Gubernur Provinsi Jambi Zumi Zola mendapatkan panggung nasional. Bukan karena prestasi ataupun penghargaan di dunia hiburan yang sudah dia tinggalkan. Tapi, Zumi Zola menjadi tranding karena kasus bawahannya yang berusaha menyuap anggota DPRD Provinsi Jambi.
Zumi Zola, mendengar namanya sudah pasti orang tertarik. Bayangkan saja, wajah nan rupawan dengan jabatan elit. Dua potensi yang mampu membuat hati wanita klepek-klepek. Tidak percaya kalau faktor ganteng mendukung popularitas, bahkan mampu menambah kepercayaan pemilih menentukan pilihan?
Baca pandangan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) paska melakukan hitung cepat terhadap 21 wilayah yang menggelar Pilkada serentak tahun 2015. LSI fokus kepada dua nama yang menang Pilkada karena backround profesi artis.
Mereka yang mampu mencuri perhatian adalah pasangan Zumi Zola-Fachori di Pilgub Jambi dan pasangan Hidayat-Sigit Purnomo (Pasha Ungu) di Pilwalkot Palu. Kata LSI, Zumi Zola dan Pasha Ungu memiliki rekam jejak baik. Yes, karena belum lama menjadi politisi. Kan selama ini Zumi dan Pasha sibuk manggung. Tapi ya sudahlah.
Nah, LSI bilang, salah satu alasan pemilih perempuan untuk memilih adalah faktor ketampanan Zumi dan Pasha. Wajar saja sih kalau artis tampan dan mampu berkomunikasi dengan baik dengan pemilih jadi pilihan.
Bahkan peneliti LSI Ardian Sopa, di Kantor LSI, bilang begini loh:
"Kita semua tahu, apa yang dimiliki oleh Zumi Zola dengan Pasha Ungu karena ketampanan yang dimiliki. Ini merupakan modal terutama bagi (pemilih) perempuan," katanya sebagaimana Kompas.com, Kamis 10 Desember 2015.
Jaga momen menuju pentas nasional
Nah kembali ke isu utama. Persoalan anak buah Gubernur Zumi yang terpaksa berurusan dengan lembaga anti rasuah. Secara serentak para pewarta mencari Zumi. Mereka mengambil beberapa jepretan foto. Mencatat komentar Zumi. Kemudian menyampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia. “Ini loh Gubernur Jambi” tanpa sadar mensosialisasikan Zumi secara gratis.
[irp posts="4958" name="Mengenal Lebih Dekat Zumi Zola, Artis Yang Jadi Gubernur"]
Jadi, Zumi tidak perlu mengeluarkan biaya iklan untuk sosialisasi di media. Baik cetak maupun daring (online). Dengan membaca momen dan menemukan tanda-tanda gratisan. Zumi Zola harus mempertahankan agar foto dan namanya termuat di semua media.
Kenapa? Bukannya itu menjatuhkan citra? Oh tidak. Dengan mempertahankan foto dan nama Zumi di semua media. Maka, potensi Zumi menjadi tokoh nasional terbuka lebar. Untuk itu, Zumi harus mencari penata gaya dan ahli komunikasi. Selain dari mencari para pakar hukum dalam hal menata jawaban menghadapi KPK.
Penasehat gaya memberi masukan bagi zumi terkait beberapa hal. Seperti, pakaian apa dan warna apa yang pas untuk menghadapi wartawan. Lalu bagaimana posisi jam, sepatu dan sebagainya. Kalau perlu, ahli merias wajah didatangkan. Tujuannya membuat wajah Zumi tetap segar. Seakan-akan tidak ada masalah.
Penata gaya ini akan membuat kesan kuat. Dalam masalah, Zumi masih sanggup senyum, jalan yang tegap dan pakaiannya menyatu dengan gerak gerik. Sehingga, foto dan rekaman Zumi akan selalu dipandangi oleh para penikmat wajah ganteng.
Di lain sisi, cara berkomunikasi perlu di jaga. Misalnya, menyiapkan berlembar-lembar naskah jawaban pertanyaan awak media. Atau, perlu mencari kemungkina pertanyaan dari pihak wartawan. Sehingga, pas ketemu langsung menjawab dengan tepat dan tepat. “Wow, bukan karena ganteng dan artis, Zumi memang berkualitas,” itu ucapan yang harus muncul dari pembaca berita dan penonton video.
Itu pun kalau Zumi Zola mampu merubah ujian/musibah menjadi berkah. Kita tunggu saja kesanggupan Zumi memainkan peran. Bagaikan sedang membintangi film bioskop. Zumi harus mampu membuat penonton terharu dan berteriak histeris.
Selamat mencoba, Zumi. Semoga berhasil.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews