Secara mentalitas Jokowi sudah sangat teruji, berbagai deraan fitnah dan cemooh dia tidak pernah peduli. Inilah hal yang tidak dimiliki oleh banyak pemimpin Nasional. Hal itu dia alami sejak menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, sampai menjadi Presiden.
Mental yang teruji tersebut bukanlah tanpa ada yang mendasari, tanpa spiritualitas yang mumpuni, mungkin Jokowi mudah untuk ditumbangkan. Intuisi dan sisi spiritualitas yang banyak membantunya dalam menghadapi berbagai fitnah keji tersebut, merupakan salah satu nilai lebihnya.
Saya sudah prediksi sebelumnya, kalau pada debat kedua, Jokowi akan tampil lebih percaya diri, ini bukan soal penguasaan materi debat, tapi lebih kepada persoalan spriritualitas yang dimilikinya, inilah "alat bantu" yang membuat dia bisa tampil fokus dan tenang, dalam menghadapi lawan.
Seorang Soekarno, Habibie, dan Gus Dur, adalah sosok Presiden yang memiliki Kekayaan Kecerdasan yang paripurna. Mereka bukan cuma memiliki Kecerdasan Intlektual dan Kecerdasan emosional saja, tapi juga memiliki Kecerdasan Spiritual.
Tidak ada yang mereka takuti selain daripada Allah subhanahu wa Ta'ala, dan tidak mudah diintimidasi oleh siapapun. Orang-orang seperti ini adalah orang yang betul-betul beriman kepada Tuhan, bukanlah kepada sesama manusia. Lihat saja apa yang dikatakan Jokowi saat Closing Statement-nya diakhir debat,
"Kita ingin negara makin baik dan saya akan pergunakan seluruh tenaga saya miliki, kewenangan yang saya miliki untuk mengelola negara. Tidak ada yang saya takuti untuk kepentingan bangsa, negara, kecuali Allah SWT untuk Indonesia maju,"
Closing statement Jokowi ini menarasikan kekuatan spiritualnya, dan itulah cerminan kekuatan mentalnya, sehingga moment debat Capres dimanfaatkannya tanpa ada rasa takut. Dia sudah melakukan sesuatu seperti apa yang sudah dia katakan.
Sebagai seorang pemimpin yang juga eksekutor, bukan cuma duduk manis dibelakang meja, dia tahu secara langsung persoalan yang dihadapi bangsa ini. Ketika dia dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut hasil kerjanya, maka dengan mudah dia bisa jawab.
Itulah kenapa pada Debat Capres II, Jokowi sangat menguasai panggung, dia bisa mengurai setiap pertanyaan yang dilayangkan Prabowo, dan pada akhirnya Prabowo mengapresiasi apa yang sudah dicapai Jokowi.
Prediksi kubu Prabowo sebelumnya, Jokowi akan kewalahan pada debat kedua, alasannya, Debat kedua tanpa kisi-kisi, berbeda dengan debat Pertama. Tapi pada kenyataannya, dugaan mereka salah besar, bahkan Jokowi sampai diisukan menggunakan alat bantu.
Dimedia sosial sempat viral tuduhan Jokowi menggunakan wireless earphone, bahkan lengkap dengan foto screenshot-nya, ada foto saat telunjuk Jokowi menekan kupingnya, ada juga foto Jokowi saat jempolnya seperti menekan bagian atas pulpennya.
Artikel ini tidak ingin mengatakan bahwa faktor penggunaan alat Bantu itulah yang membuat Jokowi memenangi Debat kedua, karena hal tersebut hanyalah diciptakan lawan untuk mengalihkan isu kekalahan Prabowo, dan isu itu tidaklah benar.
Kekuatan spiritualitas Jokowi adalah "alat bantu" yang menuntunnya untuk senantiasa tawaduk dan rendah hati, dan kekuatan itu melebihi wireless earphone, sehingga dia mampu mengungkapkan semua data yang diketahuinya, meskipun ada beberapa data yang disampaikannya dibantah media.
Tapi setidaknya, kekuatan spiritual yang dimiliki Jokowi, mencukupi Kecerdasannya secara paripurna, terbukti secara performa saat debat, dia mampu mengontrol emosinya, meskipun terpancing untuk melakukan serangan balik, yang pada akhirnya bisa mematikan lawan.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews