Apakah Instalasi Gabion tersebut bisa dikatakan bagian dari happening art, atau cuma kerangkeng Gabion untuk memperindah Taman Bundaran HI, yang fungsinya hanya sebagai elemen estetis?
Pertanyaan ini perlu penulis sampaikan, karena menyangkut berbagai aspek dan nilai yang terkandung dalam materi bahan pembuatan Instalasi yang sedang hangat diperdebatkan.
Setelah kontroversi Karya Instalasi Getah-Getih, yang mengisi lansekap sekitar bundaran HI, sekarang muncul lagi kontroversi Instalasi Gabion yang menjadi perbincangan.
Penulis mencoba mempertanyakan terlebih dahulu sesuatu yang mendasar dari karya Instalasi tersebut, siapa tahu ada yang bisa memberi pencerahan, sehingga bisa menjawab segala hal yang menjadi kontroversial.
Yang pertama, penulis ingin mempertanyakan apakah Instalasi Gabion itu benar karya Instalasi, atau cuma karya landscaping bagian dari pertamanan, yang dikerjakan oleh Tukang taman. Sehingga "kerangkeng Batu" tersebut hanyalah merupakan unsur elemen estetis dari bagian keindahan Taman.
Kalaulah itu sebuah Karya Seni Instalasi, maka dia adalah merupakan karya happening art, dan tentunya dikerjakan oleh seniman profesional, seniman yang faham terhadap materi yang digunakan dalam karya tersebut.
Jadi sangat kecil kemungkinannya untuk melanggar penggunaan materi/bahan yang dilindungi seperti terumbu karang. Seorang seniman profesional biasanya sangat hati-hati dalam mengeksplorasi karya-karyanya, terutama dalam memilih bahan untuk membuat karyanya.
Lain persoalannya kalau kerangkeng Gabion itu bukan karya Instalasi, hanya elemen estetis dari sebuah landscaping, yang dikerjakan oleh dekorator taman, sangat mungkin akan terjadi kesalahan prosedur dalam penggunaan bahan.
Riyanni Jangkaru, Mantan Host Jejak Petualang yang juga pemerhati lingkungan, sangat menaruh perhatian yang serius terhadap Kerangkeng Gabion di area Taman Bundaran HI, karena menurutnya Batu Gabion yang digunakan adalah Batu karang yang dilindungi.
Anehnya para petinggi di DKI Jakarta yang terkait dengan pengerjaan Kerangkeng Gabion tersebut tidak mengetahui kalau Batu yang digunakan adalah Batu Karang yang dilindungi. Seperti yang dilansir kompas.com,
Riyanni dihubungi anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Naufal Firman Yursak dan Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati.
Riyanni menyampaikan, orang pertama menghubunginya adalah Naufal.
"Mereka merasa kaget. Terus aku bilang, substansi ini bukan memojokkan secara personal karena aku enggak ada urusan untuk itu. Substansi itu cukup jelas adalah mengenai penggunaan terumbu karang tersebut sebagai bagian dari instalasi," ujar Riyanni saat dihubungi, Sabtu (24/8/2019).
"Beliau bilang gini, dia tidak tahu bahwa yang dia taruh itu adalah batu karang. Yang dia tahu, ketika proyek itu disetujui, pembangun proyek itu memesan batu tersebut dari toko batu dan itu yang dikirim oleh toko batunya," kata Riyanni.
Dari sini bisa kita ketahui bahwa Proyek tersebut sepertinya bukan dikerjakan oleh seniman Instalasi atau seniman profesional, kalau seniman profesional tidak mungkin prosedur pengerjaannya seperti itu.
Besar kemungkinan kerangkeng Gabion itu bukanlah karya Instalasi, tapi hanyalah elemen estetis dari sebuah landscaping, yang dikerjakan oleh Tukang taman yang biasa mengerjakan taman-taman Kota.
Kalaupun seorang profesional dibidang Landscape, pastinya menguasai materi yang digunakan, tahu aturan mana bahan yang boleh digunakan dan mana yang tidak, dan biasanya dikerjakan secara borongan, sehingga bahanpun mereka sendiri yang menyiapkan.
Yang kedua, ada perbedaan nilai harga jika kerangkeng Gabion itu hanyalah merupakan karya landscaping dibandingkan dengan karya Instalasi. Sebagai elemen estetis dari sebuah landscaping tentunya nilainya tidaklah semahal karya Instalasi.
Pembuatan landscaping itu biasanya dihitung berdasarkan permeter persegi, sementara karya seni Instalasi nilainya tidak terbatas, karena sebagai bagian dari happening art nilainya sangat tinggi, karena dikerjakan oleh seniman profesional.
Apakah Instalasi Gabion tersebut bisa dikatakan bagian dari happening art, atau cuma kerangkeng Gabion untuk memperindah Taman Bundaran HI, yang fungsinya hanya sebagai elemen estetis?
Namun Karena kepentingan Politik anggaran, maka karya tersebut dinilai sebagai karya Instalasi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews