Mendadak terlintas pemikiran liar karena teringat kronologis peristiwa politik (minimal satu dekade terakhir ini). Jika MMD jadi wapres, belum tentu juga BTP punya peluang mimpin lagi. Coba aja riset jejak-jejak pernyataan (tentang Ahok selama dipenjara), dan peran politik MMD.
No one is 99,99% ideal to be the VP candidate for Jokowi relating to the whole lot political context. This is apart from preferences and perspectives. Revolusi Mental harus terwujud dan menjadi warisan mendasar kepemimpinan Jokowi. Rakyat pada umumnya harus merasakan hidup sejahtera tentram damai bila itu tujuan hakiki suara rakyat. Bisa?
Berandai-andai, ahayhay
Jika Jokowi menang karena berpasangan dengan calon wakil presiden yang lain, sebaik apapun programnya akan tetap digrecoki dengan demo-demo dan hoaks. Kasihan rakyat biasa yang kerinduan hidup sejahtera aman tentram terhambat juga kan?
Kalau dengan MA dan lalu menang, tetep digrecoki juga dengan fitnah, demo dan keberisikan tidak bermutu, maka akan jelas siapa sebenarnya jati diri yang mengaku malaikat atau kandidat warga surga sementara tindakan sebaliknya, kan pemerintah sudah diwakili oleh ulama?
Membaca Zaman
Pandailah membaca zaman. Cukup sekali saja idealisme dan kebanggaan atau kepedean berlebihan membuat sebagian pendukung Jokowi tidak menyadari, bahwa cara pragmatis (baca: “kalkulasi dan spekulasi gila”) bisa menang.
Politik identitas hendaknya mengambil korban cukup sampai di BTP saja. Menyedihkan bagi Indonesia bila itu terjadi kedua kalinya. Memang JK lebih baik daripada MA?
Toh dia “diam-diam” disinyalir dukung pemenangan AB, rival BTP. Pilpres 2014, saat itu pendukung Jokowi suka atau tidak suka terpaksa menerima JK sebagai calon wakil presidennya, yang dirasa sebagian kalangan kurang cocok juga, bukan?
MMD juga tidak ideal. Dia mau saja jadi tim pemenangan Prabowo di Pilpres 2014. Berdasarkan apa yang dikutip dalam pemberitaan media massa, banyak pernyataan MMD tentang BTP yang lebih menekankan kecilnya kemungkinan BTP bisa balik "memimpin" setelah bebas.
Bagaimanapun, ini yang namanya upaya. Intuisi saya benar, MMD bukan yang terpilih, meskipun pada menit-menit terakhir orang sudah memajang fotonya.
Tunggu saja sebentar lagi akan beredar tajuk-tajuk bertuliskan, "Jokowi panik, maka dia menyambar ketua MUI".
Ini juga upaya lawan Jokowi, agar suaranya berkurang, karena sebagian "idealis" tidak bisa terima keadaan dan memilih jadi golput.
Kalau orang ambisius dan egois tetap merintangi model kejujuran seorang Jokowi (dan bagi sebagian orang adalah Ahok) dengan 1001 motif tersembunyi atau terang-terangan, dan sebagian masyarakat memilih pemimpin berdasarkan hasutan politisi penguk, maka urusannya adalah dalam yurisdiksi Yang Maha Kuasa.
Toh mayoritas masyarakat mengaku ber-Tuhan, bukan?
Artinya mereka mau tidak mau perlu menyadari, ada karma, ada hidup sesudah kematian, ada penghakiman di alam baka. Pun misalnya itu semua tidak seorangpun di bumi orang hidup yang pernah mengalaminya dan masih hidup, berapa tahun maksimal usia manusia di bumi sedemikian rupa hingga seseorang masih menikmati kemewahan dan kenikmatan dunia?
Raja Firaun atau Hitler pun tidak. Nabi siapa pun tidak.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews