Bambang Haryo Tidak Salah Pilih Cawabup Taufiqulbar

Tugas pertama yang perlu diperhatikan Taufiqulbar bersama BHS jika nanti terpilih menjadi pimpinan Sidoarjo adalah juga memperhatikan penataan kawasan Porong dan sekitarnya.

Minggu, 4 Oktober 2020 | 12:15 WIB
0
388
Bambang Haryo Tidak Salah Pilih Cawabup Taufiqulbar
Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Sidoarjo, Bambang Haryo Soekartono (BHS) dan Moh. Taufiqulbar. (Foto: Tribunnews.com)

Calon Bupati Sidoarjo Bambang Haryo Soekartono (BHS) tidak salah ketika harus memilih Moh. Taufiqulbar sebagai Calon Wakil Bupati Sidoarjo yang mendampinginya pada Pilkada Sidoarjo 2020 mendatang.

Taufiqulbar memastikan keduanya memiliki latar belakang Nahdlatul Ulama (NU) kultural. Karena itu, kedua pasangan calon (Paslon) alumnus ITS Surabaya ini bakal saling mengisi dalam membangun Sidoarjo.

Terutama dalam menambah fasilitas pendidikan berupa gedung Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang saat ini dinilai masih minim. “Kami ini pasangan yang klop. Kami bisa saling mengisi dalam membangun Sidoarjo agar menjadi lebih baik,” ungkap BHS saat jumpa pers di Media Center BHS-Faufiqulbar di Jalan Diponegoro Sidoarjo..

Tidak hanya itu, lanjut BHS, dirinya dan Taufiqulbar juga siap merangkul Nahdlatul Ulama (NU) untuk mendulang suara dalam Pilkada 9 Desember 2020 mendatang. Apalagi, paslon BHS – Taufiqulbar memastikan pasangan perpaduan nasionalis dan religius.

“Memang saya dan Pak Taufiq itu tidak di struktur NU, tapi kami juga NU. Secara kultural karena eyang saya Eyang Brawijaya Lima dan Eyang Putri Cempo yang kebetulan garisnya ini Raden Patah sampai ke bawah,” ujar BHS.

“Termasuk mungkin juga keluarga Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) dan lainnya ini masuk di garis keluarga kita,” ungkap mantan anggota DPR RI periode 2014-2019 ini.

Menurut alumni Teknik Perkapalan ITS Surabaya ini, jika dirinya dan Taufiqulbar dipercaya memimpin Sidoarjo, keduanya berjanji bakal menggandeng tokoh-tokoh NU Sidoarjo dalam mengambil setiap kebijakan.

Tidak hanya itu, selain dengan tokoh NU, pihaknya juga bakal menjaga hubungan dengan elemen maupun ormas lainnya. “Karena saya sering bersilaturrahmi, diskusi dengan NU dan lainnya,” lanjut BHS.

Tapi BHS tidak pernah mempublikasikan apa yang sudah dilakukannya untuk NU dan lainnya sebelum dirinya mencalonkan sebagai Bupati Sidoarjo. “Banyak program yang saya berikan selama saya di Komisi V dan Komisi VI DPR RI kemarin, untuk warga Sidoarjo,” tegasnya.

BHS juga bakal menjadikan Sidoarjo menjadi kabupaten santri jika diberi amanah memimpin Kota Udang ini. Salah satunya, yakni keinginannya menjadikan Sidoarjo sebagai kota santri dan religius.

Program utamanya pembangunan Madrasah Ibtidaiyah berbasis agama. Misalnya gedung MI bakal ditambah. “Jika saat ini jumlah MI se-Sidoarjo ada sebanyak 211 sekolah, kita naikkan jumlahnya dua kali lipat,” ungkap BHS.

Riwayat Taufiqulbar

Keraguan atas ke-NU-an juga sempat menimpa Cawabup Taufiqulbar. Padahal, Taufiqulbar sendiri sejak sebelum lahir berasal dari keluarga NU. Taufiqulbar mengaku, cucunya Ketua MWC NU Sedati H. Hasan Dahlan.

Tidak hanya dari garis keturunan orangtuanya, Taufiqulbar juga menjelaskan perjuangan mertuanya mendirikan RSI Siti Hajar hingga kini menjadi salah satu RS besar di Sidoarjo. Padahal, sebelumnya cuma berupa Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).

“Syuriah NU di Sedati itu mbah saya dari abah saya KH Mubarok. Jadi tidak diragukan lagi ke-NU-an saya. Sejak saya belum lahir, abah saya juga Ketua GP Ansor Sedati. KH Husain Ilyas Mojokerto, beliau adalah cacak (kakak) saya dari garis orang tua,” ujarnya.

Taufiqulbar lahir di Sidoarjo, 30 Agustus 1972. Dari pernikahannya dengan Naila Nahdiyah, ia dikaruniai 3 anak. Ia mondok di Ponpes Al Fattah Banjarsari Buduran lulus 1987, Ponpes Nurul Huda Buduran (1990), Ponpes At Tauhid Sidosermo Surabaya (2001).

Sejak 1990 hingga sekarang, ia menjadi Pengusaha Tambak; Pada 2010 menjabat Direktur Utama CV Elta Salsabila; Pada 2018 Komisaris Utama PT Artha Salsabila Sejahtera.

Dalam karier politiknya, pada  2014-2019 ia menjabat Sekretaris DPC PBB Sidoarjo, Wakil Ketua Fraksi Golkar Bintang Persatuan DPRD Sidoarjo. Taufiqulbar itu NU sejak sebelum lahir.

Sejak namanya muncul dalam bursa Pilkada Sidoarjo 2020, isu bahwa Taufiqulbar itu tidak NU dan ditengarai mendanai HTI itu adalah fitnah semata. Benarkah isu tersebut? Ustadz Muhamad Ali yang akrab dipanggil Gus Ali menelusurinya.

Gus Ali penasaran dengan keberadaan berita ini dan mencoba untuk bertabayun ke mertua Taufiqulbar, KH Masykur yang juga bendahara PCNU Sidoarjo 2 periode perintis dan juga pendiri RS Siti Hajar dan Rahmatul Ummah Sidoarjo.

Dari penjelasan Kiai Masykur dan juga Ponpes Al Misbar Karangnongko Mojokerto bertemu langsung dengan almagfurlah KH Husein Ilyas untuk tabayun diperoleh penjelasan Silsilah Taufiqulbar.

KH Abdul Ghani, mempunyai dua anak, yaitu Husein Abdul Ghani dan Ruslan Abdul Ghani. Ruslan Abdul Ghani adalah tokoh pergerakan Nasional Indonesia. Lahir 24 November 1914. Pada 1958 Ruslan Abdul Ghani diangkat jadi menteri Luar Negeri jaman Presiden Soekarno.

Sedangkan saudaranya Ruslan Abdul Ghani, Husein Abdul Ghani mempunyai dua anak: Hj. Muslihah dan KH. Muhammad Ilyas. Hj. Muslihah menpunyai anak, H. Badriyah dan H. Abdul Wahab (pemilik KBIH Mabruroh).

Hj. Badriah punya anak: H. Khulaim Junaidi dan H. Moh. Taufiqulbar. Sedangkan adiknya H. Abdul Wahab itu menikah dengan KH. Salim Imron (kini Ketua MUI Sidoarjo, mantan Ketua PC GP Ansor Sidoarjo).

Sedangkan Kiai Ilyas, saudaranya mempunyai anak KH. Husein Ilyas. Jadi, “Pak Taufiqulbar dengan KH. Husein Ilyas itu memanggilnya paman alias beliau adalah keponakannya KH Husein Ilyas yang disegani Gus Dur dan sering bertamu di rumah beliau,” ujar Gus Ali.

Dari jalur kakek Taufiqulbar, “Beliau adalah bendahara MWC NU dua periode di Kecamatan Sedati. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Taufiqulbar ini mempunyai garis keturunan kiai NU sejak sebelum lahir.”

Sebagai alumni Teknik Geofisika ITS pada 1997, Taufiqulbar tentu sangat tepat bila diberi tugas untuk “menyelesaikan” persoalan Semburan Lumpur Sidoarjo yang terjadi sejak 29 Mei 2006 di kawasan Kecamatan Porong itu.

Banjir lumpur panas Sidoarjo, juga dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo yaitu peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc. yang berlokasi di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong.

Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 m dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1).

Sumur BJP-1 ini merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas Inc sebagai operator Blok Brantas. Hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut.

Pihak Lapindo Brantas sendiri punya 2 teori soal asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kesalahan prosedur dalam kegiatan pengeboran. Kedua, semburan itu kebetulan terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui.

Ada yang mengatakan bahwa lumpur meluap karena kegiatan Lapindo Brantas Inc di dekat lokasi itu. Lapindo Brantas melakukan pengeboran sumur Banjar Panji-1 pada awal Maret 2006 dengan jasa perusahaan kontraktor pengeboran PT Medici Citra Nusantara.

Kontak itu diperoleh Medici atas nama Alton International Indonesia, Januari 2006, setelah menang tender pengeboran dari Lapindo senilai US$ 24 juta. Lokasi semburan lumpur itu merupakan kawasan permukiman dan salah satu kawasan industri utama di Jatim.

Tidak jauh dari lokasi semburan itu semula terdapat jalan Tol Surabaya-Gempol, jalan, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi.

Tugas pertama yang perlu diperhatikan Taufiqulbar bersama BHS jika nanti terpilih menjadi pimpinan Sidoarjo adalah juga memperhatikan penataan kawasan Porong dan sekitarnya.

***