Tahun 2016 yang akan berakhir dalam hitungan hari, berbagai polemik hadir dan membetot perhatian publik di Indonesia. Tak hanya media mainstream yang jor-joran mengabarkan satu kasus ke kasus lainnya, media sosial pun melengkapi dengan hiruk pikuk terbilang luar biasa.
Salah satu isu paling menyita perhatian, adalah kematian Wayan Mirna, Rabu 6 Januari yang berujung pengadilan yang tak biasa atas Jessica Wongso, lantaran sidang atas sosok yang diputuskan bersalah itu berbulan-bulan menghiasi media dan bahkan disiarkan langsung di berbagai televisi.
Kasus kematian Mirna sekaligus membuat nama Jessica melejit tak kalah dari figur publik seperti kalangan selebritas atau tokoh-tokoh nasional. Nyaris tak ada yang tidak menghafal nama Jessica.
Di luar itu, kehebohan di ranah politik pun nyaris tak mengenal kata reda. Dari kasus Sumber Waras yang juga menangguk kehebohan tersendiri, mendatangkan berbagai kabar yang terkesan saling berlindan dan rumit, dan lagi-lagi berujung keributan tersendiri.
[caption id="attachment_2265" align="alignleft" width="300"] Aksi Bela Islam III[/caption]
Berbagai aksi hingga demo berlangsung hanya karena kasus Sumber Waras yang menyeret-nyeret sosok Gubernur Basuki Tjahaja Purnama.
Saat gubernur yang acap disapa Ahok itu selamat, kehebohan lain pun muncul. Dia dituding telah melakukan penistaan agama, dan ini terbilang menjadi kabar yang paling mampu menghipnotis publik. Alhasil muncul berbagai aksi Jumatan yang digagas Habib Rizieq Shihab dan kelompoknya dengan menggaungkan dugaan penistaan agama di berbagai media hingga mendatangkan massa yang diklaim berjumlah jutaan.
Di tengah kasus itu, jutaan akun media sosial saling bertarung lewat perdebatan. Sebagian berjalan selayaknya diskusi wajar, tapi selebihnya tak sedikit hanya menambah berbagai rumor yang tak dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya.
Di ranah kriminal pun tak ketinggalan. Kematian gadis bernama Enno yang terjadi secara sadis, tak ketinggalan membetot perhatian publik.
Kejadian yang berlangsung pada Jumat 13 Mei 2016 itu mengundang kengerian tersendiri bagi sebagian masyarakat yang mengikuti kasus ini. Persoalannya, serentetan dengan itu ada kasus-kasus beraroma rudapaksa terjadi dan dilakukan ala gangbang alias beramai-ramai, dan berujung pembunuhan.
[caption id="attachment_2379" align="alignleft" width="300"]
Tragedi menimpa Enno - Gbr: skyberita[/caption]Kehebohan kasus itu bersaing dengan tragedi mirip yang terjadi di bulan April dan menimpa bocah bernama Yuyun (13 tahun). Sebanyak 12 tersangka tertangkap menyusul ditemukannya bocah bernama Yuyun di dalam jurang di Desa Kasie Kesubun, Kecamatan Padang Ulak Tanding, Rejang Lebong, Bengkulu.
Ironis, dari 12 tersangka, sebanyak lima orang masih berstatus pelajar, selebihnya adalah para pemuda pengangguran alias putus sekolah.
Salah satu saksi mata, Darwan, menyebutkan bahwa saat ditemukan pada Senin 4 April 2016, Yuyun dalam kondisi tangan terikat dan tubuh tertutup dengan daun pakis. "Kalau dari jauh takkan kelihatan," katanya. "Tapi saat didekati ternyata itu adalah mayat."
Mengenaskan. Selain tangan terikat, korban Yuyun pun nyaris dalam keadaan telanjang, hanya singlet yang masih tersisa di tubuhnya.Ditengarai, korban diperkosa saat dalam perjalanan pulang dari sekolahnya, hingga bertemu dengan 14 pelaku--12 tertangkap--yang disebut-sebut dalam kondisi mabuk tuak.
Yuyun diperkosa secara bergiliran, lantas para pelaku membunuhnya, hingga membuang jasad bocah perempuan tak berdosa itu ke jurang yang memiliki kedalaman hingga 5 meter. "Saat diperiksa, para pelaku mengaku kerap menonton film porno," AKBP Dirmanto, Kapolres Rejanglebong menjelaskan saat itu.
Dari olah perkara diketahui Yuyundiperkosa ke kebun karet. Pelaku mencekik leher Yuyun dan menghantamkan sebatang kayu ke kepalanya hingga pingsan. Saat itulah, para pelaku leluasa perkosa Yuyun. Selanjutnya, pelaku membuang jenazah Yuyun.
Di luar itu, hal tak kalah menarik, sepanjang 2016 terdapat lebih dari 100 tersangka koruptor yang tertangkap.Ini dinilai sebagai prestasi KPK di bawah kepemimpinan Agus Rahardjo yang menjalani karier di lembaga antirasuah itu per 2016.
Tak kalah menarik, di ranah rasuah tersebut, salah satu sosok yang tertangkap adalah Ketua DPD Irman Gusman. Dia tertangkap tangan dengan uang senilai Rp 100 juta dalam bungkusan.
Selain itu, kasus yang berkaitan dengan Kanjeng Dimas Taat Pribadi yang memiliki "mukjizat" menggandakan uang hingga mengecoh tokoh sekelas Marwah Daud Ibrahim pun menyita perhatian besar konsumen media. Tak terkecuali kasus Gatot Brajamusti yang terseret kasus kompleks, dari narkotika yang dihalusbahasakan
dengan aspat, skandal seks, sampai dengan kepemilikan senjata api membuatnya harus menjadi tontonan publik setiap hari di layar kaca dan mass media lainnya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews