Ada fenomena menarik akhir-akhir ini, gencarnya presekusi dari kaum pemakai jubah agama terhadap warung kopi, majalah Tempo, bahkan Polisi, Jaksa, Hakim, semua yang tak sepikiran dengan mereka langsung digeruduk. Cara-cara preman ini luar biasa bejadnya, bagaimana sebuah negara hukum mereka perlakukan seperti barak penampungan kambing.
Sementara urusan pelanggaran moral dari kaum sejenisnya dianggap angin lalu seolah kehalalan melekat kepada mereka untuk semua hal, dan mereka punya stempel untuk jidadnya sendiri, legitimated untuk apa saja selama mereka suka.
Dua travel besar yang menyikat uang jamaah umroh adalah bukti kaum ini bak preman jalanan memamerkan hasil rampokan dengan penampilan mewah, gemah ripah dari uang orang banyak yang dikumpul satu dua rupiah untuk tujuan ke Baitullah. Dan nyatanya dua travel ini adalah koloni yang mendonori komunitas orang suci yang mulutnya gemar memaki-maki.
Bagaimana perasaannya, bagaimana kaum koloni ini tetap menegakkan kepala dan pura-pura lupa bahwa mereka adalah pemalak luar biasa dengan topeng agama. Firaun saja mungkin tidak setega mereka.
Saya dapat kiriman FB yang isinya pernyataan bani micin: "yang kena ujian orang seiman (ditipu itu kata kawan penipu katanya ujian) kenapa kafir teriak-teriak". Jadi nipu boleh, terus yang ditipu dikirimi ayat "ujian" atau "cobaan", absaurd pol. Ini topeng kelas wahid, apakah mereka ber-Tuhan, tidak jelas juga. Kita melihat dari sisi kemanusiaan ini sebuah kebiadaban.
[irp posts="13355" name="Nasehat Abu Hamzah dan Dukungan untuk Perjuangan Gerakan 212"]
Tiga minggu lalu saya jalan bersama Prof Ali Aziz, ada statement yang menarik dari beliau. Orang sekarang ini lahir bersama agama, bukan menjadi manusia, sehingga rasa kemanusiaannya bisa hilang justru karena agamanya didulukan. Memvonis orang yang tak sejalan kafir, dia pikir dia bisa mengkafirkan orang lain hanya karena warna jidatnya beda, atau model pakaiannya tak satu selera.
Rasullulah berkata belajarlah sampai ke negeri Cina, beriqroklah bukan cuma membaca. Ketertinggalan berfikirnya yang paling nyata adalah tidak bisa lagi membedakan mana kebenaran mana kemunkaran, entah apa mimpi kita, kok bisa-bisanya tiba-tiba kita ada tetangga yang beragama cuma pakai gaya tapi kelakuannya membuat banyak orang celaka.
Jangankan manfaat buat kita, mereka tak kumat saja kita sudah bahagia rasanya.
Luar biasa...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews