Jargon Pilihan Ulama yang Memaksa Calon Berganti Wajah

Sabtu, 16 Maret 2019 | 05:24 WIB
0
176
Jargon Pilihan Ulama yang Memaksa Calon Berganti Wajah

Sebuah video (youtube.com) menggambarkan seorang lelaki setengah baya berjoget-joget di sebuah pesta. Itu adalah acara perayaan natal keluarga besar dari Prabowo dan Hasyim Djoyohadikusumo. Tak ada yang aneh sebenarnya. Tapi, yang berjoget itu adalah Prabowo Subianto, calon presiden yang digadang-gadang dekat dengan ulama, koalisi yang dinaungi seorang imam bernama Habib Rizieq. 

Jargon yang mereka bawa adalah calon presiden dan wakil presiden hasil ijtima ulama yang diharapkan setiap muslim mengikuti ini. Tapi, ketidaksinkronan jargon dengan kenyataan besar maknanya bagi masyarakat. Andaikan sasaran mereka adalah pemilih muslim atau yang bersimpatik kepada pergerakan ulama jelas keimanan secara islami sang calon yang digadang jadi sorotan. 

Prabowo dibesarkan dalam sebuah keluarga yang majemuk dalam hal keyakinan. Ia dan ayahnya diakui adalah muslim. Ibu, kakak-kakak dan adik Prabowo menganut agama Kristen. Meskipun begitu, tidak ada dokumentasi jelas yang membuktikan bahwa ayahnya adalah penganut Islam atau Kristen.

Soemitro sang ayah menikahi Dora Sigar sang ibu dengan tatacara kriten di negeri Jerman. Kabarnya, Soemitro sempat menganut kepercayaan yang sama dengan Dora (sumber: baranews.co)

Sebenarnya kriteria pemimpin tidaklah serumit itu. Cukup memiliki wibawa, berkiprah baik, berprestasi dan memiliki janji program yang inovatif dan masuk akal saja. Tapi, sejak 2014 saya merasakan ketidaknyamanan pada dikotomi capres pilihan ulama dan capres bukan pilihan ulama, capres islami dan non islami dan sebagainya.

Dalam hal ini perangkat agama dijadikan alat pelegitimasi kapasitas seseorang.  Propaganda beberapa pihak mengklaim bahwa kubu Prabowo lebih pro islam dan didukung ulama dan kubu Jokowi sebaliknya. Sejak saat itu saya jadi tertarik untuk mengetahui seberapa islamikah seorang Prabowo.

Peristiwa demi peristiwa seperti lembaran sebuah buku yang tertiup angin dan terbuka di depan mata saya. Ini jawaban pertanyaan saya. Prabowo mengakui dirinya bukanlah seorang muslim yang  taat. Hal itu juga diucapkan ulang oleh Presiden PKS, Shohibul Iman bahwa Prabowo adalah islam abangan tetapi nasionalis. (Republika.co.id) Ustad Sambo pun mengatakan bahwa Prabowo belum lancar mengaji meskipun sempat ia ajarkan semasa di Yordania (Detik.com).

Dalam beberapa kesempatan dia juga terlihat canggung dalam mengucapkan salam bahkan tak pernah terlihat menyampaikan shalawat kepada rasulullah seperti yang lazimnya umat Islam lakukan dalam membuka sebuah kegiatan. Prabowo juga terekam salah dalam sikap dan urutan berwudhu.

Meyakinkan bahwa dia benar seorang muslim saja bagi saya sulit. Ada yang mengatakan bahwa ia adalah seorang mualaf sejak menikah dengan Titiek Soeharto. Sementara itu Titiek Soeharto mengklaim bahwa Prabowo beragama Islam sejak lahir. Bagi saya sama saja... 67 tahun usia atau 36 tahun mualaf, toh dengan kemampuan ibadah yang ada itu masih meragukan. Kemana saja Prabowo selama ini?

Pasca reformasi 1998, tiga tahun ia bermukim di Yordania, Prabowo difasilitasi oleh pangeran Abdullah II sahabat Prabowo di sekolah militer yang akhirnya menjadi raja Yordania. Bertahun-tahun di negeri muslim tersebut Prabow sempat belajar baca Al-quran dan masih dalam tahap iqra 2 (level pemula dalam mengenal huruf hiyaiah dan baca alquran. 

Sebuah undangan disampaikan oleh Ikatan Da'I Aceh kepada dua pasangan calon presiden dan wakil presidan Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga untuk uji membaca al-qur'an. Melalui Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Prabowo tidak menggubris undangan ini. Justru, BPN menganggap uji baca al-qur'an sebagai hal yang tidak penting dalam menyeleksi capres dan cawapres. Presiden RI adalah pemimpin yang majemuk menjadi alibinya. Saya agak gagal paham dalam hal ini. Majemuk secara keyakinan pribadikah maksudnya? 

Apapun agama seorang Prabowo saya tidak peduli. Yang jelas dikotomi capres islami dan non islami buat saya menyesatkan. Selain kedua pasangan calon adalah muslim, saya juga memikirkan nasib kebhinekaan negeri ini ketika para aktor politik meributkan hanya satu keyakinan saja.

Sementara itu, satu pihak sibuk mencuri perhatian agama mayoritas demi jadi kendaraan politiknya. Semoga Prabowo meyakini islamnya dengan benar, agar ia memahami bahwa islam itu damai, bukan pemecah belah apalagi kedok politik. 

***