Pemerintah terus optimal dalam menekan pergerakan kelompok radikal. Namun demikian, masyarakat dan aparat keamanan diminta untuk meningkatkan sinergitas serta kewaspadaan terhadap potensi ancaman teror menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Anak-anak selalu antusias jelang akhir tahun karena ada liburan panjang, dan mereka bisa beristirahat dari tugas sekolah yang melelahkan. Biasanya hari libur diisi dengan traveling tetapi karena pandemi, orang tuanya hanya menyenangkan mereka dengan jalan-jalan ke Mall atau tempat publik lain.
Akan tetapi para orang tua wajib waspada karena di tempat umum ada potensi gangguan, tak hanya penularan virus tetapi juga ancaman dan teror. Para teroris sering memanfaatkan momen akhir tahun untuk mengebom, karena mereka tahu bahwa banyak yang liburan dan akhirnya bepergian ke pusat perbelanjaan. Mereka juga mengincar rumah ibadah karena tidak memiliki rasa toleransi sama sekali.
Ketua Indonesia Police Watch Neta S Pane menyatakan bahwa kalangan radikal dan jaringan terorisme mendapatkan angin untuk melakukan teror di akhir tahun, karena maraknya gerakan intoleransi. Dari pengamatan, terdapat petinggi ormas terlarang yang terlibat kasus terorisme.
Neta melanjutkan, Polri perlu lebih cermat karena saat kasus corona menurun berpotensi ada kerumunan, dan jangan sampai kecolongan.
Penyebabnya karena ketika kurangnya penjagaan maka akan dimanfaatkan oleh teroris untuk melakukan pengeboman dan aksi teror lain.Para mantan narapidana teroris juga patut diwaspadai agar tidak melakukan tindak kejahatan lagi.
Di akhir tahun memang rawan karena beberapa saat lalu ada pengeboman di depan sebuah rumah ibadah. Jangan sampai peristiwa pahit ini terulang. Oleh karena itu, Polri lebih ketat lagi dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, serta melakukan operasi lilin. Sehingga akan ada razia, tidak akan ada warga sipil yang diam-diam membawa senjata tajam, apalagi bom molotov.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa jajaran kepolisian perlu lebih peka dalam menanggapi aksi terorisme. Untuk mencegah teror di akhir tahun, maka ada pemetaan potensi kerawanan di berbagai wilayah. Langkah antisipasi perlu dilakukan agar Polri tidak kecolongan.
Potensi kerawanan ada di berbagai tempat di seluruh Indonesia. Pertama di rumah ibadah, karena teroris tidak punya empati dan toleransi, sehingga menganggap yang berbeda adalah musuh. Kedua adalah di tempat hiburan seperti night club dan kafe, karena mereka menganggapnya sebagai tempat maksiat, padahal yang disajikan hanya musik untuk menghibur masyarakat.
Sedangkan yang ketiga, tempat umum seperti mall dan pusat perbelanjaan lain. Di akhir tahun kita tahu bahwa ada perayaan natal. Polri mencegah agar tidak ada ormas radikal yang sweeping sembarangan dan mencopot topi sinterklas atau pohon cemara. Ada pula penjagaan ketat sehingga mall tidak akan jadi sasaran pengeboman oleh kelompok teroris.
Polri juga bekerja sama dengan Densus 88 antiteror untuk terus menangkap teroris yang tersebar di seluruh Indonesia. Jaringan mereka memang luas, bahkan sampai ke luar negeri (seperti Filipina). Namun ketika ada teroris yang tertangkap maka ia bisa diinterogasi dan jadi informan, sehingga jaringannya terbongkar dan makin banyak teroris yang tertangkap, agar tidak meresahkan masyarakat.
Jelang liburan akhir tahun, Polri lebih ketat dalam menjaga keamanan, agar tidak ada teror maupun pengeboman yang dilakukan oleh para teroris. Operasi lilin dilakukan agar situasi makin kondusif. Di depan rumah ibadah juga diperketat penjagaannya, agar tidak ada teror yang membuat umat takut untuk datang dan merayakan hari raya di sana.
Abdul Ghofur, Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews