Kelimpungan itu seperti kehilangan sesuatu tapi tidak tahu kehilangan apa dan hilang di mana. Contohnya, jika misalnya ada sekumpulan massa di tengah kota. Salah seorang dari mereka berkata, "Siapa kita?"
Orang-orang saling pandang seperti baru menyadari selama ini mereka kehilangan tanda pengenal.
"Siapa kita?" suara orang itu bertambah keras
Orang-orang melihat ke dirinya sendiri berusaha keras mengenali dirinya sendiri
"Siapa kitaaaaaa?" suara orang itu bertembah keras. Nampak sekali wajahnya ketakutan campur putus asa
Orang-orang punya perasaan yang sama. Sekumpulan wajah cemas di tengah kota. Di pagi yang cerah.
"Siapa kitaaaa?" suaranya mulai serak
Orang-orang yang berolah raga jalan kaki dan naik sepeda merasa kasihan melihat sekumpulan wajah cemas dan putus asa itu. Salah seorang setengah berbisik pada temannya, "Padahal mudah saja jawabnya. Bukankah kita bangsa Indonesia?"
Bisikan itu terdengar samar oleh salah satu kumpulan cemas itu. Wajahnya mulai nampak cerah. “Hei, kita ini Indonesia!" Kecerahan itu cepat menjalar seperti bisikan beruntun. Pada orang terakhir menyisakan satu kata saja, “Indonesia".
"Siapa kitaaaa?" kembali terdengar suara parau dari kerongkongan tanpa harapan.
Serempak orang-orang yang cemasnya mulai hilang menjawab, "Kita Indonesia!"
"Siapa kitaaa?"suara paraunya sedikit menghilang.
"Indonesia!"
"Siapa kitaaaa? "
"Indonesia!"
[irp posts="2247" name="Kemarahan Taufik kepada Hamba Tuhan Sembilan Senti"]
Mereka berjingkrak-jingkrak. Menari bersama. Flashmob. Seperti dikomando, mereka tiba-tiba kaku seperti patung dalam poisisi yang berbeda-beda, layaknya Mannequin Challenge. Ada yang menunjuk langit, ada yang mengepalkan tangan tegak lurus seperti petinju. Ada yang bersalaman seperti teman yang bertemu setelah berpisah dua puluh tahun.
Orang-orang yang berolah raga melihat pemandangan langka itu cukup terhibur. Mereka mulai mendekat. Ada yang foto bareng bersama sekumpulan patung hidup itu. Ada juga yang sekedar melihat-lihat seperti memilih pakaian yang diperagakan manekin.
Sekumpulan patung hidup yang lebih bernilai seni tinggi dibanding patung lilin di museum lilin Madame Tussauds yang cenderung formal, kaku, monoton.
Orang-orang mulai duduk-duduk santai di tengah patung Mannequin Challenge yang kebablasan itu. Mereka mulai bertanya satu sama lain perihal manekin tengah kota itu. Tapi tidak satu pun yang bisa menjawab.
Mereka adalah sekumpulan massa yang merasa ditinggalkan oleh saudara-sudaranya. Ketika jutaan saudaranya berkumpul di tengah kota, mereka kehilangan banyak teman dan orang terdekat.
Pandangan yang menakjubkan pertunjukan teater super kolosal "Lautan Putih" membuat mereka seperti terlempar ke belahan dunia lain. Padahal kaki mereka masih berpijak di bumi yang sama. Mereka mulai kelimpungan.
[irp posts="2228" name="Jangan Jadi Burung Pemakan Bangkai di Facebook!"]
Saudra-saudara mereka yang berada di lautan putih tetap merasa berada di bumi yang dicintainya, bumi tumpah darahnya. Seperti penari dalam satu pertunjukan tari kolosal di stadion olah raga. Para penonton di tribun atas mendapatkan sensasi taman bunga, tulisan, lambang, yang berubah warna. Bagi para penari tidak merasakan sensasi itu. Mereka hanya menari, berlari di rumput mengikuti arahan pelatihnya.
Matahari sudah di atas kepala. Manekin hidup itu belum juga meleleh. Orang-orang sudah mulai menyingkir ke taman-taman menyaksikan pertunjukan teater garda depan, Manekin Kebablasan.
***
10122016
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews