Perekonomian Indonesia memang sempat khawatir akibat pandemi Covid-19, tetapi kita tetap optimis bahwa kondisi ini akan berakhir. Mayoritas masyarakat optimis terhadap kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang sudah berada di jalur yang benar dan mulai menampakan tren positif.
Dalam setahun ini kita dibekap oleh ganasnya pandemi dan cukup berdampak pada perekonomian, karena daya beli masyarakat menurun. Selain itu, pebisnis juga pusing karena pasar global juga lesu, sehingga agak susah untuk mengekspor produknya, dan ada beberapa negara yang strict serta tidak mau menerima barang apapun dari negara lain saat pandemi.
Namun kita tidak boleh menyerah begitu saja karena hidup harus terus berjalan. Hal ini terlihat dari hasil survey terkini, di mana 60,5% penduduk optimis bahwa perekonomian kita akan kembali membaik. Dalam artian, kita akan bangkit lagi walau didera pandemi, karena jika tekun dan bekerja keras, finansial negara akan naik dan tidak akan terperosok dalam jurang resesi.
Kita wajib untuk merasa optimis karena setiap badai pasti berlalu. Pandemi pasti berakhir dan perekonomian bisa berlari kencang, sehingga keuangan negara kembali sehat. Jika semua orang tidak kena corona maka bisa bekerja keras seperti dulu lagi dan semangat untuk membangun negeri.
Jangan malah menggerutu dan pesimis karena hanya akan membuat segalanya sulit, akibatnya pemerintah yang disalahkan. Padahal pemerintah sudah melakukan segala cara untuk memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia. Jadi, sebagai warga negara yang baik, kita wajib menaati program-program pemerintah, bukannya malah menuduh macam-macam.
Ingatlah saat tahun 1998 ketika Indonesia terkena krisis moneter dan keadaannya sangat buruk, tetapi kenyataannya kita bisa bangkit hanya dalam beberapa tahun. Sehingga optimisme wajib dilakukan di masa pandemi, karena yakin bahwa keadaan akan membaik di tahun depan. Jangan menyerah begitu saja.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya menyatakan bahwa optimisme tinggi merupakan PR bagi pemerintah untuk melihat ekspetasi dan realita setahun ke depan.
Dalam artian, optimisme memang perlu tetapi perlu ada strategi agar keadaan ekonomi Indonesia membaik. Penyebabnya karena jika realitanya sama saja, bahkan lebih buruk, maka akan berakibat jelek ke depannya.
Oleh karena itu pemerintah tak hanya bersikap optimis tetapi juga memiliki strategi khusus untuk memperbaiki kondisi finansial negara. Misalnya dengan membuka lebar-lebar pintu investasi, sehingga para penanam modal asing akan masuk dengan gembira ke Indonesia. Mereka sangat antusias karena birokrasi dipermudah dan perizinan tidak sesusah tahun-tahun lalu.
Jika ada banyak investor maka proyek-proyek akan berjalan lancar, karena memiliki penyandang dana. Proyek kerja sama ini saling menguntungkan, sehingga masyarakat tidak usah khawatir. Justru masuknya penanam modal asing adalah hal yang bagus, karena kita bisa membuat banyak proyek tanpa berhutang pada IMF atau negara lain.
Selain itu, optimisme juga diwujudkan dengan tetap melaksanakan proyek saat pandemi, karena pegawai di sektor essensial diperbolehkan untuk masuk kerja. Proyek besar seperti pembuatan bendungan tetap dilaksanakan, karena hasilnya akan menguntungkan rakyat.
Kita wajib optimis saat pandemi karena perasaan positif akan membawa hasil yang baik dan pemerintah berusaha keras agar perekonomian Indonesia bangkit lagi. Caranya dengan tetap melanjutkan pembangunan proyek karena akan berguna untuk rakyat. Dana proyek ini sebagian dari investor asing, dan ini wajar karena di banyak negara maju juga memberlakukan hal yang sama.
Semoga pandemi lekas selesai dan yang lebih penting lagi, rasa optimis harus tetap dijaga. Ketika pandemi belum selesai, jangan menyerah begitu saja, tapi pelihara rasa optimis dan yakin bahwa situasi akan membaik. Finansial Indonesia akan bagus lagi dan kita tidak akan jatuh bangkrut. (Aditya Akbar)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews