Mengapa Penyebaran Covid-19 Berhenti di China?

Beberapa laporan dari China tidak jelas tentang skala, sifat, daya menular dari (virus) ini. Pandemi global bukanlah kekuatan alam yang buta dan terlepas dari hak pilihan manusia.

Minggu, 5 April 2020 | 06:53 WIB
0
1058
Mengapa Penyebaran Covid-19 Berhenti di China?
Xi Jinping (Foto: qz.com)

Coronavirus yang menginfeksi 204 negara diidentifikasi sebagai SARS-CoV-2 (sebelumnya 2019-nCoV) di sini populer dengan nama penyakitnya yaitu Covid-19.

Kalau diperhatikan dengan seksama, dari fakta yang ada, kini ada 4 negara besar, maju dan modern yang gagap, galau sulit menahan gerak laju penyebaran Covid di negaranya.

AS, negara super power, kini terbanyak yang tertular, nampaknya ada kekeliruan sang Presiden memandang enteng Covid ini tidak mendengarkan saran CIA, menyamakan dengan virus flu Rhinovirus.

Per 1 April ada 270.062 yang tertular, yang meninggal nomor tiga terbanyak di dunia (6.927). Demikian juga Italia, terbanyak kedua, yang meninggal terbanyak di dunia (14.681), bahkan diberitakan, karena keterbatasan pengobatan diprioritaskan bagi yang peluang hidupnya besar, terpaksa para 'Lansia' dikorbankan.

Spanyol juara ketiga terbanyak yang terinfeksi (117.710), jumlah meninggal nomor dua terbanyak di dunia. Jerman di ranking keempat terbanyak terinfeksi. Perancis ranking enam, tapi yang meninggal ranking empat. Iran ranking tujuh, yang meninggal ranking enam.

Misteri China

Nah, dari fakta tujuh negara yg menduduki ranking baik yang tertular ataupun tingkat kematian tinggi, Negara China (RRT) kini hanya menduduki ranking lima bagi warganya yang terinfeksi (81.620), yang meninggal di ranking lima (3.322). Paling menarik data terinfeksi hanya 31 itupun imported cases, sedang yang meninggal dalam satu hari (4). Sementara yang meninggal dalam satu hari, AS (857), Italia (766), Spanyol (661), Jerman (127), Perancis (1.120).

Baca Juga: Bebas Wuhan

Sebagai negara sumber (titik) awal pandemi Wuhan Covid, muncul pertanyaan dalam terminologi intelijen (why?). Dari fakta terungkap, China sukses melakukan lockdown di Wuhan, Provinsi Hubei dan beberapa provinsi lain, mengunci 56 juta rakyatnya. Diperlakukan aturan keras otoriter, tidak ada kompromi, yang melanggar diperlakukan keras, digebuk, ditempeleng. Kebutuhan rakyat di back up militer. Ada tuduhan dari CIA bahwa PKT tidak jujur memberikan data.

Misteri kedua yang belum terungkap adalah, apa bukan tidak mungkin bahwa China sebenarnya sudah punya obat penawar atau vaksin yang masih belum dipublikasikan. Pada artikel terdahulu saya lebih cenderung berkesimpulan ini virus dari laboratorium Wuhan. Tercium oleh intelijen AS. Ada operasi intelijen clandestin (operasi garis dalam) AS, bocor ataupun dibocorkan.

Logika sederhana, apabila AS sudah memiliki anti virus atau obat penawar, kasus tidak akan meledak seperti saat ini. CIA sebagai badan intelijen Amerika dalam kasus ini agak terbuka mengeritik Trump dan mengejar data ke China.

Logika lainnya, apabila Covid dibuat sebagai senjata biologi SPM, si pembuat pasti juga membuat antinya. Kalau diperhatikan, para peneliti China kini mengeluarkan teori, ini SARS yang sudah disuntik, terkait empat protein dan asam amino. Mereka lebih faham dan detail masalah ini.

Memang kini sedang terjadi perang propaganda (psywar) antara AS dengan China, saling membela diri takut dijadikan musuh bersama kalau masyarakat internasional tahu siapa yang membuat, bisa dituntut ke mahkamah internasional atau mendapat hukuman sosial. Akibatnya bisa dikucilkan dan hanya punya teman para Alien dari dunia lain.

Seperti yang dikemukakan Danielle Pletka baru-baru ini, "Perhatian utama Xi bukanlh nyawa yang berisiko, atau penahanan virus, melainkan bangsa dan reputasinya, ditempatkan dalam rantai pasokan global dan cengkeramannya pada kekuasaan."

Pemerintah otoriter, seperti China, tidak suka berbagi berita tentang ketidaktahuan mereka dan tidak suka bekerja sama dengan pemerintah lain.

Kesimpulan

Beberapa laporan dari China tidak jelas tentang skala, sifat, daya menular dari (virus) ini. Pandemi global bukanlah kekuatan alam yang buta dan terlepas dari hak pilihan manusia. Ini adalah kegagalan pemerintahan.

Sebagai penutup dari analisis misteri, "Bisnis intelijen diakui sulit dan hanya akan berakhir menjadi sebuah prediksi".

Marsda Pur Prayitno Wongsodidjojo Ramelan, Pengamat Intelijen

***