Bahaya Pabrik Tahu Berbahan Bakar Limbah Plastik

IPEN menyebut dioksin terkait dengan berbagai penyakit serius pada manusia, termasuk kardiovaskular, kanker, diabeter, dan ednometriosis.

Jumat, 29 November 2019 | 17:41 WIB
0
227
Bahaya Pabrik Tahu Berbahan Bakar Limbah Plastik
Seorang pekerja pabrik tahu menambahkan plastik ke tungku. (Foto: TEMPO)

Apresiasi layak diberikan kepada Bupati Sidoarjo Saiful Ila. Beberapa hari setelah persoalan sampah plastik jadi bahan bakar pabrik tahu di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo ramai diberitakan, Bupati Saiful langsung tanggap.

Bahkan, bupati yang akrab dipanggil Abah Saiful ini mengancam akan menutup pabrik tahu di sentra industri Tropodo apabila para pengusaha tidak menghentikan aktivitas pembakaran sampah plastik yang digunakan untuk pembuatan dan penggorengan tahu.

Hal tersebut disampaikan usai dirinya bersama Pemkab Sidoarjo menggelar deklarasi “Stop Penggunaan Bahan Bakar Plastik” bersama pengusaha tahu di Tropodo, Selasa (26/11/2019). “Ya, kalau tidak mentaati deklarasi ini kita tutup pabriknya, kok susah-susah,” ujarnya.

“Sanksinya kita tutup,” lanjut Abah Saiful, seperti dilansir Kompas.com. Meski demikian, ia  sendiri tidak secara tegas menyampaikan kapan larangan penggunaan sampah plastik impor sebagai bahan bakar pembuatan tahu itu diberlakukan.

Ia hanya mengatakan, sampah plastik impor tidak boleh lagi digunakan sebagai bahan bakar dalam memproduksi tahu. Menurutnya, produsen pabrik tahu di Tropodo akan menggunakan bahan bakar pengganti yang sesuai alat produksi, yakni wood pallet atau palet kayu.

Wood pallet adalah hasil olahan limbah kayu dengan menghancurkan limbah kayu menjadi serbuk halus. Palet kayu diklaim berfungsi sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan dengan kadar CO2 yang rendah sehingga menghasilkan pembakaran yang sempurna.

“Kita nanti bahan bakunya saya bawa ke sini semuanya. Kita mulai produksi dengan wood pallet atau dengan gas. Ya itu sudah, kita larang tidak boleh pakai plastik,” ucap Abah Saiful. Ia memastikan para produsen pabrik tahu di Tropodo akan mendapat subsidi kayu palet.

Pihaknya mengaku akan duduk bersama dengan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa untuk membahas subsidi bahan bakar pembuatan tahu yang ramah lingkungan.

“Ya, awalnya nanti kita subsidi. Kita akan bicarakan dengan ibu gubernur. Karena di sini ada Pak Drajad sebagai kepala dinasnya (Disperindag Jatim). Nanti bisa kita bicarakan bersama. Pasti kita bantu,” tambah Abah Saiful.

Seperti diketahui, sebuah mini report berjudul “Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia” yang disusun Nexus3, Arnika, Ecoton, dan IPEN, pada November 2019 menjadi sorotan media, termasuk media internasional: New York Times, BBC, dan The Guardian.

Media-media itu memberitakan publikasi laporan tersebut. Dua hal yang menjadi perhatian adalah proses pembuatan tahu yang menggunakan limbah plastik impor sebagai bahan bakar dan temuan kontaminasi dioksin pada telur sebagai dampaknya.

Sebanyak 30 lebih pabrik tahu membakar limbah plastik yang diimpor dari Amerika Serikat. Asap dan abu yang dihasilkan oleh plastik yang terbakar memiliki dampak yang jauh dan beracun.

Pengujian telur yang dilakukan terhadap ayam di Tropodo menemukan sejumlah besar bahan kimia berbahaya termasuk dioksin, yakni polutan yang diketahui menyebabkan kanker, cacat lahir dan penyakit Parkinson.

Melansir Tempo, “Mereka mulai membakar saat pagi hari dan terus berlanjut sampai malam,” kata Karnawi, 84 tahun, yang tinggal di dekat 7 pabrik tahu yang membakar limbah plastik. “Itu terjadi setiap hari dan asap selalu mengepul. Saya sendiri sulit bernafas.”

Telur dari salah satu ayam Karnawi memiliki tingkat dioksin tertinggi yang pernah dicatat di Asia. Demikain laporan Ecoton dan Nexus3 Foundation, yang berbasis di Indonesia; Arnika, berbasis di Praha; dan International Pollutants Elimination Network atau IPEN.

Laporan itu menyebutkan, seorang dewasa yang makan hanya satu telur seperti yang diambil dari kandang ayam Karnawi akan melebihi ambang batas keamanan harian AS hampir 25 kali lipat dan standar BPOM Eropa yang lebih ketat sebesar 70 kali lipat.

Temuan Kunci

Analisis dari telur ayam buras yang bebas kandang diambil dari dua situs di Indonesia yang mana sampah plastik impor ditimbun dan digunakan sebagai bahan bakar atau dibakar untuk mengurangi volume timbunan mengungkapkan:

• Konsentrasi yang signifikan dari bahan-bahan kimia berbahaya termasuk dioksin, polychlorinated biphenyls (PCBs), polybrominated diphenyl ethers (PBDEs), short-chain chlorinated paraffins (SCCPs), dan perfluorooctane sulfonate (PFOS) yang diregulasi secara global di bawah Konvensi Stockholm.

• Konsentrasi kedua tertinggi dari dioksin dalam telur dari Asia yang pernah diukur ditemukan dalam sampel yang diambil dekat pabrik tahu di Tropodo yang membakar plastik sebagai bahan bakar proses produksi.

• Konsentrasi dioksin dalam telur dari Tropodo (200 pg TEQ g-1 lemak) hampir sama dengan konsentrasi tertinggi dioksin dalam telur dari Asia yang pernah tercatat (248 pg TEQ g-1 lemak) yang diambil dari situs Bien Hoa di Vietnam, bekas pangkalan udara Militer AS di mana tanah di desa tersebut terkontaminasi oleh racun historis Agent Orange.

• Seorang dewasa yang mengkonsumsi satu telur dari ayam yang dilepas dari kandang dan mencari makan di sekitar pabrik tahu di Tropodo, akan melebihi batas asupan dioksin terklorinasi harian yang ditolerir (tolerable daily intake atau TDI) oleh Otoritas Keamanan Pangan Eropa (European Food Safety Authority atau EFSA) sebanyak 70 kali lipat.

• Ayam yang diambil dari tempat penimbunan sampah di Desa Bangun terkontaminasi oleh PFOS pada konsentrasi yang setara dengan kawasan industri di Eropa. Seorang dewasa yang mengkonsumsi satu telur ayam per minggu dari ayam buras yang dilepas dari kandang di sekitar tempat timbunan sampah plastik di Bangun akan melebihi batas asupan PFOS mingguan yang ditolerir oleh EFSA sebanyak 1,3 kali lipat.

• Telur dari Tropodo dan Bangun juga mengandung SCCPs dan PBDEs, bahan kimia penghambat nyala yang digunakan dalam plastik.

• Sepanjang pengetahuan kami, laporan ini merupakan studi pertama yang mengungkapkan rantai makanan di Asia Tenggara yang terkontaminasi oleh zat-zat kimia berbahaya dan beracun sebagai konsekuensi dari buruknya pengelolaan sampah dan lemahnya kontrol perdagangan sampah plastik.

“Telur biasanya digunakan untuk menguji kontaminasi karena ayam secara efektif mengais tanah ketika mereka mencari makan dan racun menumpuk di telur mereka,” ungkap Direktur Eksekutif ECOTON Prigi Arisandi.

IPEN menyebut dioksin terkait dengan berbagai penyakit serius pada manusia, termasuk kardiovaskular, kanker, diabeter, dan ednometriosis.

***