Dan sekarang, membangun Universitas Islam Internasional, padahal banyak sekolah di daerah pelosok yang perlu didanai dulu? Kenapa Islam mulu?
Pak Jokowi dipuja-puja di Facebook tapi kalo di Twitter dibully mulu di reply-an thread-nya, gegara kebijakannya soal agama dan radikalis nggak adil. FB isinya boomers, penuh fansboy pemuja maupun haters buta. Sedangkan Twitter isinya lebih banyak orang-orang kritis yang kalau benar ya gak takut buat menyuarakan bahwa itu benar. Jarang banget ada orang jadi haters/lovers buta di sana.
Gitu ya, boomers.
Pak Jokowi,
Kenapa koruptor dikasih grasi?
Kenapa mengusulkan untuk memperpanjang izin FPI?
Dan sekarang, membangun Universitas Islam Internasional, padahal banyak sekolah di daerah pelosok yang perlu didanai dulu?
Kenapa Islam mulu? Bangun Universitas Hindu-nya kapan? Boro-boro, ada orang ibadah aja dibubarkan.
Kenapa harus gitu banget?
Buzzer provokator semacam Denny Siregar bilang itu semacam langkah catur. Langkah catur mbahmu. Tulisannya lebih mirip tulisan ibu-ibu yang membenarkan dengan segala cara saat suaminya selingkuh. Sangat apologetic.
Jungkir balik gak tuh mikirnya, saat mengarang alternatif-alternatif "skenario brilian" atas kebijakan berantakan, yang sebenarnya nggak pernah ada? Keracunan kafein gara-gara nyeruput kopi yang terlalu banyak emang bisa mempengaruhi kognitif otak.
Kalau Bang Birgaldo Sinaga anggap segala-galanya sebagai langkah catur nggak? Termasuk yang soal Jokowi merestui keputusan prematur Gibran untuk maju pilkada Solo 2020?
Hahaha... dosen-dosen politikku pada mengelus dada.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews