Reaksi China yang Berlebihan

Kini, perlambatan ekonomi dunia karena Virus Corona sudah kadung terjadi, semua negara sudah harus mengambil langkah antisipasi atas fakta ekonomi yang berkembang karena Corona.

Rabu, 11 Maret 2020 | 07:28 WIB
0
260
Reaksi China yang Berlebihan
Antisipasi virus corona (Foto: BBC.com)

Atas munculnya wabah Corona ini, reaksi Pemerintah China, yang diikuti dunia, terkesan over react, berlebihan. Kecemasan, kepanikan, kebingungan yang kemudian justru mendatangkan kerugian yang tak ternilai. Pemerintah China langsung mengisolasi Wuhan. Seolah semua warga Wuhan terjangkit Corona.

Keberhasilan China membangun rumah sakit khusus pasien Corona dengan kapasitas untuk 1000 pasen, dalam waktu kurang dari seminggu, justru menguatkan persepsi publik dunia bahwa Virus Corona sangat mematikan. Membuat China yang demikian hebat, menjadi panik dan bingung. Corona digambarkan sebagai hantu pencabut nyawa yang lebih pasti daripada kelaparan atau radiasi nuklir.

Setelah Wuhan diisolasi, berikutnya masyarakat dunia mengisolasi China. Sebagian besar negara di dunia menghentikan penerbangan dan pelayaran ke dan dari China. Seolah semua warga China termasuk semua hewan, sampai produk-produk China terkontaminasi Corona. Volume ekspor-impor China turun drastis. Tercatat, impor Indonesia dari China turun 51% dalam dua bulan pertama 2020.

Tanpa bermaksud menyepelekan wabah tersebut, kebijakan yang diambil China dan banyak negara terkesan berlebihan, kecuali di sektor pariwisata. Kebijakan itu lebih dikarenakan kepanikan, kebingungan, dan ketakutan. Akibatnya, ketakutan akan penyebaran Virus Corona itu dengan cepat menurunkan laju kegiatan ekonomi dunia, mengingat China saat ini merupakan mesin ekonomi terbesar di dunia.

Dalam menangani kasus ini, sepertinya ada phase yang terlewat pada deskripsi tentang Corona yang dikemukakan kepada publik. Pertama, mengenai teknis penyebaran atau penularan Virus Corona yang terjadi melalui interaksi langsung dengan bersentuhan atau berdekatan dengan penderita.

Banyak penjelasan menyebutkan, ketika jatuh di tanah atau menempel pada debu, virus itu hanya bertahan tidak lebih dari dua jam, kemudian mati. Virus Corona akan mati pada suhu 56 derajat Celcius. Lalu, kenapa ekspor-impor ke dan dari China harus dihentikan?

Tapi semua orang di dunia, termasuk PBB, sudah terlanjur menstigma bahwa Virus Corona sangat mematikan, seperti lebih mematikan daripada perang atau terorisme. Padahal, hingga tahun 2019, mungkin juga sampai sekarang, WHO menyebutkan, setiap hari di dunia tidak kurang dari 25.000 orang mati karena kekurangan pangan.

Bahwa sudah banyak korban (sekitar 3000 orang) meninggal dunia akibat Corona adalah benar. Kasus ini sama dengan ketika berjangkit SARS, Flu Babi, Flu Burung, dan Flu Hong Kong yang juga menelan korban. Tapi, Pemerintah China telah mendeclare, dari sekian banyak orang yang positif terjangkit Corona, 3300 orang, dan angkanya terus meningkat, yang sudah disembuhkan.

Kini, perlambatan ekonomi dunia karena Virus Corona sudah kadung terjadi, semua negara sudah harus mengambil langkah antisipasi atas fakta ekonomi yang berkembang karena Corona. Biaya sangat mahal. Ini membuktikan bahwa dalam ketidaktahuan, ketidakpahaman, dan kepanikan, manusia selalu kalah.

***