Ada banyak kegiatan yang pernah diadakan di sana, terakhir pada 17 Mei lalu yaitu deklarasi Gerakan Kedaulatan Rakyat yang dihadiri Amien Rais, Titiek Soeharto, dan tokoh-tokoh lain.
Sepertinya pengungkapan kasus rencana pembunuhan terhadap empat pejabat negara dan satu pimpinan lembaga survei akan menuju titik terang.
Ya, rilis kepolisian pada 11 Juni lalu belum sampai mengungkap dalang utama dari kasus tersebut. Namun setidaknya tiga nama yang sudah dibeberkan ke publik yang diduga terlibat, antara lain Kivlan Zein, Soenarko, dan Habil Marati.
Tiga nama di atas bukanlah aktor intelektual. Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menyebutkan masih ada kemungkinan keterlibatan pihak lain.
"Jadi kemarin belum sampai ke dalang kerusuhannya, kemarin lebih mengungkap asal usul senjata dan mau dipakai apa senjata itu," tutur Moeldoko (12/6/2019).
Pertanyaannya, betulkah akan ada rilis terbaru dari kepolisian terkait dalang utama rencana pembunuhan? Apakah kasus tersebut murni aksi pribadi tanpa berhubungan dengan kepentingan politik pihak tertentu?
Sementara kita tunggu proses penyelidikan lebih lanjut. Kepolisian pasti akan bekerja profesional. Pada saatnya nanti akan terungkap juga semua.
Salah seorang tersangka yang merupakan eksekutor suruhan Kivlan yaitu bernama Kurniawan alias Iwan membeberkan informasi yang cukup mengagetkan kepada penyidik kepolisian ketika diinterogasi.
Iwan mengaku bahwa saat terjadi aksi kerusuhan pada 21 Mei, dia berada di sebuah tempat yang dia sebut "pangkalan". Pangkalan tersebut beralamat di Jalan Proklamasi Nomor 36, Menteng, Jakarta Pusat.
"Tanggal 21 itu adalah aksi pemanasan demo di KPU. Cuma karena memang massanya belum ramai saya segera kembali ke pangkalan di Jalan Proklamasi Nomor 36," tutur Iwan.
Pangkalan itu sebenarnya tempat apa? Berdasarkan penelusuran, tempat itu adalah Rumah Perjuangan Rakyat Prabowo-Sandiaga. Saat disambangi di sana masih terpasang baliho bertuliskan 'Rumah Perjuangan Rakyat.'
Kok Iwan diperbolehkan menggunakan rumah itu sebagai pangkalan dalam menjalankan aksinya? Apakah betul Iwan sendirian di sana tanpa ditemani oleh orang lain?
Untuk dua pertanyaan ini biarlah diungkap selanjutnya secara detail pihak kepolisian. Namun faktanya sebagian publik tahu bahwa Rumah Perjuangan Rakyat salah satu tempat yang didirikan oleh relawan Prabowo-Sandi. Peresmiannya dilakukan pada 26 April 2019. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Ferry Juliantono memberi pidato sambutan dalam peresmian itu.
Inisiator Rumah Perjuangan Rakyat adalah Andrianto, koordinator relawan di Direktorat Relawan BPN Prabowo-Sandi. Tujuan dari pendiriannya untuk menampung aspirasi masyarakat terkait problematika Pemilu 2019.
Ada banyak kegiatan yang pernah diadakan di sana, terakhir pada 17 Mei lalu yaitu deklarasi Gerakan Kedaulatan Rakyat yang dihadiri Amien Rais, Titiek Soeharto, dan tokoh-tokoh lain.
Baca Juga: Habil Marati, Koboy Mbalelo dari Partai Kabah
Pada Pilpres 2014 silam juga tempat yang sama digunakan oleh kelompok pendukung pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta.
Kumparan.com dalam laporannya juga memastikan bahwa betul rumah tersebut tempat beraktivitasnya relawan Prabowo-Sandiaga, di sana sempat terpasang spanduk yang bertuliskan "Rumah Perjuangan Rakyat" di mana ada gambar tangan mengepal di dalamnya. Dan belakangan akhirnya spanduk tersebut dicopot.
Mungkinkah dalang utama rencana pembunuhan berasal dari 'rumah rakyat' itu? Sekali lagi, hasil proses penyelidikan pihak berwajib yang akan mengungkap. Tidak boleh ada yang mendahului.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews