Semoga Pemerintahan Jokowi melalui Kemenkes RI mendengar dan mengetahui kondisi dan kesulitan di lapangan yang dihadapi oleh para tenaga medis
Sore nan cerah dan sedikit menyengat ini, sahabat senior saya dr. Sidharta Salim , Sp.PD mengucapkan Turut Berdukacita sedalam-dalamnya atas meninggalnya Bang Birgaldo Sinaga
Menurut dokter ahli penyakit dalam itu bahwa sebetulnya banyak pasien Covid-19 yang meninggal karena badai sitokin.
"Saat ini obat yang tersedia seperti Actemra, Remicade dan Iv Immunoglobulin terlalu mahal harganya dan sering tidak tersedia." Begitu dokter Sidharta Salim menjelaskan.
"Ada obat lain yang relatif terjangkau yaitu Anakinra/Kineret.
Tetapi, obat-obat itu sangat minim. Harap pemerintah tergerak untuk menyediakan obat tersebut." Demikian disampaikan oleh dr. Sidharta Salim.
"Harga obat-obatan sangat mahal. Sebut saja Actemra seharga Rp 25 juta untuk pemberian 2 x 400 Mg.
Sedangkan obat Remicade bisa mencapai Rp 30 juta tergantung berat badan. Dan Iv Immunoglobulin 25 Gr./hari untuk 5 hari bisa menghabiskan sekitar Rp 225 juta." dokter Sidharta menyebutkan nama-nama obat beserta harganya.
"Belum lagi itu tidak di semua daerah tersedia pemeriksaan sitokin/IL 6, dll. Adapun obat yang lebih murah adalah Kineret. Tetapi ongkos kirim via DHL dan biaya-biaya siluman bisa menghabiskan sekitar Rp 1.6 juta/100 Mg/ampul, diperlukan 13 ampul. Jadi total lebih kurang Rp 20 juta." Dokter Sidharta melanjutkan.
"Apabila obat itu diimpor secara resmi seharusnya bisa jauh lebih murah." Ujar dokter Sidharta sembari berharap pemerintah lewat Kemenkes bisa mengimpor obat-obatan tersebut.
Semoga Pemerintahan Jokowi melalui Kemenkes RI mendengar dan mengetahui kondisi dan kesulitan di lapangan yang dihadapi oleh para tenaga medis.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews