Namanya Habil kembali muncul di Kantor Menko Polhukam, Selasa, 11 Juni 2019. Polisi menyebutnya sebagai donatur pengadaan senjata untuk menghabisi empat pejabat tinggi.
Di DPR periode 1999–2004, dikenal istilah “Koboy Senayan”. Istilah ini merujuk sejumlah politisi, sebagian masih muda, lintas fraksi yang kritis terhadap pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Mereka antara lain Ade Komarudin dan Alvin Lie, aktif ‘menggoyang’ Gus Dur lewat Pansus Buloggate dan Bruneigate.
Dari sisi usia dan jam terbang di Senayan, Habil Marati tergolong politisi muda. Toh begitu, lelaki kelahiran Raha–Muna, Sulawesi Tenggara 7 November 1962 itu tak masuk kategori Koboy Senayan. Dia lebih tepat dijuluki Koboy Mbalelo. Politisi PPP ini justru berada di seberangnya dan kerap rantang-runtung menyambangi Gus Dur di Istana.
Tak heran ketika mayoritas fraksi di DPR menyetujui pembentukan Pansus Buloggate dan Bruneigate untuk menyelidiki aliran dana ke Gus Dur, Habil justru bersikap sebaliknya. Dia akhirnya memang menjadi anggota Pansus yang dipimpin oleh politisi senior PPP, Bachtiar Chamsyah. Tapi peran Habil rupanya lebih sebagai pengganggu. Sikap dan pendapatnya lebih sering mbalelo dengan kebijakan partainya.
Bachtiar dan sejumlah politisi di partai berlambang Kabah itu tentu jengah dibuatnya. Pada 30 Oktober 2000, fraksi PPP akhirnya menarik anggota Komisi IX itu dari Pansus.
Belakangan PPP malah menjatuhkang skorsing, yang bila tidak diindahkan bisa berujung pemecatan. "Partai sudah tidak mengakui Habil sebagai anggota F-PP lagi. Terserah dia mau ngapain, itu bukan lagi urusan PPP," kata Bachtiar Chamsyah kepada pers kala itu.
Kepada sebuah media dia pernah bercerita tentang masa lalunya yang pahit. Sambil kuliah di FE UII pada pertengahan 1980-an, ia mengaku pernah ngamen di Malioboro, Yogyakarta. Juga pernah menjadi kuli panggul di Stasiun Jatinegara, hingga jadi tukang cuci piring di restoran ayam goreng Suharti.
Baca Juga: Benarkah Habil Marati Dalang Kerusuhan?
Jalan hidupnya mulai terang ketika bekerja di sebuah perusahaan HPH di Kalimantan. Sepanjang dekade 1990-an, Habil mengaku pernah mempelajari reaktor kimia di Leipzig di Jerman, Austria, dan Houston dan Atlanta di AS.
Pengalaman itulah yang mendorongnya berbisnis di sektor kimia. Ia memiliki pabrik di Indramayu lewat PT Batavindo Krida Nusa. Habil juga memimpin sejumlah perusahaan lain seperti, PT Galaxy Pasific Evalindo, PT Makassar Perrosal Global, PT Satomer Asri Fiberindo, PT Industry Kakao Utama, dan PT Agra Post Lava.
Tak heran bila dari sisi penampilan, Habil yang berkulit sawo matang jauh perlente dari politisi muda lainnya. Ketika para politisi sekelas Hatta Rajasa dan Suryadharma Ali kala itu mengendarai KIA Carnival, Habil mengendarai MPV dari kelas yang jauh berbeda. Bukan produk Korea Selatan tapi Chrysler abu-abu buatan Detroit, Amerika Serikat.
Tak heran pula dengan aset yang dimilikinya, meski pernah diskorsing dan terancam dipecat dari PPP, karir politik Habil justru kian mapan. Di PPP dia menjadi Bendahara Umum. Tapi di Senayan dia berhenti sampai 2004, dan pada pemilu 2019 ini dia kembali gagal meraih kursi.
Meski sugih, saat menjadi anggota Komisi Keuangan dan Perbankan namanya pernah disebut ikut kecipratan dana dari Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia, Rp 250 juta.
Dana itu untuk memuluskan Miranda S. Goeltom menjadi deputi senior Gubernur BI. Habil pernah diperiksa KPK, tapi sebatas saksi. Tak sampai masuk bui seperti belasan politisi lintas fraksi lainnya.
Sikap mbalelo Habil kembali diperlihatkan ketika dalam kepengurusan PPP terpecah, dia memilih berpihak ke kubu Djan Fariz. Dia didapuk menjadi wakil ketua umum. Toh begitu, Habil tak mau mengikuti keputusan Djan yang menyokong Ahok–Djarot dalam Pilkada DKI. Dia memilih berpihak ke pasangan Agus Harimurti–Sylvia Murni. Di putaran kedua, dia berpaling ke Anies Baswedan–Sandiaga Uno.
Di luar politik, Habil Marati aktif di organisasi olah raga. Dia pernah menjabat Manager Timnas Indonesia hingga dipecat PSSI, 4 Desember 2012. Sebelumnya dia pernah mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI. Dua bulan setelah dipecat PSSI, Habil membeli saham Persibo Bojonegoro senilai Rp 10 miliar, 6 Februari 2013.
Pasca dipecat PSSI, nama Habil Marati nyaris tak pernah lagi dikutip media mainstream. Namanya kembali muncul di Kantor Menko Polhukam, Selasa, 11 Juni 2019. Polisi menyebutnya sebagai donatur pengadaan senjata untuk menghabisi empat pejabat tinggi republik ini.
Ngerihhhh…
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews