Profil Oki Setiana Dewi, Sang "Ustadzah Abal-abal"

OKI adalah lulusan S3 Program Doktor Ilmu Al Quran dan Tafsir Konsentrasi Pendidikan Berbasis Quran, Institut PTIQ Jakarta.

Senin, 7 Februari 2022 | 17:28 WIB
2
835
Profil Oki Setiana Dewi, Sang "Ustadzah Abal-abal"
Oki Setiana Dewi (Foto: kompas.com)

Dua hari yang lalu, Ahmad Zainul Hamdi, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya, menyindir Oki Setiana Dewi tidak pantas menyandang gelar Ustadzah karena keagamaannya yang tidak mumpuni.

Selain itu, ia menambahkan bahwa kapasitas keilmuannya minim sehingga tidak mencerminkan ajaran agama.

Tudingan Ustadzah abal-abal kepada Kakak Ria Ricis ini sebenarnya sudah cukup lama terjadi. Tahun 2016 pernah muncul petisi "Stop Tayangan Ustadzah Abal Abal Oki Setiana Dewi", namun Oki menanggapinya secara santai dan tetap konsisten di jalan dakwahnya hingga sekarang.

Alih-alih memudar, pamornya justru semakin cemerlang.

Salah satu ceramahnya yang baru-baru ini diplintir oleh netizen yang berniat jahat kepadanya, dituding sebagai ceramah yang menormalkan KDRT. Pun tidak membuatnya patah arang. Lagi-lagi ia tetap tenang menghadapi para hatersnya.

Anjing menggonggong, kafilah berlalu.

Setelah membaca cuplikan wawancara dan profil akademi Oki Setiana Dewi berikut ini, silahkan teman-teman pembaca menilai sendiri apakah beliau benar sebagai seorang Ustadzah abal-abal atau Ustadzah dadakan.

Btw. Selain berdakwah secara lisan, sampai sekarang beliau masih aktif mengembangkan Yayasan Pendidikan Al Qur'an Maskanul Huffadz di Tangerang Selatan.

WAWANCARA DENGAN OKI SETIANA DEWI PADA TAHUN 2012

>> Sekarang kan Mba Oki tinggal di Rumah Quran, apa sebenarnya yang memotivasi Mba Oki untuk menghafalkan Al Quran di tengah-tengah dunia keartisan Mba Oki?

Saat Allah mengijinkan saya datang ke Mesir tahun 2008, saya bertemu dengan anak-anak kecil di sana. Kemudian saya ditanya oleh mereka, kamu sudah hafal berapa juz Al Quran? Saat itu nggak bisa jawab, karena saya malu. Juz 30 saja belum hafal saat itu. dan mereka mengaku hafal 8 sampai 9 juz.

Dan ketika saya berkesempatan umrah, saya juga menemukan banyak kumpulan anak belasan tahun yang sedang menghafal Al Quran yang bahkan saya tidak bisa mengenali itu surat dan ayat berapa.

Melihat itu, saya merasa lalai sekali, saya merasa tertampar. Setelah peristiwa itu saya membuat planning, saya ingin menjadi penghafal quran dan saya bertekad untuk bergabung dengan komunitas penghafal quran, sehingga beberapa bulan lalu saya memutuskan harus memaksakan diri untuk tinggal bersama para penghafal quran di suatu rumah quran.

Saya merasa lemah dan malas sekali menghafal, jadi ketika saya sedang merasa malas, saya bisa merasa semangat kembali saat melihat mereka menghafal.

>> Bagaimana rasanya menjadi icon muslimah di Indonesia? Beratkah menjadi panutan bagi muslimah Indonesia?

Satu sisi, ketika saat saya melihat di internet orang-orang memuji saya begitu rupa, sedangkan dalam Islam pujian itu layaknya kita sedang menebas leher kita sendiri, itu membuat saya beristighfar berkali-kali.
Saya tidak layak dipuji seperti itu, saya hanya seorang manusia, dan segala puja puji hanya milik Allah.

Namun di sisi yang lain, hal tersebut menjadi motivasi sendiri buat saya, bahwa mudah-mudahan saya bisa lebih baik dari sangkaan itu.

Saya tahu saya belum sebaik itu.

Tapi orang-orang mengatakan dan memuji hal-hal yang baik dan saya mengatakan kepada diri sendiri bahwa saya harus lebih baik lagi setiap harinya.

>> Apa harapan atau mimpi Mba Oki untuk muslimah Indonesia?

Indonesia adalah negeri muslim, tapi saya lihat interaksi kita dengan Al Quran masih kurang dibanding dengan negara-negara Islam lain yang pernah saya kunjungi.

Jadi saya punya mimpi untuk muslimah Indonesia agar menjadi muslimah yang akrab dengan Al Quran, Selan itu juga harus cerdas, berakhlak baik, akademik bagus, mempunyai pemahaman agama yang baik serta inspiratif, yaitu yang bisa menjadi contoh untuk yang lainnya.

Seorang muslimah juga harus sadar bahwa mereka adalah calon ibu, artinya mereka memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkannya sejak dini, karena ibu merupakan madrasah pertama untuk anak-anaknya.

Ibu yang baik menghasilkan anak-anak yang baik, keluarga yang baik, masyarakat yang baik, sehingga negarapun akan baik. Karena itu, sebagai muslimah kita tidak boleh berhenti belajar.

Sumber. Blog TitanTitin. 28 Maret 2014.

PROFIL PENDIDIKAN FORMAL

Mu'allimah Al Hafidzah Dr. Hj. Oki Setiana Dewi, S.Hum., M.Pd.

S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Prodi Sastra Belanda, Universitas Indonesia, lulus pada 2012.

S2 PPs Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Jakarta, lulus pada 2016.

S3 Program Doktor Kajian Islam Konsentrasi Dakwah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, lulus pada 2021.

S3 Program Doktor Ilmu Al Quran dan Tafsir Konsentrasi Pendidikan Berbasis Quran, Institut PTIQ Jakarta.

PROFIL PENDIDIKAN NON-FORMAL

2012 - Hafalan Quran: Rumah Tahfidz Al Quran Darut Tarbiyah Depok, Pimpinan Ustad Fadlyl Baharun.

2012 - Mustami Bahasa Arab, Lembaga Bahasa Universitas Umm Al Qura, Makkah.

2017 - Muslim Exchange Program Indonesia-Australia (Study in Melbourne, Canberra & Sidney), beasiswa dari Australia Indonesia Institute.

2017 - Study Trip Germany (Berlin, Gottingen, Frankfurt), beasiswa dari Goethe Institute.

2017 - Perwakilan tokoh Indonesia dari 3 negara "A Tile For Seville", untuk pembangunan Masjid Seville, Spanyol.

2019 - Talaqqi Al Quran bersanad dengan Syaikh Mahmud Abdul Aziz Al Ads riwayat Hafs an Ashim.

2019 - Talaqqi Al Quran bersama dengan Syaikh Abdelrahman Munis Allataithy, riwayat Hafs An-Ashim.

2020 - Talaqqi Al Quran bersama dengan Syaikh DR Arif Whardani, riwayat Hafs An-Ashim.

[- Rahmad Agus Koto -]