Hitungan Jumlah Peserta Reuni 212, Siapa Paling Benar?

Selasa, 11 Desember 2018 | 07:58 WIB
0
300
Hitungan Jumlah Peserta Reuni 212, Siapa Paling Benar?
Reuni 212 (Foto: Gelora.co)

Debat tentang peserta Reuni 212 masih saja menggema. Tidak berbeda jauh saat aksi 212 yang berhasil menumbangkan Ahok karena dianggap sebagai penista agama. Saat itu perdebatan tentang peserta aksi 212 juga cukup tajam.

Iwan Piliang misalnya menyebutkan bahwa peserta yang hadir dalam Reuni 212 mencapai 9 hingga 11 juta. Hal tersebut didasarkan pada nomor IMEI yang aktif pada saat acara reuni 212 di sekitar Monas, seperti dilansir Tempo.

Sedangkan panitia reuni 212 menurut Republika mengklaim bahwa peserta yang hadir diperkirakan sekitar tiga juta jiwa. Klaim ini keluar dari pernyataan Media Center Reuni 212 Novel Bamukmin.

Novel mengamini bahwa ada penurunan jumlah peserta yang datang. Saat aksi 212 tahun 2016 lalu, Novel menyebut ada sekitar 7 juta jiwa. Saat reuni jumlahnya berkurang menjadi 3 juta orang.

Tapi, pernyataan Novel ini bertolak belakang dengan pernyataan Bernard Abdul Jabbar, ketua Panitia Reuni Akbar Mujahidin 212 yang menyebutkan bahwa peserta yang hadir mencapai tujuh juta orang.

Yang menarik justru pernyataan Prabowo Subianto yang mencak-mencak kepada media yang tidak memberitakan Reuni 212 di Monas dalam porsi yang sepantasnya. Prabowo merasa heran karena ada sekitar 11 juta orang yang hadir di Monas tapi tidak jadi headlinebahkan hanya dapat porsi secuil di media nasional.

Saya justru tertarik dengan laporan Tirto. Media yang saat ini dianggap paling netral dan berimbang. Tirto menurunkan tulisan tentang "Reuni 212: Benarkah Klaim 8 Juta Peserta?"  (8/12).

Tirto menghitung jumlah peserta yang hadir di Monas dalam reuni 212 dengan menggunakan aplikasi mapdevelopers.com. Luas area yang digunakan oleh peserta reuni 212 dihitung tidak hanya di area non-rumput Monas, tapi juga area di sekitar jalan Budi Kemuliaan, Jalan Agus Salim, Jalan Ridwan Rais hingga Jalan Merdeka Selatan.

Tirto menyimpulkan bahwa dengan luas area 179.526 meter persegi atau 1.932.422 kaki persegi yang diisi oleh peserta reuni 212 dibagi dengan luas area per individu sekitar 10 kaki persegi. Tingkat kepadatan pun dipertimbangkan hingga bidang yang bisa diisi oleh setiap individu bisa sampai 2,5 kaki persegi.

Berdasarkan hitungan tersebut, jika peserta reuni 212 sangat padat diperkirakan ada sekitar 429.431 orang. Namun, jika tidak terlalu padat, perkiraannya sekitar 193.224 orang saja. Dihitung lagi jika kerumuman amat padat diperkirakan ada sekitar 772.976 orang. Artinya tidak lebih dari 1 juta orang yang hadir dalam reuni 212.

Bagaimana dengan hitungan Kepolisian? Brigjen Dedi Prasetyo yang menjabat Karopenmas Divhumas Polri menyebutkan bahwa peserta reuni 212 sekitar 40 ribu orang.

Hitung-hitungan ini ternyata jadi bagian paling sensitif. Motif para peserta yang datang entah itu karena dapat sangu dari partai penyokong 212 ataupun tidak bukan lagi jadi hal yang urgent. Karena angka ini justru lebih menarik. 

Tidak penting lagi apakah aksi ini untuk kampanye atau untuk mendukung salah satu paslon. Jadi, cukup wajar juga sih kalau media nasional tidak menjadikan reuni 212 ini menjadi berita yang kurang penting dan tidak ada faedahnya lagi untuk ditampilkan dalam halaman muka koran nasional. Eh tapi tokoh-tokoh 212 termasuk Prabowo jadi baper juga ya karena aksi mereka tidak jadi headline.

Persoalan ini sebetulnya bisa jadi tantangan bagi para start-up. Bagaimana sebetulnya hitungan yang benar dan bisa dipercaya jika ada aksi-aksi yang serupa. Bagaimana caranya menciptakan mesin absensi yang bisa menghitung kumpulan massa dengan cepat dan akurat. Bisa saja toh dengan sensor gerak atau absen sidik jari seperti pelajar-pelajar di Jakarta yang datang tiap pagi untuk absensi.

Mengapa hitungan ini penting? Ini adalah persoalan gengsi. Karena tak mudah mengumpulkan jutaan orang tanpa ada embel-embel uang jalan apalagi Rendang Padang.

Namun, jumlah ini sebetulnya akan lebih bermanfaat jika didorong untuk melakukan aksi simpatik. Misalnya membersihkan gorong-gorong ibu kota yang kini terancam dengan bencana tahunan, banjir. Ini pun dilakukan demi menyelamatkan wajah pimpinan mereka yang berhasil menduduki kursi nomor satu di DKI.

Angka peserta reuni ini penting untuk dicarikan solusinya agar logika orang awam juga sampai. Sama persis dalam memahami logika pelican crossing yang dianggap lebih efektif urai kemacetan dibandingkan dengan menggunakan JPO, menurut Anies. Sampai titik ini jelas kan urgensinya angka tersebut?

***