ketakutan. Sangatlah mustahil Jan Ethes itu bisa dijadikan penarik suara, dan bisa menaikkan elektabilitas Jokowi. Jan Ethes hanyalah asesoris dikeseharian Jokowi, yang tidak ada sama sekali pengaruhnya secara Politik.
Bangun saja kekuatan sendiri, untuk apa mempersoalkan kekuatan lawan. Kalau memiliki sisi kelemahan, tutup kelemahan tersebut dengan kelebihan yang dimiliki. Bersaing dalam Politik itu adalah hal yang wajar saja, tapi menjadi tidak wajar ketika mempersoalkan apa yang menjadi kelebihan lawan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews