Bukan perdamaian basa-basi. Karena sejak itu sepengamatan saya, Tempo beberapa kali menulis berita terkait TW, dan dia bersedia memberikan konfirmasi meski cuma lewat telepon.
Ditemani Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk, Leonardi Kusen, konglomerat Ir Ciputra terpaksa turun gunung terkait pemberitaan majalah Tempo, edisi 3-9 Maret 2003, berjudul Ada Tomy di `Tenabang`? Tomy yang dimaksud dalam judul berita itu adalah Tomy Winata (TW), pemilik Grup Artha Graha.
Dalam berita itu TW disebut-sebut mendapat proyek renovasi Pasar Tanah Abang senilai Rp53 miliar. Proposalnya sudah diajukan sebelum pusat grosir tekstil itu terbakar. Berita tersebut rupanya membuat TW sangat tidak berkenan. Sejumlah orang kepercayaannya merefleksikan kemurkaan TW dengan menyerbu Kantor Tempo, Jalan Proklamasi 72, Jakarta Pusat.
Pak Ci, begitu Ciputra biasa disapa, adalah salah satu pemberi modal awal ketika Goenawan Mohamad dan kawan-kawan mendirikan Majalah Tempo pada 1971. Saat berita itu turun, pengusaha properti itu juga masih tercatat sebagai komisaris PT Tempo Inti Media.
Sebagai senior di dunia usaha Pak Ci sepertinya paham betul dengan kemarahan TW. Lelaki kelahiran Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, pada 24 Agustus 1931 itu mencoba meredakan dan mencari solusi terbaik dengan menyambangi kediaman TW di kawasan Ancol, Sabtu pagi (8/3). TW yang cuma mengenakan kaos oblong dan celana pendek karena sedang olah raga menerima tetamunya di ruang gym.
Saya tidak meliput pertemuan tersebut. Cuma mendengar cerita dari beberapa senior di Tempo di sela rapat-rapat redaksi. Juga dari foto yang pernah beredar waktu itu.
Pertemuan itu tak mencapai kata kompromi. TW menempuh jalur hukum pidana dan perdata. Tak cuma itu, TW juga dikabarkan menerbitkan sejumlah media, antara lain majalah Pilar untuk mengimbangi dominasi Tempo.
Persidangan berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Hasilnya, majelis hakim menilai wartawan Tempo Ahmad Taufik dan Teuku Iskandar Ali bersalah telah mencemarkan nama baik TW lewat pemberitaan itu. Tapi keduanya dibebaskan dari hukuman karena yang bertanggung jawab dalam pemberitaan adalah Pemimpin Redaksi Bambang Harymurti (BHM).
Pada 16 September 2004, BHM dihukum setahun penjara. Tapi pada 9 Februari 2006 Mahmakah Agung mementahkan vonis tersebut maupun di tingkat banding. Sebaliknya secara perdata MA menghukum Tempo meminta maaf kepada TW. Kesepakatan damai baru tercapai pada 6 Oktober 2009. Kedua belah pihak bertemu dalam jamuan makan malam di Hotel Borobudur.
Bukan perdamaian basa-basi. Karena sejak itu sepengamatan saya, Tempo beberapa kali menulis berita terkait TW, dan dia bersedia memberikan konfirmasi meski cuma lewat telepon.
Setahun sebelum menulis soal Tomy dan Tenabang, Tempo sebetulnya pernah mengusik ketenangan Pak Ci. Pada April 2002, majalah ini menurunkan hasil liputan investigas soal Pantai Indah Kapuk (PIK). Perumahan elit hasil reklamasi yang dituding menjadi biang kerok banjir di sebagian ruas jalan tol menuju Bandara Soekarno-Hatta. Berdiri di atas lahan 830 hektare perumahan PIK dibangun Pak Ci pada 1992.
Ada delapan artikel yang diturunkan Tempo, yakni Janji-janji Kosong Ciputra; Ciputra: Saya Tak Berjanji Siap Dipenjara; Empat Pendekar Pantai Kapuk; Mereka Ikut Ambil Bagian; Mendengar Publik; Kandasnya Mimpi Pantai Kapuk; Tukar Guling Omong Kosong; dan Jalan di Tengah Kapuk.
Meski dia tergolong pendiri dan pemegang saham, Pak Ci tak berusaha menggagalkan rencana penerbitan laporan tersebut, baik langsung maupun lewat Pak Leo, orang kepercayaannya di Tempo. Judul-judul yang menohok, tak membuat Pak Ci sewot.
Malah dalam sebuah rapat, Pak Leo menyampaikan pujian khusus Pak Ci untuk Koran Tempo. Pujian khusus dialamatkan ke tim redaksi ekonomi. Berita-berita yang diangkat dinilai cukup menarik. “Pak Ci mempertimbangkan untuk berhenti berlangganan Bisnis Indonesia, cukup Koran Tempo saja,” begitu kurang lebih Pak Leo berujar.
Saya tidak tahu apakah yang disampaikan benar, atau sekedar memotivasi dan membesarkan hati teman-teman di desk ekonomi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews