Terlepas dari semuanya, rakyat Indonesia itu ingin melihat ITB kayak dulu lagi yang penuh inovasi dalam membuat sebuah karya. Sesuatu yang lebih besar dari sekadar urusan sabun.
ITB mengeluarkan penemuan barunya: sabun pencuci najis yang mengandung kaolin, tanah liat asli Indonesia.
Akutu tergelitik membaca berita ini, karena:
Pertama, apapun jenisnya, fungsi sabun itu sama yaitu mengikat kotoran lemak sekaligus melarutkannya ke dalam air.
Setiap najis adalah kotoran (tetapi tidak setiap kotoran itu najis).
Jadi, bedanya sabun ini dengan sabun lainnya apa?
Kedua, dari zaman dulu juga para ulama sepakat untuk membersihkan najis ringan dan sedang (air kencing bayi, bangkai, dlsb) cukup dengan menggunakan sabun (apapun), lalu berwudhu.
Sementara untuk membersihkan najis berat, mis: kulit yang kena ciuman babi, caranya dengan mencuci bagian yang terkena najis sebanyak 7x, cucian yang pertama menggunakan tanah.
Nah, apakah sabun ITB yang mengandung tanah ini sekonyong-konyong bisa menggantikan fungsi tanah?
Ya, tinggal lobi aja dengan MUI untuk mengeluarkan fatwanya.
Klaim-klaim sabun ini pun terlalu gimik banget, seperti:
- Menjawab tantangan perlunya sabun yang bisa mencuci najis mengingat Indonesia mayoritas muslim.
- Sudah sertifikat halal dari MUI.
Sah-sah saja membuat klaim seperti itu dalam rangka strategi marketing, tapi ya jangan bego-begoin umat mulu, cari atuh cara kreatif lainnya.
Terlepas dari semuanya, rakyat Indonesia itu ingin melihat ITB kayak dulu lagi yang penuh inovasi dalam membuat sebuah karya. Sesuatu yang lebih besar dari sekadar urusan sabun.
Biarlah urusan sabun diteliti dan dipegang saja oleh pengurus Mini Mart 212 agar lebih syari.
Lalu, perhatikan apa yang terjadi.
Itu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews