Pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait ingin menjadikan Jerusalem sebagai ibukota Israel mendapat kecaman dari berbagai belahan dunia. Trump dianggap telah menyulut kemarahan umat Islam dan menjadi dalang utama pemicu perang dunia ke-3.
Salah satu kritik terhadap pernyataan Trump datang dari seorang perempuan cantik asal Yordania, yaitu Rania Al Abdullah, yang tak lain adalah istri dari Raja Abdullah II. Rania dalam Twitternya mengungkapkan kekesalannya terhadap Trump. Ia melakukan pembelaan terhadap status Jerusalem yang secara sepihak diakui Amerika Serikat (AS) sebagai Ibu Kota Israel.
“Hari ini kita meratapi hilangnya lebih banyak pahlawan Jerusalem, yang menyerahkan hidup mereka untuk membela identitas Arab di kota itu. Semoga Tuhan mengasihani para martir dan melindungi saudara dan keluarga kita di #Jerusalem,” tulis dia di akun Twitter-nya, @QueenRania, seperti dikutip PepNews.com, Sabtu 9 Desember 2017.
[irp posts="5461" name="Donald Trump Cemas atas Bersatunya Fatah dan Hamas"]
Dengan nada kesal, perempuan berdarah Palestina itu mengajak seluruh masyarakat Jerusalem untuk berdiri dan bersatu dalam solidaritas Jerusalem dan identitas Arab, untuk menunjukkan betapa hubungan antara Jerusalem dan Palestina begitu kuat.
“Hari ini orang Yordania berdiri bersatu dalam solidaritas dengan #Jerusalem dan identitas Arabnya. Sebuah sikap tegak yang menekankan hubungan kuat antara Yordania dan Palestina,” tulisnya.
Ia berpendapat, tak akan ada keputusan politik yang bisa merusak hubungan dan kesucian Yerusalem jika semua golongan berdiri dalam satu suara menentang pernyataan Trump yang akan memicu pertikaian.
“Tidak ada keputusan politik yang bisa merusak kesucian #Jerusalem dan apa artinya jutaan orang Arab, Muslim dan Kristen di seluruh dunia,” tambah dia.
Sementara, duta besar Yordania di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Sima Bahous mengatakan penolakan terhadap keputusan Trump. Keputusan itu dianggap pelanggaran terhadap hukum internasional.
Bahous juga mengatakan, negaranya saat ini tidak lagi percaya pada setiap keputusan yang dikeluarkan PBB. Sebab, kata dia, keputusan itu itu diambil secara sepihak oleh AS yang sebenarnya menyalahi aturan inti dari PBB sendiri.
”Kerajaan (Yordania) percaya bahwa setiap keputusan sepihak untuk membangun situasi baru di lapangan tidak berlaku lagi,” kata Bahous.
Bahous menilai, keputusan Trump dapat memperburuk situasi di Jerusalem serta membuat ketegangan yang berdampak pada terjadinya konfrontasi antar orang-orang yang berasal dari berbagai agama yang menetap di kota itu.
[irp posts="5376" name="Inilah Pidato 11 Menit Donald Trump Yang Bangkitkan Amarah Dunia!"]
Ia juga khawatir jika Trump tidak segera menarik pernyataan tersebut, dampaknya akan membahayakan keberadaan kota Jerusalem. Sebab, lanjut dia, Jerusalem harus diakui sebagai Ibu Kota Negara Palestina.
”Tidak akan ada keamanan atau stabilitas tanpa penyelesaian yang membawa keadilan kepada rakyat Palestina,” katanya. ”Perlindungan Jerusalem dan tempat-tempat suci untuk semua agama harus menjadi prioritas,” ujar Bahous.
Diketahui, Yordania adalah negara yang memiliki hak secara kenegaraan untuk menjaga dua situs suci Muslim dan Kristen, meliputi penjagaan situs suci Muslim, termasuk Masjid Al-Aqsa, kepada Palestina.
Namun, atas pengakuan Trump tersebut, Yordania melakukan protes keras. Negara kerajaan itu berkomitmen untuk tetap menjadikan Jerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews