Nasib sungguh nasib. Niat memimpin DPR, malah dapat perlawanan keras dari kawan sendiri. Aziz Syamsuddin pun puyeng tujuh keliling. Dapat surat penunjukan dari Setya Novanto, tapi tidak direstui oleh anggota DPR dari Golkar. Surat sakti dari politikus sakti yang mulai impoten.
Sebelumnya, Setya Novanto mengirim surat ke DPR. Pada intinya, surat itu sebagai rekomendasi nama pengganti Ketua DPR. Setelah sempat meminta tidak diganti, Setya Novanto berubah pikiran. Mengundurkan diri sekaligus memberikan nama pengganti, Aziz Syamsuddin.
Tentu saja ini aneh. Kenapa dari dalam penjara Setya Novanto merekomendasikan nama Aziz Syamsuddin? Kenapa bukan orang lain. Tapi itulah politik. Selama bisa menari di sela-sela gelombang, selama itu politisi menampilkan permainan politik.
Kata Aziz Syamsuddin sih engga masalah soal surat Setya Novanto. Aziz menganggap sah, Ketua Umum Golkar Setya Novanto menunjuk namanya sebagai calon Ketua DPR. Pemahaman Aziz terkait AD ART bahwa penunjukan Ketua DPR, tak harus didahului dengan rapat pleno Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar.
"Yang penting tanda tangan ketua umum dan sekjen dan dewan pembinanya sah," ujar Aziz sebagaimana dikutip Kompas.com di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin 11 Desember 2017.
Iya iyalah Aziz. Kalau namanya masuk sebagai Ketua DPR, pasti bilang begitu. Kalau nama kader lain? Belum tentu Aziz Syamsuddin mengatakan demikian.
Akibatnya apa? Aziz Syamsuddin menjadi musuh bersama. Semua kader yang berniat menduduki kursi Ketua DPR akan menolak. Terlebih, rekomendasi Setya Novanto bersifat personal.
Setya Novanto tentu mencari pembantu atau penolong. Kalau orang lain atau bukan kalompok Setya Novanto. Bisa jadi, ruang pembelaan bagi Setya Novanto akan hilang. Nah, secara tidak langsung. Setya Novanto ingin mengatakan kepada seluruh kader Golkar bahwa Aziz Syamsuddin termasuk dalam kelompoknya.
Dengan demikian, Aziz Syamsuddin akan berhadapan dengan Agung Laksono, Jusuf Kalla dan para pemberontak Setya Novanto. Karena, kontra Setnov sedang mengurus peralihan Ketua Umum. Setelah itu, baru ngurusin Ketua DPR.
[irp posts="5640" name="Ditolak 50 dari 91 Anggota Fraksi Golkar, Siapa Sebenarnya Orang Ini?"]
Jika Aziz Syamsuddin kena stempel pasukan Setya Novanto, bisa jadi di Munalsub Golkar, namanya akan hilang. Ujung-ujungnya, kesempatan untuk menduduki kursi Ketua DPR pun lenyap. Akhirnya, bila Aziz terus melawan, kesempatan maju sebagai bakal calon legislatif pada pemilu 2019 bisa kandas.
Ingatlah, siapa yang membela Setya Novanto secara membabi buta, dia akan menghadapi perlawanan kuat. Baik Airlangga Hartarto, Titiek Soeharto, Ade Komaruddin dan para peminiat kursi Ketua Golkar, tentu bersepakat untuk menunda rekomendasi nama Ketua DPR. Siapa yang berniat keukeuh akan terbentur dan tercampakkan.
Media itu mencatat bahwa 50 dari 91 anggota Fraksi Partai Golkar atau bih dari 50 persen justru menandatangani surat penolakan penunjukan Aziz sebagai Ketua DPR.
Masih berniat menduduki kursi ketua DPR, Pak Aziz? Sebaiknya berkoalisi dulu dengan calon Ketua Golkar.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews