Pengemis dan Keutamaan Budi

Selasa, 22 Mei 2018 | 05:56 WIB
0
942
Pengemis dan Keutamaan Budi

Ibrahim bin Adham adalah seorang sufi besar berlatar pangeran yang meninggalkan kerajaannya.

Suatu hari, seseorang memberi Ibrahim seribu dinar. "Ambillah," kata orang itu. "Aku tidak menerima dari pengemis," sahut Ibrahim.

"Tapi aku orang kaya," ujar orang itu. "Apakah engkau masih menginginkan lebih dari yang sudah engkau miliki?" tanya Ibrahim.

"Tentu saja," seru orang itu. "Ambil kembali uang ini," pinta Ibrahim.

"Engkau adalah pemimpin para pengemis."

Orang kaya tahu merasa cukup, pengemis selalu merasa tak punya.

**

Dari mana kebangkitan nasional harus dimulai?

Dari kesadaran pentingnya keutamaan budi; budi utama.

Belajar pada sejarah, awal abad ke-20, kesadaran itu bukan hanya tercermin dari kelahiran Budi Utomo,  tetapi juga organisasi sejaman seperti Jamiat Khair (perkumpulan kebajikan budi), dan juga Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia: sakti, budi, bakti).

Budi pekerti adalah tumpuan utama kebangkitan dan kemajuan. Bung Karno mengingatkan, bangsa yang lemah budi pekerti lebih "cinta pada gebyarnya lahir, bukan kepada pada nurnya kebenaran dan keadilan. Ia kadang-kadang kuat,--tetapi kuatnya adalah kuatnya kulit, padahal ia kosong-mlompong di bagian dalamnya".

***

Yudi Latif, Belajar Merunduk