Aku hanya butuh pelukan, seperti anak kembali pada ibunya. Dipahami, dimengerti, diterima apa adanya.
Kabar kematian itu terdengar indah di telingaku. Ia memutuskan membunuh getar-getar yang selama beberapa bulan terakhir membuatnya selalu mencuri pandang teman sejawat. Ia mengganti sudut pandang, menekan dalam-dalam rasa yang bila dibiarkan akan menelan hati dan kehidupannya.
Inilah hati pertama yang bertutur tentang cinta.
“Herannya, sejak aku memutuskan memandang dia, tak lebih sebagai rekan kerja, seolah semesta mendukungku,” ujar si hati pertama, tanpa menyembunyikan rasa girang.
Celotehnya seperti beras tumpah dari karung. Tentang rencana liburan, tentang chat yang seperti tak pernah berhenti, tentang hal-hal kecil yang mendadak menjadi penting. Dan itu semua tentang perhatian suaminya.
Seperti pencuri, cinta bisa datang kapan saja. Tanpa kenduri, tanpa undangan. Bisa menimpa siapa saja, tak peduli status perkawinan, tak peduli usia.
Keberanian mengambil keputusan menghentikan benih di antara kaum yang sudah menikah adalah pilihan kedewasaan. Sebab lebih banyak yang bersembunyi di balik keagungan cinta untuk melegalisasi perselingkuhan.
Jalinan kasih di luar pernikahan, apa pun alasannya, adalah penistaan, pengkhianatan, pelaknatan terhadap hakekat kesetiaan.
Maka inilah hati kedua yang bertutur tentang cinta.
Luka justru semakin nyata ketika hati penutur kedua, bertahan sekuat tenaga untuk tidak menumpahkan air mata. Ia ingin tampil kuat, sekalipun hatinya seperti tisu, koyak dalam sekali hentakan.
“Semua manusia berhak bahagia Mbak... termasuk diriku. Kalau pernikahan tak lagi bisa menjadi jalan meraih kebahagiaan, untuk apa dipertahankan?”
Ceritanya seperti busur yang mengiris-iris senar biola. Rentang nadanya sangat tinggi. Dari G3 sampai E5. Dibawakan dengan keanggunan maestro. Tapi tetap tentang duka. Luka yang entah dengan cara apa dipulihkan.
Pernikahan bukan hanya soal mengejar kebahagiaan. Apalagi bila suka cita hanya ditafsirkan sepihak. Perkawinan adalah komitmen, kesungguhan hati untuk tetap berpegang pada janji suci. Penghargaan satu manusia pada manusia lainnya.
Dan penghayatan pada komitmen itu pula yang menjadi kisah hati ketiga.
Tidak ada yang berhak masuk ruang pribadiku, mengatur cinta macam apa yang harus berlaku atas diriku. Dan aku hanya butuh pelukan, seperti anak kembali pada ibunya. Dipahami, dimengerti, diterima apa adanya.
Kristin Samah, penulis dan mantan jurnalis
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews