HB adalah sejenis manusia langka. Dia hanya bisa dikalahkan dengan orang yang berlaku andap asor (rendah hati –Jawa red) bukan rendah diri.
Pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tidak salah bila dialamatkan kepada Harianto Badjoeri yang akrab disapa HB ini. Karakter tegas dan lihai menjalin relasi dengan banyak kalangan adalah pembawaan HB yang dia dapat dari ayahnya, Badjoeri.
Seperti dituturkan oleh Haji Hadianto Badjoeri, kakak kandung HB nomor 7. HB adalah anak nomor 9 dari 10 bersaudara pasangan Badjoeri dan Soemilah. Kedua orangtua HB ini sudah meninggal.
“Adik saya itu memang banyak menuruni watak ayah kami. Ayah kami orangnya berwibawa dan pandai bergaul,” ungkap Hadianto.
Di kampungnya di Desa Bendo Gerit, Kota Blitar, Jawa Timur, orangtua HB bisa digolongkan golongan priyayi terdidik. Ayahnya selain mantan pejuang, juga tokoh pendidikan di kota itu. Kalau dipadankan sekarang, ayah HB adalah kepala dinas pendidikan Kota Blitar waktu itu.
Waktu itu, orang yang bisa sekolah apalagi sampai memiliki jabatan seperti almarhum Badjoeri amatlah langka. Hanya orang dari golongan tertentu yang bisa mendapat pendidikan mengingat pada waktu penjajahan, kolonial Belanda menutup pintu bagi rakyat kebanyakan untuk bersekolah. Hanya segolongan kecil yang dibolehkan mengenyam pendidikan sekolah. Mereka umumnya golongan priyayi dan ningrat atau golongan orang kaya.
Di kalangan warga Kota Blitar, Badjoeri dikenal seantero kampung. Dia piawai merangkul semua elemen masyarakat untuk bersatu menjaga persatuan. Dia juga rajin mengajak masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka agar tidak menjadi generasi buta huruf.
Maklum, pada era awal kemerdekaan, orangtua banyak yang belum sadar arti pentingnya pendidikan buat anak-anak mereka. Bersekolah dianggap membuang-buang waktu. Banyak orangtua yang menginginkan anak mereka membantu di ladang atau sawah mencari kehidupan.
Watak tegas dan pandai merangkul orang ini menurun deras di tubuh HB. HB dalam kesehariannya dikenal sebagai orang tegas. Dia tidak kompromi dengan berbagai pelanggaran, apalagi berupa tindakan pidana yang merugikan orang lain.
Jangankan kepada orang lain, kepada saudaranya, HB juga tegas. Dia tidak berkompromi dengan saudaranya yang melakukan tindak pidana. Salah seorang keponakan HB yang juga puteri dari Hadianto, Nyssa Herdannyssa Rahayu membenarkannya.
“Om Hari bisa marah besar dalam menangani ponakannya yang melakukan tindak pidana, apalagi kalau sudah menyangkut pidana narkotika. Beliau paling benci dengan narkotika,” ujar Nyssa.
Sikap tegas HB ini juga dia jalankan ketika masih bekerja di Dinas Pariwisata DKI Jakarta maupun di Satuan Polisi Pamong Praja DKI. Dia memberi ancaman kepada usaha hiburan malam agar tidak coba-coba menjual narkotika. Yang berani menjual narkotika sudah pasti akan dijatuhi sanksi paling berat. Ditutup!
Begitu juga usaha hiburan yang berani melanggar jam operasional. Apalagi sampai membuka hiburannya sampai 24 jam. Sudah pasti disanksi.
Ahmad Soekamto yang akrab disapa Alex, selaku pelaku usaha hiburan malam khususnya karaoke dan pub paling getol mendukung langkah HB dalam menangani usaha hiburan malam, khususnya yang melanggar jam operasional.
Alex bersaksi bahwa hiburan malam yang membuka usaha sampai matahari terbit, apalagi 24 jam sudah bisa dipastikan menjual narkotika!
“Logikanya mana ada sih orang menghibur diri dari malam sampai matahari terbit bila tidak sedang mabuk narkotika!” kata Alex.
Kemampuan HB lain yang menurun dari ayahnya adalah kepiawaiannya dalam menjalin relasi dengan semua kalangan. Mulai dari pejabat, politikus, birokrat, aktivis, jurnalis, preman, sampai anak yatim dia ajak berkawan.
Pintu kantornya juga selalu dalam keadaan terbuka untuk tamu-tamunya. Semua orang bisa bladas bludus (keluar masuk dengan mudah –Jawa red) menemui HB kapan saja, termasuk sekarang ini ketika dia menjadi salah seorang direksi di salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI.
HB memperlakukan semua tamunya sama saja. Dia tidak membedakan orang berpangkat dan orang melarat. Dia juga tidak membedakan orang cantik dan tidak menarik. Dia berprinsip, satu musuh terlalu banyak, seribu kawan masihlah kurang.
Yang penting, satu hal dalam hubungannya dengan HB. Janganlah pernah menyalip dia di tikungan. Kalau sampai begini, dia bisa marah. Bila sudah marah, segala macam “jurus” dia keluarkan untuk melawan si musuh mengingat HB sebenarnya adalah seorang “pendekar” silat juga.
“Saya waktu kecil dididik silat oleh guru ngaji di langgar (musholla),” kata HB.
HB adalah sejenis manusia langka. Dia hanya bisa dikalahkan dengan orang yang berlaku andap asor (rendah hati –Jawa red) bukan rendah diri. HB sangat menghargai orang yang rendah hati tapi bekerja cerdas dan keras.
Krista Riyanto
***
Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [27]: Cewek-cewek Takut Semua
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews