Lockdown di Norwegia Tak Libatkan Militer

Pesan kuat yang rasanya bisa diterapkan oleh negara manapun. Tetap ikhtiar dan berdoa untuk kesehatan dan keselamatan kita semua.

Sabtu, 28 Maret 2020 | 11:39 WIB
0
286
Lockdown di Norwegia Tak Libatkan Militer
Ilustrasi tentara (Foto: kbr.id)

Kemarin ada pertanyaan menarik di postingan saya di Instagram: Apakah kebijakan lockdown di Norwegia juga melibatkan militer? Jawabannya: tidak. Alhamdulillah sampai saat ini pemerintah masih belum sampai mengerahkan kekuatan militer atau kepolisian untuk mengawasi pergerakan masyarakat.

Lalu apakah masyarakat Norwegia patuh begitu saja pada instruksi #socialdistancing? Jawabannya: tidak juga, meskipun mayoritas memang taat.

Jadi ketika ada perintah #lockdown seminggu lalu, pemerintah menutup semua bandara dan pelabuhan dari kedatangan orang asing.

Mulai Senin kemarin semua perbatasan darat juga ditutup, hanya truk pembawa barang (makanan dan obat-obatan) yang boleh tetap masuk.

Saat itu jumlah kasus positif di Norwegia sudah sekitar 900-an dengan 1 kematian. Langkah lockdown, meski dianggap terlambat, tetap diapresiasi oleh semua orang.

Dengan kebijakan ini, semua orang diminta tetap tinggal di rumah. Terutama mereka yang sudah dites dan positif, harus melakukan #swakarantina di rumah masing-masing. Hanya pasien yang sudah parah saja yang dirawat di rumah sakit. Karena kapasitas rawat inap dan tenaga medis juga terbatas.

Kebijakan lockdown juga menutup perbatasan antarkota. Intinya semua orang harus "dikunci" di dalam kota. Nggak boleh kalau sekadar mau pelesir keluar kota. Bakalan langsung disuruh pulang, diam #dirumahaja.

Tujuannya tentu agar persebaran virus bisa diminimalisasi, dan jejak penularan lebih mudah terdeteksi.

Warga yang sehat tetap boleh jalan-jalan cari matahari dan menikmati udara segar, yang penting selalu hindari kerumunan. Boleh belanja kebutuhan sehari-hari, asalkan langsung pulang. Semua acara kumpul-kumpul dilarang tanpa kecuali.

Namun, ternyata ada juga orang-orang yang meski positif terinfeksi, malah pergi ke kabin mereka di daerah pegunungan. Alasannya, yang penting mereka nggak menulari orang lain. Justru ini yang berisiko merepotkan semua pihak. Lokasi kabin yang terpencil, akan susah dijangkau oleh pihak rumah sakit bila ada masalah dengan si pasien.

Pemerintah tidak tinggal diam. Semua orang hanya boleh tinggal di alamat resmi. Langsung dibuat UU Kabin. Mereka yang sudah wajib swakarantina maupun yang sehat, kalau ketahuan kabur ke kabin, akan didenda USD 2.000,- atau penjara 2 tahun.

Dengan adanya peraturan ini, apakah semua jadi takut dan patuh? Iya!  Nggak perlu basa-basi, pemerintah gerak cepat dan tegas. Masyarakat Norwegia lebih takut pada aturan pemerintah daripada aturan agama; begitu istilahnya. Karena efeknya bisa mereka rasakan langsung di kehidupan.

Dalam situasi darurat, pemimpin memang harus berani mengambil keputusan taktis, serta memberi keyakinan pada rakyat bahwa mereka akan dilindungi. Rakyat yang baik pemahamannya dan percaya pada pemimpin, akan lebih mudah untuk taat.

Baca Juga: "Social Distancing" di Norwegia

Saya ingin menambahkan, bahwa sebetulnya semua manusia di manapun sama. Sama-sama berpotensi untuk mbalelo, ngeyel, ndablek, hobi protes.

Yang bisa membuat orang-orang patuh adalah kalau ada kekuatan yang lebih besar yang bisa menjamin keselamatan dan penghidupan mereka. Di sinilah peran penting negara.

Kalau negara bertanggung jawab penuh (termasuk menjamin kestabilan ekonomi dan ketahanan pangan seluruh lapisan masyarakat), pemerintahnya tanggap dan bukannya gagap dalam mengatasi masalah, berani mengambil keputusan meski tidak populis, pada gilirannya rakyat akan mengikuti. Dengan rela maupun terpaksa.

Yang penting mereka tahu bahwa negara selalu ada untuk melindungi. Untuk memimpin rakyat demi keselamatan bersama.

Termasuk dalam wabah #covid_19.

Saya teringat pidato PM Erna Solberg kepada anak-anak Norwegia beberapa hari lalu.
Salah satu pesan yang dia sampaikan adalah, bahwa "... wabah #koronavirus ini adalah sesuatu yang baru dan mengguncang kita semua. Inilah saatnya kita bertindak bersama. Sekarang bukan lagi waktunya berbicara tentang "aku", tapi tentang "kita".

Tetap tenang, jangan panik. Yakinlah bahwa kita semua bisa melalui masa sulit ini dengan selamat bersama-sama. Yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin. Percayalah bahwa negara selalu ada untuk rakyat."

Pesan kuat yang rasanya bisa diterapkan oleh negara manapun.

Tetap ikhtiar dan berdoa untuk kesehatan dan keselamatan kita semua.

***