HB terkadang tidak sadar bahwa tindakannya membangun toleransi antarpemeluk agama adalah sejalan dengan cita-cita besar para pendiri Republik ini.
Sulit dibayangkan kasih sayang seorang Harianto Badjoeri terhadap kehidupan. Sebagai Muslim, Harianto Badjoeri yang oleh koleganya disapa HB ini membagikan banyak hadiah Natal kepada orang-orang pemeluk Kristen yang ada di sekelilingnya.
Sehari jelang Natal, HB punya kebiasaan membagikan aneka rupa barang kepada sahabatnya yang memeluk Kristen. Ada yang mendapat bingkisan sepaket cokelat, seamplop uang, dan aneka cindera mata, yang bernilai tinggi.
Sambil tertawa bahagia, HB mengaku bahwa pembagian ini sudah biasa dia jalankan bertahun-tahun lamanya. HB membagikan hadiah Natal ibarat menabur sedekah. Tetapi sedekah lintas iman.
Toh, membagikan hadiah tanpa syarat, menurut pandangan HB tidak mendatangkan keburukan dari sudut manapun. Dari sisi agamanya, Islam, HB memandang, membagi kebahagiaan kepada orang lain adalah anjuran yang baik. Dia menganggap semua orang layak diberi sesuatu yang membahagiakan, termasuk kepada pemeluk agama di luar Islam.
Sekali lagi, HB berprinsip bahwa kebahagiaan itu adalah hak semua orang di atas bumi ini!
Bagi koleganya yang tidak sempat bertemu, HB biasanya melalui relawannya mengirimkan hadiah Natal kepada mereka. Mereka umumnya orang-orang yang pernah dikenal HB selama bertugas dalam membela negara.
Salah seorang relawan HB Center, Hermansyah sering menjadi utusan HB untuk memberi hadiah Natal kepada pejabat maupun mantan pejabat negara yang memeluk Kristen dan dikenal baik oleh HB.
Mereka yang menerima hadian Natal dari HB ini biasanya selalu terharu. Salah seorang mantan pejabat negara yang pernah mendapat hadiah Natal dari HB mengaku sampai tidak bisa berucap apa-apa, karena dia amat terharu mendapat perhatian yang begitu besar dari sahabatnya yang seorang Muslim di hari Natal.
Selain berkait dengan semangat setia kawan dan rasa nasionalismenya yang tinggi, filosofi HB membagikan hadiah Natal kepada koleganya adalah karena dia menjalankan keteguhannya sebagai seorang beriman.
Bahwa, setiap orang beriman sudah sepantasnya membagikan kelebihannya kepada orang lain. Sebagai seorang yang berpenghasilan, HB merasa berkewajiban untuk membagikan hasil keringatnya kepada orang lain.
HB meyakini bahwa cara beribadah orang beriman yang baik adalah berbuat sesuatu untuk membahagiakan bukan hanya keluarganya, tapi juga orang lain. Beribadah bukan sekadar dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan nyata. Dengan berbuat nyata, HB juga meyakini bahwa dia sedang menanam benih kebaikan. Dipetiknya bisa sewaktu hidup di dunia, atau nanti di dunia akhir yang kekal.
Dengan kondisi fisiknya yang tidak prima lagi, HB masih terlihat bersemangat berbuat banyak untuk membahagiakan orang-orang di sekitarnya yang masih sehat.
Mantan Pangdam Jaya Mayjen TNI (Purnawirawan) Darpito Pudyastungkoro (67 tahun) yang menjadi sehabat dekat HB adalah saksi hidup kedermawanan HB meskipun berbeda iman. HB adalah orang yang luar biasa dalam menjalankan keimanannya.
Jauh sebelum pemerintah dan banyak pihak menggemakan arti pentingnya toleransi hidup antarpemeluk agama, HB sudah melakukannya lebih dulu. HB bukan sekadar memberi salam hormat kepada pemeluk agama lain, tapi dia juga sudah banyak memberi sumbangan bernilai tinggi untuk pendirian gereja. Dua gereja besar yang pernah dibantu HB berdiri megah di kawasan Jakarta Timur dan Jakarta Utara.
“Saya melihat kedermawanan yang penuh toleransi pada diri Pak Harianto itu,” kata Darpito dalam suatu kesempatan.
Tetapi, HB terkadang tidak sadar bahwa tindakannya membangun toleransi antarpemeluk agama adalah sejalan dengan cita-cita besar para pendiri Republik ini. HB hanya tahu bahwa tindakannya itu atas dasar kemanusiaan, bukan untuk alasan politis apalagi buat pamer-pameran agar terlihat wah.
Melalui tindakannya itu, HB sebenarnya telah membawa pesan besar tentang hidup berbudi luhur, dan luhurnya budi. Yang mana semua orang agar tidak segan-segan membangun toleransi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara bagi semua suku, agama, ras, dan golongan.
Krista Riyanto
***
Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [45]: Sekali Tampil Harus Berhasil
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews