Harianto Badjoeri [45]: Sekali Tampil Harus Berhasil

Kepedulian HB ini menunjukkan bahwa dia adalah birokrat istimewa. Dia menunjukkan loyalitas kerja yang tinggi lintas instansi demi kepentingan masyarakat dan negaranya.

Selasa, 24 Desember 2019 | 09:39 WIB
0
653
Harianto Badjoeri [45]:  Sekali Tampil Harus Berhasil
Brigjen (Pol) Albertus Rachmad Wibowo (Foto: Dok. pribadi)

Tidak banyak birokrat yang punya perhatian besar kepada anak-anak muda, karena mereka biasanya sibuk mengurusi kepentingan kariernya sendiri. Tetapi, HB ---demikian Harianto Badjoeri disapa oleh para koleganya, benar-benar birokrat gaul. Gaulnya lintas instansi dan generasi.

Di antara generasi yang sering dapat perhatian HB adalah birokrat maupun aparatur keamanan yang masih muda, karena mereka adalah pemimpin masa depan. Kepada generasi muda ini, HB tidak segan-segan untuk membantu segala keperluan mereka baik di saat dinas, maupun saat mengikuti pendidikan pengembangan/kejuruan, termasuk memperhatikan kesejahteraan mereka bilamana ada keluarga yang tertimpa musibah/sakit.

Brigadir Jenderal (Pol) Albertus Rachmad Wibowo, selaku Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Mabes Polri waktu itu mengenal HB sekitar tahun 1994. Waktu itu, Rachmad bertugas di Direktorat Samapta Polda Metro Jaya, sedangkan HB masih birokat tingkat menengah di Dinas Pariwisata DKI Jakarta.

Sebagai polisi yang bertugas di Unit Patroli, Rachmad adalah salah satu dari 21 perwira remaja lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1993 yang memimpin pasukan cadangan Direktorat Samapta, yang terdiri dari Satuan Brimob, Satuan Polisi Air, Satuan Ptaroli Jalan Raya, Satuan Patroli Kota (Patko), Satuan Sabhara dan Satuan Satwa/K-9.

Unit Patroli gabungan di bawah Direktorat Samapat ini adalah power in hand Kapolda Metro Jaya yang setiap saat bisa digerakkan untuk menanggulangi segala bentuk gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, seperti kebut-kebutan liar, premanisme, kejahatan jalanan, termasuk perkelahian antarkelompok pemuda/preman yang sering terjadi di tempat-tempat hiburan malam pada saat itu. Yang mana, hiburan malam adalah wilayah kerja dari seorang HB di Dinas Pariwisata DKI.

Perkenalan dengan HB semakin dekat terjadi rentang waktu 1995-1999 ketika Rachmad bertugas di unit Jatanras (kejahatan dengan kekerasan) Polda Metro Jaya. Waktu itu, Rachmad dikenalkan kepada HB oleh mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komisaris Jenderal (Purn.) Drs. Gories Mere.

“Pak Gories waktu itu membina beberapa perwira remaja, salah satunya saya,” ungkap Rachmad.

Sebagai pejabat yang menangani sektor wisata hiburan malam di Ibu Kota, HB senang sekali berkenalan dengan perwira remaja seperti Rachmad ini. Dalam waktu yang relatif singkat, Rachmad mendapat perhatian dari HB.

Berbagai kegiatan pengamanan yang berkait dengan hiburan malam, Rachmad sering dilibatkan mewakili unsur kepolisian. Selain itu ada unsur dari POM TNI (waktu itu POM ABRI), Dinas Pariwisata, dan Satuan Polisi Pamong Praja (dulu Ketenteraman dan Ketertiban =Tramtib).

Di dalam tim ini, HB sering berperan selaku kakak yang menyatukan para perwira berbagai kesatuan pengamanan. Kehadiran HB selaku pemimpin sangat dirindukan banyak orang, karena dia adalah birokrat pekerja keras yang selalu berpedoman bahwa “sekali tampil harus berhasil”.

Dengan pedoman sekali tampil harus berhasil, HB seperti memberi pesan bahwa setiap bekerja harus all out ---total. Jangan setengah-setengah, karena tidak akan mendatangkan hasil, apalagi prestasi.

HB sepengetahuan Rachmad nyaris tidak pernah santai-santai, waktu dan tenaganya banyak dicurahkan untuk mengurusi keamanan Ibu Kota agar iklim usaha hiburan malam sebagai salah satu sumber devisa tidak terganggu.

Keakraban antarkesatuan, baik TNI, kepolisian, maupun aparatur sipil negara (ASN) tetap terjalin, tidak hanya pada saat ada kegiatan bersama, dalam situasi kondusif pun, HB sering hadir di tengah-tengah mereka. Sehingga terbentuk tim yang solid dan disegani oleh kelompok kejahatan jalanan maupun preman-preman yang berusaha menganggu ketertiban umum.

Pada saat itu sudah ada tekad bahwa negara harus hadir pada setiap ketidaktertiban, dan tidak boleh kalah oleh kelompok preman, organisasi massa, maupun mafia.

Istilah negara harus hadir di setiap ketidaktertiban ini mulai dipopular oleh Presiden Joko Widodo, pada waktu dia menjabat selaku Gubernur DKI Jakarta hasil pemilihan kepala daerah 2012.

“Kami sampai menganggap Mas Harianto sebagai kakak asuh, karena beliau memahami kesulitan kami sebelum kami mencurahkannya,” ujar Rachmad.

HB adalah figur birokrat yang bisa mengasuh, membimbing, mendorong, dan menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi orang-orang di bawahnya. Entah itu untuk urusan berkaitan dengan keluarga, sosial, pendidikan, sampai ekonomi.

“Beliau sangat pandai membangun suasana tim menjadi harmonis dan bahagia,” kata Rachmad.

Karakter HB yang gaul, namun berwibawa ini relatif peka terhadap persoalan kecil yang dihadapi oleh orang-orang di sekelilingnya. Dia amat mudah iba bila melihat orang sekelilingnya tidak bahagia, apalagi sampai bersedih. HB selalu berusaha untuk membahagiakan orang-orang di sekelilingnya.

Apalagi jika ada peristiwa yang merendahkan harkat kemanusiaan, HB sudah pasti akan turun tangan sepenuhnya untuk membantu. Salah satu peristiwa yang membuatnya turun tangan yang diingat Rachmad adalah ketika terjadi pemerkosaan yang menimpa keluarga Acan di Bekasi kisaran tahun 1995.

Peristiwa ini menghebohkan Tanah Air, karena istri dan anak Acan diperkosa oleh perampok. Peristiwa ini menjadi berita utama media seluruh Indonesia berminggu-minggu lamanya. Presiden Soeharto pun waktu itu sampai memberi perhatian serius.

Waktu itu, HB turun tangan memberi bantuan materi kepada keluarga korban. Selain bantuan materi, HB juga menurunkan psikolog untuk memberi bantuan konseling kepada korban pemerkosaan agar mental mereka pulih dan bisa melanjutkan kehidupan seperti biasanya. Bantuan konseling secara rutin ini membuahkan hasil, yang mana korban kembali bersemangat menjalani kehidupan mereka pada hari-hari selanjutnya.

Kepada tim reserse kepolisian, HB juga terus memberi semangat agar bekerja total untuk mengungkap peristiwa yang menghebohkan ini. Dia hampir setiap hari ikut hadir di tengah-tengah tim untuk mendukung mereka bilamana menghadapi berbagai kendala.

Kepedulian HB ini menunjukkan bahwa dia adalah birokrat istimewa. Dia menunjukkan loyalitas kerja yang tinggi lintas instansi demi kepentingan masyarakat dan negaranya.

Sekalipun kontribusinya tidak bisa dibilang kecil, namun HB tidak sepopular birokrat atau politisi yang hanya pandai perangkai kata-kata untuk mencitrakan diri di media. Namun, HB adalah figur birokrat pekerja keras yang pandai menghadirkan kebahagiaan di tengah-tengah kesulitan.

Krista Riyanto

***

Tulisan sebelumnya: Harianto Badjoeri [44]: Mengayomi Pelaku Usaha, Menjinakkan Mafia