Houthi Sukses Besar Menghajar Tentara Bayaran Arab Saudi

Padahal dengan alutsista modern dan dibantu oleh sekutunya ternyata tidak mudah untuk mengalahkan pasukan bersarung atau Houthi.

Senin, 30 September 2019 | 22:20 WIB
0
588
Houthi Sukses Besar Menghajar Tentara Bayaran Arab Saudi
Tentara Houthi di Najran (Foto: gulfnews.com)

Pasca serangan Houthi atau Ansharullah atas kilang minyak Aramco, Arab Saudi, negara kayak minyak tersebut meminta bantuan ke ibu angkatnya yaitu Amerika. Dan Amerika mengirimkan beberapa personil militer serta beberapa baterai rudal Patriot dan THAAD untuk melindungi wilayah udara Arab Saudi dari gempuran tentara Houthi.

Arab Saudi memang negara kaya dan anggaran militernya terbesar ketiga setelah Cina. Arab Saudi kalau membeli alutsista seperti membeli kacang goreng dengan pembayaran tunai. Hanya, Arab Saudi minim Sumber Daya Manusia yang bisa mengoperasikan persenjataan modern tersebut.

Salah satu buktinya, mereka tidak bisa mendeteksi drone dan rudal yang menghantam kilang minyak Aramco. Padahal sudah dijaga oleh sistem rudal Patriot yang sangat mahal itu.

Serangan Arab Saudi ke Yaman juga tidak dilakukan oleh tentara Arab Saudi, tetapi memakai pilot-pilot tempur dari Inggris, Perancis dan Amerika. Tetapi itu juga tidak geratis. Dan tagihan biaya akan ditagihkan dikemudian hari kepada Arab Saudi dan harus membayar gaji pilot asing plus bahan bakarnya.

Belum lagi biaya gaji yang harus dikeluarkan untuk tentara bayaran yang berasal dari Sudan atau sekutu Kerajaan.

Setelah Houthi sukses melancarkan serangan ke kilang minyak Aramco, Arab Saudi, kini Houthi juga sukses menggelar operasi dengan sandi "Pertolongan dari Alloh" di kawasan Najran, Arab Saudi.

Bahkan dalam operasi besar-besaran ini, tentara Houthi berhasil menangkap ratusan tentara bayaran dan beberapa perwira dari Arab Saudi dan menghancurkan kendaraan lapis baja. Operasi dengan sandi "Pertongan dari Alloh" terbilang sukses besar.

Baca Juga: Aramco Dihujani Sepuluh Drone Houthi, Harga Minyak Melambung

Bahkan menurut sumber dari petinggi Houthi,  Hamid Razaq, dalam serangkaian pesan singkatnya di Twitter, Arab Saudi melakukan lobi kepada negara-negara Barat untuk menghentikan penayangan atau publikasi rekaman video terkait operasi tentara Houthi di wilayah Najran tersebut. Larangan penayangan atau publikasi tersebut untuk menjaga mental tentara bayaran Arab Saudi dan menjaga rasa malu karena dipermalukan oleh tentara bersarung tersebut.

Arab Saudi juga malu mengakhiri perang di Yaman karena dianggap kalah. Padahal dengan alutsista modern dan dibantu oleh sekutunya ternyata tidak mudah untuk mengalahkan pasukan bersarung atau Houthi.

Perang Yaman sudah berlangsung hampir 5 tahun dan menimbulkan puluhan ribu korban jiwa, baik anak-anak dan kaum wanita. Bencana kemanusiaan dan kelaparan melanda Yaman, akan tetapi Arab Saudi melarang bantuan kemanusiaan itu untuk masuk Yaman. Dan dunia juga diam seribu bahasa-tidak ada yang mengecam.

***