Apakah Presiden AS Donald Trump akan terpilih sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian 2019 karena usahanya mengajak Korea Utara dan Selatan berdamai?
Percakapan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan penerima hadiah Nobel Perdamaian 2018 Nadia Murad berlangsung komunikatif. Video yang diunggah Twitter pada Sabtu (20/7/2019) menunjukan sikap keinginan tahu Trump, mengapa ia (Nadia Murad) berhasil terima Nobel Perdamaian 2018.
Awalnya Trump yang duduk membelakangi Nadia Murad yang sedang berdiri, menoleh ke kanan memulai pembicaraan setelah diperkenalkan staf Gedung Putih. Ia menanyakan, "Anda memiliki hadiah Nobel?”
Donald Trump memang mengetahui tentang aktivis Yazidi, Nadia Murad, yang berhasil menerima hadiah Nobel Perdamaian 2018. Setelah interaksi dibuka, Nadia Murad bercerita banyak dalam Bahasa Inggris yang fasih.
Nadia Murad, atau lengkapnya Nadia Murad Basee Taha, pada tahun lalu, Jumat, 5 Oktober 2018, merupakan salah seorang perempuan Irak yang sangat berbahagia. Bagaimana tidak. Namanya diumumkan sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian 2018 di ibu kota Norwegia, Oslo.
Jika kita membaca Twitter Nadia Murad tanggal 15 Maret 2017, ia sudah minta didoakan agar menang.
“Iraq Government nominated me for the Nobel Peace Prize. Thank you all for the support!”
Ternyata harapannya itu dikabulkan Tuhan, dan ia bersama seorang dokter Denis Mukwege menerima hadiah Nobel Perdamaian Dunia 2018. Berarti ia sukses bertarung di dalam 331 calon dari individu dan organisasi dunia.
Nadia Murad yang berusia 26 tahun di tahun 2019 ini, lahir tahun 1993. Ia dinilai berhasil mengupayakan berakhirnya kekerasan seksual dalam situasi perang dan konflik bersenjata di Irak.
Setelah ia diculik dan diperkosa oleh kelompok Daesh (Negara Islam) pada bulan Agustus 2014 di Irak, kemudian ia menjadi aktivis hak asasi manusia Yazidi. Ia juga ingin membela 1.300 perempuan yang bernasib sama dengan dirinya, di mana anggota keluarganya juga hilang.
Sejak September 2016, Nadia Murad menjadi "Goodwill Ambassador" pertama untuk Martabat Korban Perdagangan Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sejak tahun itu, ia aktif berorganisasi demi memperjuangkan pembelaan terhadap perempuan Irak yang diculik dan diperkosa oleh serdadu Negara Islam di Irak.
Apakah Presiden AS Donald Trump akan terpilih sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian 2019 karena usahanya mengajak Korea Utara dan Selatan berdamai?
Tahun 2018, Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe mengatakan, "Saya telah menominasikan Anda, dengan hormat, atas nama Jepang. Saya meminta mereka untuk memberi Anda hadiah Nobel Perdamaian," Trump membacakan surat Shinzo Abe kepadanya, seperti diwartakan USA Today (15/2/2019).
Masuknya Trump dalam nominasi peraih Nobel dikaitkan dengan upayanya yang membuka dialog dengan Korea Utara yang selama ini berseteru dengan Gedung Putih.
Pada 2018, Trump dan Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara akhirnya bertemu di Singapura setelah selama ini keduanya kerap perang mulut dan saling ancam.
Sejak pertemuan bersejarah itu, Trump mengklaim Korea Utara bukan lagi ancaman terkait senjata nuklir yang dimilikinya. Selanjutnya Trump dan Kim bertemu lagi di Hanoi, Vietnam pada 27 sampai 28 Februari 2019.
Kabar terkait langkah Shinzo Abe mendukung Trump membikin gaduh Jepang baik di media dan parlemen. Surat kabar harian yang condong ke kiri, Asahi Shimbun, maupun surat kabar Yomiuri Shimbunyang condong ke kanan, dengan mengutip sumber pemerintah Jepang yang tidak mau disebutkan identitasnya, sama-sama menyebut Abe memang telah mencalonkan Trump untuk mendapat hadiah Nobel.
Sementara Shinzo Abe justru enggan mengomentari pernyataan Trump terkait dirinya yang diisukan mengajukan nama. Saat Abe berbicara di hadapan Parlemen, ia lebih memilih memuji kepemimpinan Trump yang dianggap mampu mengatasi masalah nuklir Korea Utara dan mengadakan KTT bersejarah di Singapura.
Dilansir The New York Times, Abe juga bersyukur Trump ikut mengkhawatirkan nasib warga Jepang yang diculik oleh Korea Utara saat KTT di Singapura.
"Saya menghargai kepemimpinan Presiden Trump," kata Abe. Namun, ketika ditanya terkait nominasi hadiah Nobel Perdamaian, ia memilih bungkam dan mengutip kebijakan komite Nobel yang tidak boleh mengungkapkan nominasi sampai 50 tahun setelah Nobel diberikan.
Masyarakat internasional masih menunggu hasil peraih Nobel Perdamaian 2019. Seandainya Trump berhasil meraih Nobel Perdamaian 2019, bukan tidak mungkin ikut membantu dirinya dalam Pemilihan Presiden AS 2020.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews