secara penyampaian, apa yang dikatakan Faisal lebih keras, dan Faisal tidak kuatir kalau sampai digugat Luhut, dan dia sangat mengerti apa yang diucapkannya masih bisa dipertanggung-jawabkan
Kalau mau membandingkan ucapan Said Didu dan twit Faisal Basri, twit Faisal lebih keras dibandingkan Said Didu. Masalahnya, ucapan Said Didu sangat menyerang personal Luhut B. Panjaitan.
Menarik menyimak apa yang disampaikan Said Didu dalam sebuah video, saat ia diwawancarai Harsubeno Arief. Said Didu menyoroti soal isu persiapan pemindahan ibu kota negara (IKN) baru yang masih terus berjalan di tengah usaha pemerintah dan semua pihak menangani wabah covid-19.
Said Didu mengatakan, hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah tidak memprioritaskan masalah kesejahteraan rakyat umum dan hanya mementingkan legacy.
Kalau hanya sebatas ini kritik yang disampaikan Said Didu, saya rasa tidak ada alasan Luhut ingin memperkarakan ucapan Said Didu, karena ini muatannya kritik yang cukup konstruktif.
Karena memang agak kurang patut ucapan Luhut, di saat semua sedang fokus membahas penanganan penyebaran covid-19, Luhut tetap bersikeras pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) harus tetap berjalan.
Sepertinya inilah yang mendasari kritik keras Said Didu terhadap Luhut. Sayangnya dalam menyampaikan kritik tersebut, Said Didu sangat emosional, sehingga terlontarlah ucapan yang kurang patut didengar.
“Kalau Luhut 'kan kita sudah tahulah. Ya memang menurut saya di kepala beliau itu hanya uang, uang, dan uang. Saya tidak pernah melihat bagaimana dia mau berpikir membangun bangsa dan negara. Memang karakternya demikian, hanya uang, uang, dan uang. Saya berdoa mudah-mudahan terbersit kembali Sapta Marga yang pernah diucapkan oleh beliau sehingga berpikir untuk rakyat bangsa dan negara. Bukan uang, uang, dan uang,” ujar Said Didu.
Kata-kata di atas, bukan lagi kritik yang mengarah pada kebijakan yang dijalankan Luhut, tapi lebih kepada personal Luhut, yang menganggap Luhut hanya berpikir tentang uang, dan menganggap itu sebagai karakteristik Luhut secara pribadi.
Tidak bisa dipungkiri, sebagai seseorang yang lama berkecimpung di BUMN, Said Didu sangat faham isi perut BUMN. Maka secara terang-terangan, saat diwawancarai Harsubeno Arief, yang juga piawai dalam mengompori situasi, Said Didu menyampaikan berbagai dugaan apa yang dilakukan Luhut.
Seperti dilansir Tribunews.com, Said Didu menyebutkan bahwa Luhut ngotot agar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak “mengganggu” dana untuk pembangunan IKN baru dan hal tersebut dapat menambah beban utang negara.
“Kenapa itu dilakukan karena ada pihak yang ngotot untuk agar anggarannya tidak dipotong, dan saya pikir pimpro (pimpinan proyek) pemindahan ibu kota, Luhut Pandjaitan, itulah yang ngotot agar anggarannya tidak dipotong. Sehingga, Sri Mulyani punya ide untuk menaikkan jumlah utang,” ucap Said Didu dalam video tersebut.
Apa yang dikatakan Said Didu di atas barulah berupa dugaan, yang belum bisa dipastikan kebenarannya. Namun karena video wawancara Harsubeno Arief tersebut, sudah tersebar kemana-mana, itulah yang membuat Luhut mengkelap.
Pada akhirnya Luhut mengancam agar Said Didu meminta maaf dengan tenggang waktu 2x24 jam. Masih bagus juga Luhut mau memberikan waktu, tidak langsung memperkarakannya.
Baca Juga: Jika Tidak Membantu, Jangan Seperti Said Didu
Memang kita juga tidak bisa membenarkan apa yang dikatakan Said Didu, karena memang bukan kritik yang konstruktif yang disampaikan, tapi lebih kepada rasa ketidaksukaan secara pribadi.
Dan saya juga tidak terlalu suka dengan sikap "over" Luhut, yang sangat berlebih-lebihan, dalam menjalankan fungsi berbagai jabatan yang diembannya, tapi tidak juga berkeinginan menyerang beliau secara personal.
Itulah kenapa Luhut tidak memperkarakan ucapan Faisal Basri, karena apa yang disampaikan Faisal Basri, masih bersifat personifikasi, bukanlah hujatan yang mengarah pada pribadi Luhut.
Padahal, secara penyampaian, apa yang dikatakan Faisal lebih keras, dan Faisal tidak kuatir kalau sampai digugat Luhut, dan dia sangat mengerti apa yang diucapkannya masih bisa dipertanggung-jawabkan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews