Minum Bir, Cara Cerdik Menolak Virus Corona

Untuk anda yang tidak mau kena virus (Corona), selain minum rebusan jahe, temulawak, dan sereh, kunyit, yang dianjurkan pak presiden Jokowi, bagaimana kalau anda coba minum bir?

Kamis, 12 Maret 2020 | 07:25 WIB
0
3208
Minum Bir, Cara Cerdik Menolak Virus Corona
Ilustrasi bor (Foto: Tempo.co)

Hasil temuan National Institute Health (NIH ) di Amerika Serikat (November 2019), mengakui bir, ketika dikonsumsi moderat sangat bermanfaat untuk kesehatan. Bir juga, menurut peneliti lain, dalam jurnal medisnya, terbukti sakti menangkal serangan virus. Mau tolak virus? Bir salah satu solusinya. Memang ada virus hidup disiram alkohol berkadar 4-7% tiap hari?

Bulan lalu, tak sengaja di area parkir sebuah pertokoan, saya bertemu dengan seorang pria. Saya, yang memarkir mobil saya di sebelah kiri mobilnya, sudah akan meninggalkan area parkir, dia masih sibuk memasukkan barang-barangnya ke bagasi mobil sedan mewahnya. Saya sedang membuka jendela mobil saya, ketika saya mendengar suara pecahan kaca berderak dan botol-botol kaca ukuran kecil bergelinding sepanjang lantai parkir di depan mobil kami.

Saya mencoba menolong pemilik botol-botol minuman yang berjatuhan ke jalanan ini. nya. Saya membawanya ke bagasi mobilnya. Dan saya melihat, bagaimana dia menyusun semua botol2 kecil yang terbuat dari gelas tadi. Dia mengaku itu terjadi karena kesalahannya, yang terburu-buru menaruh semua botol2 kaca itu di bagasi belakang mobilnya.

Yang menarik perhatian saya adalah ketika dia menyusunnya. Selain tidak teratur dan buru-buru, memang bagasinya kepenuhan muatan. Memang ada barang-barang lain di bagasinya, tapi tidak banyak. Sebagian besar bagasi mobilnya dipenuhi dengan berkardus-kardus minuman botol kecil kaca tadi. Kaget juga saya melihatnya. Walaupun, memang ini urusan pribadinya. Bagasi mobilnya sudah overload botol minuman.

Baca Juga: Reaksi China yang Berlebihan

Di bagasi mobilnya, ada berbagai jenis bir. Ada yang made in Japan, Korea, USA, dll. "Yang ini bagus, ada rasa jahenya, untuk mengatasi musim dinging, kamu mau ya", katanya menawarkan. Akhirnya, saya pun berdiskusi tentang bir dengan Nick, kawan baru saya ini.

Saya katakan padanya, saya takut minum bir karena pertama, bir mengandung alkohol dan enak. Saya bisa ketagihan, dengan kadar alkohol antara 4-7% di tiap botolnya, tergantung mereknya. Dia tertawa. Alasan yang bagus, katanya. Kedua, karena alkohol juga bisa menambah asam urat dan kadar gula saya. Itu juga alasan bagus, katanya lagi menyahut. Kamu perempuan baik. Kamu pasti bukan lahir dan besar Amerika.

Saya bilang, saya suka minum bir. Saya cuma biasakan tidak meminumnya. Walaupun bir itu sudah ada sejak zaman Mesir Kuno, dan minuman fermentasi herbal murni dari gandum. Dia bilang, itu alasan bagus juga. Jadi kenapa kamu meminumnya dan membelinya satu bagasi penuh mobilmu?, tanya saya penasaran.

Lalu, Nick itu mengemukakan alasannya. Ya pertama, karena udara dingin. Saya perlu minuman penghangat tubuh saya, ekstra penambah darah dan bikin stamina saya kuat. Bir itu seperti katamu, fermentasi herbal yang baik, asal tidak kebanyakan. Kedua, saya sudah melakukan ini bertahun-tahun, saya lahir dan besar di Amerika, negeri empat musim. Saya tidak pernah ketagihan dan gila karena bir. Saya hanya malas khusus beli bir tiap akhir pekan di musim dingin.

Saya tidak pernah mabuk karena bir. Kadar asam urat dan gula saya normal. Tubuh saya justru sehat karenanya. Saya hanya minum 1 botol sehari, sebelum tidur. Kalau menyetir, tidak boleh minum alkohol, bukan? Ketiga, ini rahasia, tapi saya tidak berkeberatan berbagi informasi denganmu. Bir itu obat anti virus. Kalau masuk angin sedikit, ada gejala flu sedikit, tidak enak di seluruh badan, bir ini mengusir semua rasa sakit itu. Kadar alkoholnya membunuh virus dan membuat tubuhmu hangat.

Saya berhenti minum bir kalau cuaca sudah hangat dan tubuh saya sehat. Kamu harus coba, supaya yang saya katakan itu terbukti kebenarannya, katanya menganjurkan. Sebelum kami berpisah, Nick kembali mengingatkan saya: “ Ingat baik-baik, kalau ada virus menyerang tubuhmu, minum bir ini… alkoholnya bikin semua virus mati. Tapi jangan kebanyakan, ok?”, katanya tersenyum lebar.

Itu peristiwa sebulan lalu. Kemarin, tak sengaja, saya bertemu dengan Jonathan. Kawan baru juga. Berkenalan maksudnya. Kemarin sore, memang cuaca agak hangat sedikit, dan saya menyempatkan diri olahraga jalan kaki di area pemukiman tempat saya tinggal. Saya tak sengaja berkenalan dengannya. Ketika dia sibuk menyeret ember plastik ukuran setinggi bahu saya, cukup besar dan berat dari pekarangan rumahnya.

Memang, besok truk sampah akan lewat dan mengangkat semua sampah dari pemukiman kami tiap seminggu sekali. Dia hampir menubruk saya karena tidak memperhatikan jalan di belakangnya. Beberapa botol kaca kecil, seperti bir, terlempar keluar dan bergelinding kesana kemari. Saya menolongnya memunguti botol yang keluar dari container ember besar sampahnya.

Saya iseng bertanya padanya, apa dia sehat dan tidak pernah sakit di musim dingin ini. Ya, jawabnya., tersenyum lebar. Apa kamu takut dengan virus Corona? Dia bilang, dia bukan Mr. Panic. Dia juga beli hand sanitizer dan wipe clorox. Tapi secukupnya. Dia bilang, saya kan sudah minum bir tiap hari.

Saya jadi teringat Nick dan semua penjelasannya bulan lalu. Mereka, laki-laki muda Amerika berpendidikan dan punya pekerjaan baik, yang punya teori sama tentang minuman bir. Jonathan bercerita, bagaimana dia dan tetangga-tetangganya punya koleksi sampah botol gelas bir menggunung. Saya perhatikan memang, sedari saya berangkat jalan kaki dari rumah, hampir setiap rumah tetangga saya punya sampah botol bir menggunung di bak biru plastik recycle depan rumahnya.

Sampai rumah, saya penasaran dan iseng saya mencari tulisan-tulisan tentang bir sebagai minuman anti virus. Menurut saya, meminum bir adalah salah satu budaya Amerika yang sehat. Selain bir, masih ada jenis minuman beralkohol lain seperti wine, dan spirit, jenis2 minuman beralkohol tinggi. Bir yang aslinya adalah minuman fermentasi gandum, adalah minuman herbal beralkohol terendah.

Aslinya bukan dari Amerika. Bangsa Mesir yang pertama melakukannya ribuan tahun yang lalu. Kemudian disusul bangsa China. Bangsa Eropa kemudian. Hingga sampai ke Amerika. Saya coba tanya mbah google, manfaat dan efek jelek bir. Bir memang banyak manfaatnya. Tetapi bir juga, sebagaimana efek minuman beralkohol lainnya, dapat membuat tubuh tidak sehat, kalau dikonsumsi berlebihan.

Dari hasil penelusuran saya, bir memang banyak manfaatnya. Bir yang dibuat dari mikroba yang berfermentasi pada gandum. Bir diketahui memiliki banyak kandungan antioksidan, fosfor, kalsium, potassium, seng, manganese, florida dan silikon. Bir memiliki kandungan nutrisi lebih baik daripada rum dan coca cola. Orang yang suka minum bir pasti tulang-tulangnya panggulnya kuat. Selain itu bir juga ketahui dapat membantu tidur lebih nyenyak.

Selain itu bir diketahui sebagai obat untuk orang yang mempunyai kelainan dalam sistim pencernaannya. Bir juga diketahui dapat membuat orang jadi awet muda, karena memiliki zat anti inflamasi dan anti gelisah. Mumi Nubian dari Mesir yang berusia 1600 tahun, setelah diselidiki memiliki kandungan tetracylin dalam tulang-tulangnya, antibiotik yang bersatu sempurna dengan kalsium, yang membuat tulang2 mumi kuat dan sehat, dipercaya diperoleh mumi tersebut semasa hidupnya, karena ia mengkonsumsi bir secara teratur.

Hasil penelusuran saya pada National Institute of Health (NIH), lembaga penelitian kesehatan bereputasi baik di Amerika, juga menjelaskan hal yang sama. Bahwa mengkonsumsi bir secara teratur tidak berlebihan, akan berefek baik pada kesehatan. Bahwa mikroba baik yang dimiliki bir, membuat tubuh tambah sehat karena mengandung rangkuman polifenol yang luas, yang dapat berfungsi sebagai anti diabetes, anti inflamasi dan anti kanker.

Tentu bir-bir merek tertentu yang mereka teliti teruji manfaat sehatnya secara klinis dan bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia. Jadi, dengan kata lain, dunia penelitian medis di Amerika pun mengakui keunggulan bir sebagai minuman sehat JIKA dikonsumsi dengan moderat.

Sebenarnya, seberapa banyak minuman bir yang diakui sebagai jumlah yang moderat? Disebutkan 12 fluid ounces (lihat lampiran). Kalau satu ounce (oz) itu 29.5 ml, maka 12 fl oz sekitar 360 ml per hari. Itu juga angka di kemasan sekitar satu botol kecil gelas bir. Itu yang disebut ukuran moderat.

Lantas bagaimana kalau bir dikonsumsi berlebihan tiap hari? Diperkirakan, seperti mengkonsumsi alkohol berlebihan, minum bir over dosis dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, asam urat, gula, rendahnya imun tubuh, mengganggu fungsi hati, otak, jantung, ginjal dan syaraf. Bahkan juga dapat menyebabkan kanker.

Jadi, apa bir itu baik untuk menangkal virus Corona? Saya pikir itu ada benarnya. Hasil penelusuran saya (lihat link yang saya lampirkan), bir memang mengandung kadar alkhol yang dapat membunuh virus. Mungkin maksudnya, kalau virusnya masih gejala awal.

Saya minum bir, misalnya setelah sampai di rumah, usai pulang dari publik area yang saya khawatirkan penuh kontaminasi virus dan germisida yang berbahaya. Kadar alkoholnya yang cuma 4% itu membuat tubuh saya segar dan bertenaga di waktu pagi. Ibaratnya, daripada cuma oles-oles hand sanitizer di tangan, pakai masker, pakai sarung tangan, dll, lebih mantap tubuh ini disiram 4% alkohol dari bir rasa jahe saya.

Saya jadi teringat, Pak Gubernur Jakarta saat ini, Anies Bawesdan yang saya dengar sudah sukses menjual pabrik bir Bintang milik Pemda Jakarta, di awal masa jabatannya. Saya sungguh menyesalkan itu terjadi. Seandainya, kita mau lebih banyak membaca dan melihat keluar, bagaimana manfaat dan teknologi bir yang sudah berkembang pesat belakangan ini.

Saat ini, bir sudah dijadikan obat herbal anti infeksi dan treatment terhadap inflasmasi tubuh yang disebabkan virus dan bakteri. Negara-negara lain bangga punya produk bir khas negara mereka. Mau di Jepang, Korea, China, Mesir, Israel, sampai Eropa dan Amerika. Bahkan Israel baru-baru ini diberitakan baru saja sukses mencipta ulang bir yang dibuat dari DNA bir ribuan tahun yang arkeolog mereka temukan.

Mengapa ya Indonesia tidak mau mencoba bikin bir rasa temulawak, sereh, jahe pala misalnya? Bukan bir peletok maksudnya, Pasti produknya bersaing dengan bir Jepang yang mahal yang dibilang bir anti kanker dan anti gula.

Baca Juga: Susu Kuda Liar Kiai Ma'ruf

Padahal kalau Pemda Jakarta mau serius, pabrik birnya dapat dipakai untuk menjual produk bir sehat, termasuk minuman bir asli Indonesia yang kadar alkohol rendahnya, sanggup menangkal setiap virus yang menyerang tubuh, ternasuk virus Corona, misalnya. Bir khas Indonesia yang sanggup bersaing dengan bir-bir kelas dunia saat ini. It's just my two cents!

Untuk anda yang tidak mau kena virus (Corona), selain minum rebusan jahe, temulawak, dan sereh, kunyit, yang dianjurkan pak presiden Jokowi, bagaimana kalau anda coba minum bir?

Mudah-mudahan pembaca ada yang punya waktu untuk membaca beberapa link yang saya lampirkan tentang penelitian manfaat bir untuk kesehatan, khususnya untuk melawan virus.

Jangan bilang setelah tulisan saya ini, toko-toko di Indonesia mendadak habis stok birnya. Atau harga bir jadi menjulang. Beli dan minum secukupnya saja. Rakus itu tidak baik. Barangkali teori bir sebagai anti virus ini ada benarnya dan patut dicoba, bukan?

***

Sumber rujukan: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.