Harianto Badjoeri [27]: Cewek-cewek Takut Semua

Di kala usia sudah tidak muda lagi seperti sekarang ini, HB masih ingat betul dengan teman-teman wanitanya yang dulu dia jahili sampai menangis.

Minggu, 17 November 2019 | 03:46 WIB
0
384
Harianto Badjoeri [27]: Cewek-cewek Takut Semua
Harianto Badjoeri bersama keponakannya (Foto: dok. pribadi)

Asmara adalah fase perjalanan manusia yang paling tidak bisa dilupakan. Ada gelora tersendiri di dalamnya. Pahit manisnya akan terkenang sampai di hari tua.

Begitu juga Harianto Badjoeri yang akrab disapa HB ini. Dia juga punya cerita panjang tentang perjalanan asmaranya. Pengalaman asmaranya tidak selalu manis, tapi malah banyak rasa “pahitnya”.

HB lahir dari keluarga priyayi terpandang dan terdidik. Orangtuanya yang tokoh pendidikan dan punya status ekonomi papan atas di Kota Blitar, Jawa Timur, ternyata tidak memudahkan HB dalam memikat wanita di kala remaja.

Padahal, HB punya fisik lebih baik di antara sesama temannya. Kulitnya tergolong putih, tubuhnya tinggi, dan wajahnya macho. Dari ekonomi, orangtuanya lebih mapan di antara tetangganya. Punya kendaraan bermotor berupa mobil dan motor segala. Ini barang mewah untuk ukuran warga negara pada era awal-awal kemerdekaan Repubik ini.

Perjalanan asmara HB justeru banyak tidak menduga. Dia bagaikan singa yang ditakuti kancil. Setiap melihat HB, banyak wanita yang mlayu (menjauh cepat-cepat –Jawa red).

Lalu, kenapa HB kurang menarik minat gadis-gadis di sekitarnya?

Anoeng Setyomono, salah seorang sahabat HB di masa remaja bercerita panjang lebar. HB kurang menarik minat gadis-gadis remaja di kotanya bukan karena materi atau fisiknya. Untuk urusan ini, HB di atas rata-rata teman-temannya.

“Hari (demikian Anoeng menyapa) itu gak romantis kalau sama wanita. Malah cenderung nggilani (menakutkan – Jawa red),” kata Anoeng yang masih rutin mengunjungi HB di kantornya ini.

Bagi Anoeng, HB nyaris ditakuti kalangan wanita. Banyak wanita yang menjauh bila melihat HB datang. Cewek-cewek itu takut diolok-olok dengan segala hal yang bikin mereka menangis.

Begitu terkenalnya HB sebagai remaja yang nggilani, sampai-sampai semua gadis di kampungnya tidak ada yang mau jadi pacarnya. Bahkan, tidak jarang orangtua gadis yang melabrak HB atas aduan anaknya.

Berbagai sumpah serapah orangtua si gadis dilontarkan kepada HB atas kenakalannya meledek anak gadisnya. Pendek kata, semua orangtua di kampung itu sudah banyak yang berurusan dengan HB.

Sampai pada suatu ketika, HB tidak bisa mengucap kata-kata lagi pada saat dia mendapat pacar di Jakarta. Adalah adik kelasnya pada saat kuliah yang bersedia menjadi pacarnya, lalu kemudian dia jadikan isterinya sampai sekarang ini.

“Hanya satu wanita yang menjadi pacar saya sampai sekarang menjadi isteri saya. Dia adalah gadis kelahiran Jakarta,” ungkap HB sambil tersenyum.

Bagi HB, isterinya adalah wanita yang mumpuni. Dia wanita paling sabar dan mengerti keadaannya. Berbagai badai telah mereka lalui sampai 40 tahun lamanya berumah tangga.

Di kala usia sudah tidak muda lagi seperti sekarang ini, HB masih ingat betul dengan teman-teman wanitanya yang dulu dia jahili sampai menangis. Di antara mereka ada yang sukses, tetapi ada juga yang kurang beruntung.

“Saya jadi geli dan tertawa kalau bertemu mereka mengenang masa remaja dulu,” kata HB terkekeh-kekeh.

HB sekarang bukanlah yang dulu lagi. Dia sudah disadarkan oleh Tuhan melalui sakitnya. Dia telah mengubah perilakunya yang nggilani menjadi penuh kasih. Membantu dan membahagiakan orang lain adalah kegiatan HB sehari-hari sekarang ini.

Tiada hari tanpa memberi. Itulah sosok HB atau Hari sekarang ini. 

Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [26]: Kebagiaan Itu Adalah Hak Setiap Manusia