Di sini menarik peran Abu Janda yang sejatinya telah dijadikan "proxy war" atau juga upaya belas dendam orang-orang/organisasi yang pernah disakitinya lewat medsos melalui momentum apapun.
Ada dua berita yang berkelindan di media massa maupun media sosial menyangkut Permadi Arya alias Abu Janda, selebritas medsos papan atas yang berani melawan intolorensi secara terang-terangan, dengan caranya sendiri, tentu saja.
Pertama, cuitan Abu janda tentang "Islam Arogan" karena gampang mengharam-haramkan suatu kebiasaan, yang kaitannya dengan apa yang ia sebut Islam sebagai "agama pendatang" versus "agama lokal".
Untuk kasus ini, tentu Abu Janda sudah punya serenceng argumen. Selain ia berasal dari kalangan muslim moderat, ia dikenal sebagai aktivis Barisan Serba Guna (Banser) Nahdlatul Ulama. Saya tidak membahas persoalan ini. Bukan ranah saya.
Baca Juga: Seberapa Bersalahkah Abu Janda?
Kedua, terkait pelaporan Haris Pertama, orang yang semula mendaku sebagai ketua umum DPP KNPI, yang melaporkan Abu Janda atas ucapannya yang ia nilai rasis (SARA) terhadap Natalius Pigai, putera asli Papua. Dalam salah satu postingan medsos ia bertanya secara retorik, "Sudah selesaikah evolusi kau, Pigai?" begitulah kira-kira pernyataan yang memantik perdebatan, sampai-sampai Haris Pertama melaporkan Abu Janda ke Bareskrim.
Tentu saja kata yang dilaporkan sebagai rasis atau ujaran kebencian itu adalah "Evolusi". Nanti ada perdebatan, apa iya makna kata itu sudah disempitkan hanya sekadar "Rasis". Benarkah kata itu milik "Charles Darwin" dengan teori evolusinya itu? Apakah Pigai ada kaitannya dengan teori itu? Kira-kira di persidangan debat hukumnya akan seperti itu.
Ketiga, "turun laut"-nya Susi Pudjiastuti yang ikut-ikutan menantang Abu Janda sampai-sampai meminta netizen untuk meng-unfollow-nya. Lucunya, netizen malah berbalik meng-unfollow mantan menteri kelautan yang sekarang sangat kental bermain di ranah politik itu.
Baiklah, tentang KNPI, apa kaitan Haris Pertama yang melaporkan Abu Janda ke Bareskrim yang dinilai rasis di saat objek yang dituju Abu Janda adalah Natalius Pigai, yang tidak ada sangkut-pautnya dengan KNPI.
Benar saja, pelaporan Haris itu memantik polemik di tubuh KNPI sendiri. Tidak kurang dari Ketua DPP KNPI Kaka Hanifah menyampaikan keterangan pers resminya. Ia tegas menolak setiap bentuk rasialisme yang terjadi di negara ini oleh siapapun juga.
"Akan tetapi ranah kami di kepemudaan bukan dengan pansos lapor sana sini ke pihak tertentu untuk menggali keuntungan pribadi. Posisi kami di KNPI adalah terjun langsung ke masyarakat untuk mengedukasi penolakan terhadap segala macam bentuk rasialisme kepada masyarakat,“ katanya.
Bahkan Kaka mengatakan, KNPI sangat dirugikan karena pencatutan di berbagai media sebagai Ketua Umum DPP KNPI untuk urusan pansos (panjat sosial) seperti ini.
Menurut dia, seluruh organisasi kepemudaan, terutama yang besar seperti dari Cipayung dan KBNU semua bernaung di bawah KNPI kepemimpinan Noer Fajrieansyah.
Noer yang disebut Kaka adalah Ketua Umum DPP KNPI yang asli.
Terlihatlah Abu Janda menjadi semacam "proxy war" untuk berbagai kepentingan atau pihak-pihak yang berseteru tetapi tidak nampak ke permukaan dalam pusaran ini. Haris dan Pigai bisa jadi hanya umpan, bunga-bunga saja, sementara Pigai sendiri tidak bereaksi.
Baca Juga: Mengapa Saya Jengkel Permadi Arya alias Abu Janda Dilaporkan?
Akan tetapi dengan "cawe-cawe"-nya Susi, ini yang menimbulkan pertanyaan besar. Apakah ia pelaku perang sesungguhnya? Dengan siapa ia sedang berperang? Apakah ini menunjukkan Susi benar-benar "turun laut" setelah berhasil mengecek ombak di stasiun televisi milik Surya Paloh.
Adakah kaitannya antara Surya Paloh dengan Susi yang pertama-tama mengusung Anies Baswedan sebagai capres 2024 dan mengapa tiba-tiba ramai diberitakan Anies-Susi adalah pasangan cagub-cawagub DKIJakarta yang tidak tergoyahkan?
Di sini menarik peran Abu Janda yang sejatinya telah dijadikan "proxy war" atau bisa juga upaya belas dendam orang-orang/organisasi yang pernah disakitinya lewat medsos melalui momentum apapun.
"Evolusi Pigai" dan "Islam Arogan" adalah dua di antaranya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews