Seperti MU, Jokowi juga bukan Bus Parkir

Selasa, 26 Februari 2019 | 10:46 WIB
0
342
Seperti MU, Jokowi juga bukan Bus Parkir
Joko Widodo (Foto: Media Indonesia)

Saat tampil di atas panggung debat perdana Pilpres 2019 yang dilangsungkan pada 17 Januari 2019, Jokowi tampil dengan kemeja putih lengan panjang. Tidak seperti biasanya, Jokowi tidak menggulung lengan kemejanya yang menjadi salah satu ciri khasnya selama ini.

Bukan hanya dalam segi kostum, dalam menyampaikan visi-misi dan lain sebagainya pun, Jokowi terlihat kurang menggigit. Suara yang keluar dari mulut Jokowi terdengar datar, nyaris tidak ada hentakan dalam intonasi suara Jokowi. Dalam ajang adu otak yang disiarkan langsung oleh sejumlah stasiun televisi tersebut, Jokowi terkesan begitu berhati-hati.

Gegara penampilan capres nomor urut 01 yang kurang greget tersebut, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin pun mendapat serbuan kritilk netijen. TKN dituding melakukan kesalahan sehingga Jokowi tidak menunjukkan karakternya.

Penampilan Jokowi dalam debat perdana mengingatkan sebagian pemirsa pada performa Manchester United (MU), klub asal Inggiris, pada awal musim kompetisi 2018-2019. Kala itu MU yang dibesut pelatih asal Portugal, Jose Mourinho, dianggap tidak tampil maksimal. Mourinho yang ngetop dengan panggilan Mou masih ngotot dengan strategi "parking the bus" yang lebih banyak bertahan ketimbang menyerang.

Strategi bus parkir ala The Special One yang dipraktekkan di MU membuat gelisah sebagian pemainnya, termasuk bintang Perancis, Paul Pogba. Sebab, dengan strategi bertahan, Pogba dan rekan-rekan satu timnya tidak dapat bermain lepas. Jarak lari yang ditempul para pemain MU pun tercatat paling rendah di antara 20 klub yang berlaga di English Premier League.

Kekesalan pemain beserta petinggi MU pada Mou memuncak saat kesebelasan berjuluk Setan Merah tersebut digilas Liverpool 1-3 pada 16 Desember 2016. Lantaran kekalahan yang dianggap memalukan tersebut, tiga hari kemudian Mou dipecat oleh petinggi MU.

Setelah melepas Mou, MU menunjuk mantan pemain bintangnya di era 90-an, Ole Gunnar Solskjaer. Ole yang juga ujung tombak MU ini mengubah pola permainan Mou, dari bertahan menjadi menyerang. Hasilnya, di bawah asuhan Ole, pemain-pemain MU tampil lebih leluasa. Serangan-serangan yang dilancarkan MU jauh lebih deras dari sebelunya. Singkatnya, MU kembali bermain dengan karakterya.

B/R Football
 
@brfootball
 
 

Jose Mourinho came with a plan, and it worked

 
2.034 orang memperbincangkan tentang ini
 
 

Sebagaimana MU yang mengubah performanya, begitu juga dengan Jokowi saat turun di ajang debat kedua pada 17 Februari 2019. Dalam ajang debat yang bertemakan energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup, Jokowi tampil lebih hidup. Berbeda dengan penampilan sebulan sebelumnya, dalam debat kedua yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta, Jokowi menggulung lengan kemejanya yang sangat identik dengan "kerja kerja kerja".

Bukan saja soal "kemasan" yang berbeda, suara Jokowi pun tidak lagi datar. Intonasi yang disuarakan Jokowi kadang naik kadang turun. Selain itu, dalam menyampaikan materi atau konten, Jokowi mampu mengelaborasi data sehingga penonton debat dapat mengetahui pencapaian-pencapaian selama masa pemerintahannya.

Tidak perlu heran jika penampilan Jokowi tersebut mendapat apresiasi dari Prabowo Subianto. Dalam debat tersebut, setidaknya enam kali Prabowo mengungkapkan decak kagumnya atas kinerja pemerintahan Jokowi. Di antaranya, Prabowo yang juga rival Jokowi dalam Pilpres 2014 memuji Jokowi dan jajarannya telah bekerja keras di bidang infrastruktur. Demikian juga dengan persoalan lingkungan hidup, Prabowo memberikan apresiasinya kepada Jokowi dalam upaya penyelamatan sumber daya alam yang dilakukan pemerintah bersama KPK.

Bisa dibilang, setelah mengubah penampilannya, Jokowi meraih kemenangan telak atas Prabowo. Bahkan, bisa dibilang, Jokowi tampil nyaris tanpa cacat. Ketanpacacatan Jokowi inilah yang memaksa para pendukung paslon Prabowo-Sandiaga Uno melakukan serangan di luar materi debat. Sampai-sampai Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo harus melemparkan tuduhan tak berdasar terkait pemakaian alat bantu dengar yang disebut dipakai oleh Jokowi saat debat.

Tuduhan mengada-ada terkait pemakaian alat bantu dengar atau earpiece justru lebih membuktikan jika BPN tidak dapat menemukan kelemahan Jokowi saat debat kedua. Begitu pula dengan tudingan bila Jokowi mencoba menjebak Prabowo dengan istilah "unicorn". Tuduhan ini justru mempermalukan Prabowo sendiri antaran menganggap Prabowo tidak tahu menahu tentang "unicorn".

Bukan saja Prabowo yang mengapresiasi kegemilangan Jokowi dalam menyampaikan capaian-capaiannya tersebut, netijen pun memberikan sentimen positifnya. Apresiasi netijen tersebut terekam dalam pantauan PoliticaWave. Menurut PoliticaWave, ada dua tagar yang muncul terkait dua capres tersebut. Tagar pertama ialah #DebatPintarJokowi dan #PrabowoMenangDebat.

Dari percakapan di media sosial terkait debat, ada 53,39% netizenyang membicarakan tentang Jokowi dan 46,61% yang membicarakan Prabowo. Jokowi mendapatkan sentimen positif sebesar 57,51% dan sentimen negatif 42,49%, sedangkan Prabowo mendapatkan sentimen positif 29,48% dan sentimen negatif 70,52%.

Penampilan Jokowi dalam debat kedua yang nyaris berubah total dari penampilan perdana satu bulan sebelumnya ini membuktikkan Jokowi tidak bisa diskenariokan tampil defensif. Jokowi baru bisa tampil lepas jika dibiarkan tampil sebagai pribadi Jokowi.

Ketika Jokowi tampil dengan karakter aslinya seperti MU, calon presiden petahana ini seperti bus yang melaju. Bukan seperti bus parkir yang diam kaku. Jokowi harus diberi keleluasaan untuk meliuk-liuk di setiap "tikungan, tanjakan, maupun turunan".

Jika performa Jokowi ini dipertahankan pada debat-debat selanjutnya, maka sudah bisa dipastikan jika sentimen positif akan lebih meningkat dari debat kedua.

 

***