Ini 5 Kelebihan Fadli Zon!

Jumat, 15 Februari 2019 | 16:48 WIB
1
286
Ini 5 Kelebihan Fadli Zon!
Fadli Zon (Foto: Jitunews.com)

Fadli Zon, wakil rakyat yang fenomenal. Duduk di kursi dewan, bukan perangkat undang-undang yang jadi prioritasnya melainkan sibuk tebar cuitan. Nyaris semua pernyataan dan cuitannya di jagad maya mengundang nalar untuk bekerja keras.

Sebagai oposisi memang dia pantas mengkritisi tapi bukan yang asal bunyi. Di jagad media sosial twitter, berderet cuitan Fadli Zon yang mendapat komentar yang berlawanan, kecaman bahkan bulian.

Fadli memang rajin sekali mengomentari segala sesuatu mengenai oposisinya apalagi yang melekat dengan pribadi presiden Jokowi.

Saya masih ingat saat Jokowi menikahkan putrinya di Solo Fadli sibuk mengomentari Jokowi dan menganggap Jokowi memanfaatkan fasilitasnya sebagai presiden untuk menikahkan putrinya. Bahkan Fadli menyindir Jokowi berprestasi dua kali menikahkan anaknya dalam satu periode kepresidenan.

Padahal, sangat jelas bahwa kedua anak Jokowi menikah tanpa menggunakan fasilitas kepresidenan ayah mereka.

Sekarang dia lebih punya cerita. Bukan hanya cuitan, Fadli kini rajin berpuisi. Memang anggota dewan cukup lihai jadi seniman, anggaran saja bisa dipoles sesuai selera apalagi deretan kata. Sayangnya puisi Fadli melulu ditujukan ke satu sasaran. Bukannya keindahan, kontroversi yang justru datang.

Terakhir ini puisi Fadli ditujukan untuk doa yang diucapkan Kyai Maimoen Zubair di Rembang saat kunjungan Jokowi. "Doa yang ditukar" begitulah judulnya. Puisi yang tak lebih dari tudingan seorang Fadli Zon ini kini menuai kecaman. Fadli menangkis tapi pihak lain meminta ia memohon maaf.

Kalau dirunut, di mesin pencari Google.com saja ihwal seorang Fadli Zon saja lebih banyak kontroversinya. Sedikit sekali saya menemukan berita prestasi Fadli Zon sebagai legislator, yang banyak ditemui justru aksinya membuat sensasi.

Tapi dipikir punya pikir, Fadli Zon ini punya lima keistimewaan. Setidaknya itu yang membuatnya bertahan berada terdepan dalam sorotan.

Ini memang benar kelebihan seorang Fadli Zon yang belum tentu orang lain sudi menyamainya.

Punya Prinsip Yang Kuat

Membaca di sebuah situs, Saya mengetahui bahwa Fadli Zon pertama kali bertemu Prabowo di tahun 1994 kala ia bersama rekan-rekan mahasiswa UI mengadakan acara "Simposium Nasional Gerakan Mahasiswa 1990-an."

Kala itu Fadli termasuk aktifis yang rajin berdemonstrasi atas kebijakan pemerintah. Prabowo pun hadir masih dengan pangkat kolonel. Kecintaan Fadli akan figur Prabowo dimulai saat itu, saat Prabowo bicara soal gagasan-gagasannya tentang perubahan Indonesia ke depan yang berharap Indonesia akan terbuka secara demokrasi.

Di situlah jiwa aktifis Fadli yang menyukai kata "perubahan" mulai mengantarnya lebih dekat dengan Prabowo. Fadli beberapa kali diundang ke Cendana oleh Prabowo untuk berdiskusi. Hingga Prabowo naik dan naik lagi pangkatnya menjadi Danjen Kopassus, Fadli Zon semakin akrab dengan Prabowo.

Secara prinsip Fadli punya kesamaan dengan Prabowo. Setidaknya secara retorika Prabowo juga Fadli menyukai perubahan bagi NKRI. Meskipun zaman berganti, Orde Baru sudah pergi, tetap saja prinsip Fadli masih sama, menginginkan perubahan dan mengidolakan seorang Prabowo.

Bak anak asuhnya, Fadli hadir di dekat Prabowo nyaris di setiap kiprah politik Prabowo di negeri ini. Hingga kini kondisi itu masih berlangsung bahkan Fadli rela menyampaikan apapun demi membela sang idolanya, Prabowo Subianto.

Kepercayaan Diri 

Salah satu modal Fadli Zon berani mengeluarkan berbagai pernyataan adalah rasa percaya dirinya yang tinggi. Ia tidak peduli apakah pernyataan yang diucapkannya benar atau salah, berdampak baik atau buruk. Seorang Fadli Zon bisa tanpa beban menyambar sebuah fakta dengan komentarnya bahkan dengan bait-bait puisi.

Ada beberapa definisi kepercayaan diri menurut para ahli psikologi, diantaranya menurut Anthony (1992), kepercayaan diri adalah sikap pada diri seseorang yang bisa menerima kenyataan, mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian dan mempunyai kemampuan untuk memiliki segala sesuatu yang diinginkan.

Sementara itu, menurut Hambly (1992) kepercayaan diri adalah keyakinan terhadap diri sendiri sehingga mampu menangani segala situasi dengan tenang, kepercayaan diri lebih banyak berkaitan dengan hubungan seseorang dengan orang lain, tidak merasa inferior di hadapan siapapun dan tidak canggung jika berhadapan dengan orang banyak.

Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu yakin ini masuk kategori percaya diri atau justru jadi bagian dari rasa 'unsecured' seorang Fadli Zon. Yang jelas, dia tidak canggung ketika ucapannya rentan menimbulkan polemik di hadapan banyak kalangan.

Responsif dan Jeli

Saking seringnya seorang Fadli Zon merespon peristiwa di seputar ruang gerak kubu Jokowi timbul rasa penasaran saya untuk mengukur kecepatan dan kejelian seorang Zon.

Saya teringat momen pernikahan Kahiyang putri Jokowi pada November 2017 yang lalu. Kahiyang menikah pada 8 November 2017 dan di 7 November Fadli Zon sudah mengeluarkan cuitannya di Twitter seperti ini, "Dlm 3 thn Pak @jokowi menikahkan 2 anaknya, tinggal 1 lg. Semua Presiden RI lain kalah dlm soal ini. Kerja kerja kerja." Puisi terbarunya yang berjudul "Doa yang Ditukar" yang menyindir doa yang dibacakan KH Maimoen Zubair di acara Zikir Akbar di Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, 1 Februari 2019 dipublikasi hanya dua hari berselang peristiwa itu.  

Beragam peristiwa direspon cepat oleh cuitan dan puisi Fadli Zon seperti batalnya pembebasan Abubakar Baasyir, penurunan BBM bahkan soal foto liburan keluarga Jokowi hingga soal cucu Jokowi, Jan Ethes. Seorang Zon tidak melewatkan celah sekecil apapun untuk dikritisi dari sisi lawan politiknya ini. Sungguh insting yang tajam!

Pandai Bermain Kata

Fadli Zon memang bukan hanya seorang politisi, ia juga seorang sastrawan. Fadli adalah sarjana Sastra Rusia lulusan Universitas Indonesia yang sudah menciptakan beberapa puisi. Ia pernah ikut serta dalam teater sastra UI.

Fadli Zon pandai bermain kata, terutama dalam merespon realitas politik. Lebih tegasnya, ia pintar dalam menguliti lawan. Puisi yang dibuat Fadli Zon dimaknai oleh media sebagai sindiran terhadap lawan politiknya meskipun Fadli seringkali tidak mengakuinya. Fadli berkilah bahwa puisi-puisinya bermakna bebas dan bisa diartikan oleh siapapun.  

Gaya Fadli Zon ini mirip dengan gaya Taufik Ismail saat membuat antologi puisi yang ditujukan untuk menyerang pemerintahan Soekarno yang berjudul "Tirani dan Benteng." Memang bukan hal baru bersastra untuk kepentingan politik tapi Fadli Zon menggunakan medium yang lebih modern dan sasaran yang lebih 'receh' ketimbang yang dituju oleh seorang Taufik Ismail.

Jika puisi Taufik Ismail lebih bernafaskan perjuangan, saya menilai puisi Fadli Zon lebih kepada nyinyiran dalam persaingan politik.

Kenapa saya bisa mengira begitu? Ya karena Fadli ada dalam lingkaran kepentingan politik lawan yang dituju dan Taufik Ismail adalah sastrawan murni. Ada target kekuasaan yang dikejar oleh pihak yang dibela Fadli Zon saat ini. Jadi, jangan samakan sastrawan yang satu ini dengan pejuang keadilan lainnya ya..!

Punya Hoki Besar

Kelebihan Fadli Zon yang satu ini tak perlu saya ulas panjang lebar. Sudah jelas seorang Fadli Zon memiliki keberuntungan yang besar alias hoki. Betapa tidak, Fadli memiliki perjalanan pendidikan dan karir yang terbilang cukup mulus. Dua tahun belajar di sekolah menengah atas kemudian ia mendapatkan beasiswa melanjutkan studi ke San Antonio Texas dan lulus dengan predikat summa cum laude. Ia pun melanjutkan studi ke kampus Universitas Indonesia kemudian program majister ilmu ekonomi dan politik di London.

Berbagai jabatan keorganisasian pernah diamanahkan kepada Fadli Zon sejak ia di dunia kampus. Ia juga pernah memimpin berbagai demonstrasi oleh mahasiswa kampus UI di awal era 1990-an.

Ia mengkritisi pemerintah Orde Baru walau pada akhirnya ia merapat pada menantu sang penguasa saat itu juga. Saat aksi demonstrasi mahasiswa banyak memakan korban, toh Fadli dalam posisi yang aman. Ia adalah orang dekat Prabowo yang hingga kini masih setia.

Fadli berhoki besar, di kala yang lain berkomentar seenaknya dan terseret dalam ranah hukum, ia masih melenggang dan tersenyum lebar hingga saat ini. Bahkan, ia punya pendukung setia yang selalu mengamini apa yang diucapkannya. Sungguh hoki, bukan?

Kancah politik mungkin tak akan seseru ini tanpa ada karakter seperti Fadli Zon. Sebuah sistem akan lengkap ketika ada berbagai karakter di dalamnya, kubu positif dan negatif, kutub utara dan selatan, dan sebagainya.

Saya sendiri masih dalam fase terhibur dengan segala ocehannya. Biarlah ini jadi bagian demokrasi. Masyarakat kini sudah cerdas menilai mana yang waras dan mana yang bablas toh?

Okelah Zon, gak ada lo gak rame! Lanjutkan keseruanmu..!

***