Kalau Cuma Genteng Bocor, Ngapain Rumah Dirobohkan?

Karena itulah, dalam berorganisasi, kita harus pandai menjaga diri. Kuat menahan emosi. Tidak mudah marah karena kedewasaan setiap orang berbeda-beda.

Kamis, 8 Oktober 2020 | 05:30 WIB
0
225
Kalau Cuma Genteng Bocor, Ngapain Rumah Dirobohkan?
Genteng bocor (Foto: dekoruma.com)

"Genteng bocor itu wajar. Cuma sedikit mengganggu kenyamanan. Jika memang tak betah, segera saja genteng bocor itu diperbaiki. Mosok cuma gara-gara genteng bocor, rumahnya dirobohkan. Bukan hanya tak nyaman, melainkan kita kehilangan rumah. Dan rumah itu sangat mahal harganya" jelas seseorang yang sangat saya kagumi prinsip-prinsip kepemimpinannya.

Ya, siang tadi saya menghadiri undangan Focus Group Discussion atau FGD. Acara dihadiri juga oleh para senior dan segenap tim editor. Diawali oleh sambutan pimpinan dan dilanjutkan diskusi. Asyik dan sangat berisi.

Dalam berorganisasi, biasa saja terjadi perbedaan pendapat, silang argumen, atau konflik. Itu adalah bumbu-bumbu dapurnya organisasi. Mustahil ada organisasi tanpa konflik. Justru adanya konflik dan perbedaan pendapat itulah yang bikin para pengurus jadi makin dewasa bersikap.

Rumah tangga yang cuma diisi satu suami, satu istri, dan dua anak saja mungkin terjadi konflik setiap harinya. Apalagi organisasi yang punya anggota ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, jutaan, hingga ratusan juta. Makin banyak jumlah anggota makin besar pula potensi konflik itu.

Karena itulah, konflik atau perselisihan jangan dijadikan alasan untuk merobohkan organisasi. Justru mestinya perbedaan itu mampu melahirkan semangat kebersamaan dan toleransi.

Adanya tikungan jalan, tanjakan, persimpangan, dan jalan yang menurun justru bikin sopir tidak ngantuk. Sopir harus waspada. Pandangan lurus ke depan. Tak boleh tengok kanan-kiri. Sesekali melihat spion kanan dan kiri agar tahu tak ada kecelakaan di sepanjang jalan. Jika jalan itu mulus dan lurus tanpa hambatan, pasti sering terjadi kecelakaan. Contohnya Tol Cipali. Hampir setiap hari korban berjatuhan karena 250 km jalan mulus lurus.

Karena itulah, dalam berorganisasi, kita harus pandai menjaga diri. Kuat menahan emosi. Tidak mudah marah karena kedewasaan setiap orang berbeda-beda. Jangan pernah kita bikin keputusan pada saat marah. Bisa fatal akibatnya karena keputusan itu berakibat buruk sepanjang masa.

Sesungguhnya batu ketemu batu pasti pecah berantakan. Sebaik apapun kualitas lem mustahil bisa merekatkan batu yang terlanjur pecah. Ibarat paku menancap ke kayu. Benar pakunya bisa diambil, tapi pasti menyisakan lobang bekasnya. Hem, FGD yang bikin saya segera ambil cermin....

***