Seorang pengemis menengadahkan tangan berharap belas kasihan orang lain, mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk jaminan hidup di hari esok. Mereka mencari tempat di tempat keramaian seperti di jalanan, pasar atau di depan pertokoan yang banyak orang berlalu lalang orang dengan harapan ada yang memberinya. Mereka juga mempunyai strategi dalam mengemis dan tidak asal menengadahkan tangannya.
Nah, sekarang apa beda seorang pengemis dengan seorang calon anggota legislatif? Hampir sama dan tidak beda jauh dengan seorang pengemis.
Dalam waktu dekat akan banyak calon anggota legislatif yang akan turun di masyarakat dan akan mengemis suara dari masyarakat. Meraka juga akan mengumpulkan suara demi suara untuk bisa dikonversi menjadi kursi dan menjadi anggota wakil rakyat.
Calon anggota legislatif akan menyusuri tempat keramaian seperti pasar atau tempat berkumpulnya masyarakat, seperti tempat-tempat ibadah atau di jalanan. Calon anggota legislatif ini akan menyapa masyarakat dengan ramahnya dan akan menjadi pendengar yang baik, segala keluh kesah masyarakat akan di dengarkan dan mereka berjanji kelak kalau terpilih akan memperjuangkannya di gedung parlemen atau gedung wakil rakyat.
Calon anggota legislatif akan seperti Santa Claus yang siap membagikan kebutuhan pokok kepada masyarakat bawah, mereka menjadi dermawan menjelang pemilihan anggota legislatif.
Mereka sangat dekat dengan masyarakat dan berharap masyarakat mengenal wajah dan nama mereka, kelak pada Pileg 2019 masyarakat di bilik suara memilih dirinya.
[caption id="attachment_19047" align="alignleft" width="480"] Ilustrasi caleg (Foto: Radargorontalo.com)[/caption]
Calon legislatif tak ubahnya seperti pengemis yang akan menengadahkan tanganya di tengah-tengah masyarakat, mereka juga tak malu-malu masyarakat supaya memilih dirinya. Mereka masuk kampung keluar kampung, menawarkan sejuta harapan dan janji kepada masyarakat.
Kalau pengemis meminta-minta untuk menyambung hidup, kalau calon anggota legislatif ada juga mengemis kepada masyarakat untuk menyambung hidup supaya terpilih kembali. Atau terpilih untuk kedua atau ketiga kalinya, karena anggota DPR atau wakil rakyat tidak ada masa batasan jabatan seperti kepala daerah yaitu dua periode.
Tetapi sering kali calon anggota legislatif kalau sudah terpilih lupa akan janji-janjinya, jangankan janji, untuk menghadiri sidang di gedung DPR untuk kepentingan rakyat saja mereka malas dan sering bolos. Tetapi calon anggota legislatif rajin datang kepada masyarakat kalau menjelang pileg yang sebentar lagi akan dimulai.
Yaaa... begitulah, ada perbedaan dan kesamaan antara seorang pengemis dan seorang calon legislatif. Sama-sama menengadahkan tangan dan mengumpulkan sesuatu untuk menyambung hidup di hari esok.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews